Mata cantik itu mengerjab pelan, sampai kesadarannya mulai terkumpul sempurna. Diva terdiam saat merasa berat pada pinggangnya.
Matanya menelisik mencari sebab keberatan itu, hampir saja dia berteriak sebelum orang dibelakangnya membekap mulutnya begitu saja.
"Diam!" ucapnya serak, suara khas bangun tidur yang membuat Diva terperanjat, gadis itu pun berbalik arah menatap ke arah Kenzo yang masih memejamkan matanya.
"Kenapa, Anda ada di sini?" tanyanya. Jarak mereka sangatlah dekat terlebih tangan Kenzo yang masih melingkar di pinggang kecilnya.
Kenzo hanya diam, tetap memejamkan matanya tak menghiraukan ucapan Diva membuat gadis itu kesal.
"Tuan muda!" ulang Diva, namun tetap Kenzo tidak juga membalasnya. Dengan perasaan dongkol Diva akan bangkit.
Namun terhenti kala Kenzo menarik tubuhnya ke dalam pelukannya menyembunyikan kepala Diva pada dadanya. Hal itu membuat Diva terperanjat bukan main.
"Tu---tuan muda!" ucapnya tergagap, Kenzo hanya diam tangan kekarnya mengusap pelan kepala Diva.
"Tidur!" Tangan Kenzo menarik tangan Diva agar melingkar di pinggangnya. Dengan posisi ini, Diva benar-benar bingung.
Sebenarnya apa yang telah terjadi dengan tuan Kenzo? kenapa dia jadi seperti ini. Jika terus-terusan begini, bisa gawat!
"Tuan lepas, saya mau mandi!" ucap Diva lirih, bukannya melepas Kenzo malah mengeratkan pelukan mereka.
"Masih harum gak usah mandi!" balasnya, Kenzo semakin mendusel menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Diva membuat gadis itu geli.
"Tuan muda, ja--jangan gini!" Diva merasa tak nyaman dengan posisinya saat ini, bukan begitu hanya saja jantungnya berdetak lebih kencang yang membuatnya takut jika Kenzo mendengarnya.
Tok Tok Tok
Mendengar ketukan pintu dari luar membuat mau tak mau Kenzo melepas pelukannya dia berdecak kesal, merasa terganggu.
"Si---"
"DIVA, KAMU NGGAK PAPA SAYANG!" Mama Kenzo entah kapan datangnya, langsung menerobos masuk sebelum dipersilakan.
"Mama, mama ngapain ke sini!" ucap Kenzo kesal. Ternyata tetap seperti biasanya, mamanya lah penganggunya.
"Ngapain ke sini? ya jengukin mantu mama lah, kamu semalam cemas telfon mama katanya Diva sakit, makanya mama ke sini!"
"Kenapa, gak suka!" kesalnya.
"Hm. Kenzo mandi dulu mau kerja!" Lelaki itu terhenti kala mamanya menarik baju belakanganya membuatnya terjatuh.
Sial atau beruntung dia malah terjatuh di paha Diva. Seolah-olah dia tengah tidur dengan berbantalan paha Diva.
Diva terdiam menatap lekat mata Kenzo yang juga tengah menatap ke arahnya. Sampai deheman keras dari sang mama yang membuat keduanya tersadar.
"Ma, apasih!" Kenzo bangkit dengan wajah kesal, menatap mamanya yang malah tersenyum penuh arti.
"Gak usah jutek-jutek, semalem aja panik banget pas tau Diva sakit. Nggak usah kerja dulu! kamu rawat istri kamu sampai sembuh, lagian bukannya sekarang kamu masih cuti?" ucapnya penuh selidik.
"Oh itu oh iya Kenzo lupa. Untung mama ingetin!" ucapnya cengengesan.
"Emang Diva semalam sakit ma?" tanya gadis itu polos. Matanya mengerjab bingung, ya memang saat ini kepalanya masih terasa pusing.
"Iya sayang, dan kamu tau nggak semalam--"
"Mama!" sela Kenzo, jangan sampai mamanya bercerita. Bisa hancur imagenya, dia kan harus tetap cool dan menjunjung tinggi harga dirinya.
"Apasih, Diva kan istri kamu emang kenapa, seharusnya kamu seneng dong. Kalau mama cerita Diva bisa tau kalau kamu sayang banget sama dia!" ucapnya.
"Nggak! apaan. Kenzo nolongin dia karena rasa kemanusiaan aja gak lebih, jadi gak usah---"
"Iya, ma. Kan emang dari dulu Mas Kenzo cinta sama Diva, iya kan mas. Cuma dia gengsi aja kalau sama mama!" Diva tersenyum penuh arti, untung saja Kenzo tidak keceplosan.
Jika lelaki itu tetap melanjutkan ucapannya pastinya mamanya akan curiga, jika mereka menikah bukan karena cinta.
"Oh. Tumben gengsi biasanya gak malu tuh mesra-mesraan di depan keluarga besar. Sok banget nih anak!" kekehnya.
Kenzo mengusap pelan kepala Diva mengecup keningnya mesra. "Masih pusing, hm?" tanyanya.
Diva mengerjab pelan, sungguh dia baper dengan sikap Kenzo kali ini. Tapi berkali-kali dia menampar dirinya sendiri untuk menyadarkan jika Kenzo hanya akting di depan mamanya.
"Udah agak mendingan, mas." Diva tersenyum canggung, namun Kenzo masih tetap mengelus kepalanya sayang.
"Siapa yang gengsi? tadi Kenzo kesel aja. Lihat mama pagi-pagi datang, ganggu aja tau gak!" dengusnya.
"Oh gitu ya. Yaudah deh mama pulang aja. Ken, mah gitu! mentang-mentang sekarang udah punya istri mama dilupain."
"Mama, udah ah drama mulu dari tadi!" Kenzo tiba-tiba memeluk tubuh Diva menyenderkan kepalanya pada bahu istrinya.
"Yang, mama tuh nyebelin! marahin kek. Kesel aku!" ucapnya merajuk, Diva terkekeh garing. Entah kenapa jantungnya tidak baik-baik saja saat ini.
Diva mengusap kepala suaminya pelan, dengan kekehan kecil. "Udah ma, lihat tuh anak mama ngambek!" kekehnya.
Emeli tertawa kecil, dia sungguh bahagia melihat kebahagiaan putranya. Ya, dia melihat kebahagiaan itu terpancar dari mata Kenzo.
"Yaudah mama ke dapur dulu ya buatin Diva makan, Kenzo kamu buruan mandi! jangan nempel mulu sama mantu mama."
"Biarin, mantu mama istri Kenzo juga!" ucapnya kesal.
Diva semakin tertawa dibuatnya dia tahu ini hanya setingan namun terasa sangat nyata untuknya.
"Haha, pengantin baru emang beda!" tawa Emeli pecah setelah ia keluar dari kamar Kenzo.
Setelah mamanya keluar Kenzo tetap memeluk tubuh Diva erat seolah dia tidak ingin melepasnya, hal itu semakin membuat jantung Diva lompat-lompat.
"Tu---tuan, mama udah keluar. Bisa dilepas?" tanyanya, mendengarnya membuat Kenzo segera melepas pelukan mereka.
Dia membuang muka dengan wajah menyebalkan seperti biasa. "Kamu gak usah ge'er, saya peluk kamu karena mama!" Cetusnya.
Diva mencibir pelan, tadinya dia ingin berdamai dengan Kenzo namun melihat kelakuan dan wajah Kenzo yang sangat menyebalkan membuatnya ingin mencakar wajahnya.
"Yaudah sana jauhan ngapain deket-deket sama saya! tuan muda pikir saya suka dipeluk-peluk kayak gitu? nggak! mana bau tuan muda gak enak lagi, mandi sana! Dasar." Kenzo melotot mendengar ucapan Diva.
"Kurang ajar! ngomong apa kamu barusan hah!" pelotot Kenzo, dia menatapnya tajam seolah Diva adalah mangsa yang harus segera ia terkam.
"TUAN MUDA BAU KETEK!" teriak Diva.
"DIVA!" Kenzo dengan kesal malah mengapit kepala Diva memberinya aroma parfum alami wangi dari keteknya.
"Ini bau ketek, nih cium nih! cium nih. Wangi kan! hirup tuh bau ketek!" Diva sampai susah nafas di buatnya, dengan kesal dia mencubit pinggang Kenzo.
Dia tidak akan kalah dengan manusia semacam Kenzo, Diva mencubitnya dan dengan kesal dia menaiki tubuh Kenzo memukul dada lelaki itu berulang merasa kesal. "DASAR BAU KETEK, NYEBELIN!" teriaknya.
"Aduh, sakit! Lepasin." Kenzo menahan kedua tangan Diva dan membalik tubuh gadis itu menjadi di bawahnya.
Jadi posisi mereka saat ini adalah Kenzo berada di atas mengurung tubuh Diva yang berada di bawahnya.
"Mau saya terkam kamu!"
"MAAF MAMA NGGAK LIHAT, LANJUTIN AJA NAK. BUATIN MAMA CUCU YANG BANYAK!" teriak Emeli yang tidak sengaja masuk dan melihat kejadian itu.
Vous aimerez peut-être aussi
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK