Kaila menatap ke arah mata Richard yang terlihat Richard sangat sedih karena dia bertunangan dengan Theodor.
"Sudah, bicara sekarang apa mau lu, gue enggak bisa lama-lama," perintah Kaila.
"Kaila, aku menyayangi dan menyukaimu. Apa tidak ada peluang untukku?" tanya Richard.
Kaila terkekeh geli mendengar ucapan Richard. Dia ingin mengerjai Richard sekaligus akan membuat dia bebas dari Theodor.
"Oke gue akan memberikan lu satu kesempatan terakhir untuk membuktikan semuanya," jawab Kaila.
"Iya, Kaila. Apa kesempatannya?" tanya Richard.
"Buat aku sama Theodor gagal dalam pertunangan kami bagaimanapun caranya," jawab Kaila. Dia tahu Richard tidak mungkin bisa mengalahkan Theodor.
"Aku akan membuktikannya kalau aku," kata Richard.
"Ooe bagus kalau begitu. Gue sekarang mau ke kantin dulu ya, kekasih gue pasti udah nunggu," balas Kaila terkekeh.
Richard hanya bisa terpaku melihat senyuman Kaila yang tidak akan dia dapatkan kalau sampai Kaila bertunangan dengan Theodor.
"Aku pergi dulu," pamit Kaila.
Kaila berjalan ke kantin. Dia melihat Theodor yang menatap dia dengan tatapan tajam tengah duduk bersama teman-temannya berusaha tetap terlihat santai ketika. Dia merasakan hawa-hawa tidak enak setelah berada di sana. Dia merasa takut kalau sampai Theodor tahu dia sama siapa tadi.
"Hai, Semuanya," sapa Kaila.
Stevanus melihat raut wajah marah pada Theodor menyuruh Kaila duduk di samping Theodor membuat perempuan itu meneguk salivanya.
"Kalian lanjutkan makan kalian. Aku sama Kaila tidak bisa ikut makan siang bersama," kata Theodor.
"Loh, Bro, nanti kita masih ada kelas loh," tegur Ferdi.
"Ini urusan gue bukan kalian," balas Theodor mencengkram tangan Kaila.
Dia menarik tangan Kaila keluar dari kantin membuat Kaila susah menyamakan jalan nya. Saat sudah sampai, di lorong yang agak sepi, tubuh Kaila didorong ke tembok.
Bugh
"Aduh!" teriak Kaila saat merasakan tubuhnya didorong. Dia merasa dia bisa remuk lama-lama kalau Theodor begini terus.
"Habis dari mana tadi tanpa izin dariku?" tanya Theodor membuat bulu kuduk Kaila meremang.
"Aku tadi habis dari toilet," jawab Kaila.
"Bohong. Kamu berani berbohong sama aku, Kaila. Aku sudah mengecek toilet, tapi kamu tidak ada. Kamu ke mana? Jawab aku," kata Theodor tajam.
"Kamu salah lihat kali. Aku benaran dari toilet kok," balas aila menantang sambil mendorong tubuh Theodor hingga menjauh.
Theodor yang kesal menggendong Kaila seperti karung beras membuat Kaila memukul-mukul tubuhnya, tapi dia tidak peduli.
Plak
Theodor memukul bongkahan bulat di tubuh Kaila membuat perempuan itu meringis, ditambah roknya tersibak. Kaila takut ada yang melihat Theodor.
"Noah masuk ke dalam mobil yang lain. Saya ada urusan dengan gadis nakal ini," perintah Theodor.
Noah masuk ke dalam mobil yang lain. Dia tentu menghormati tuannya.
Bugh bugh
"Turunin! Kamu gila!" teriak Kaila.
Tubuh Kaila dibawa masuk ke dalam mobil dan didudukan di kursi belakang disusul Theodor yang masuk ke dalam mobil. Setelah sudah di dalam, Theodor mengunci pintu mobil dan kacanya dibuat gelap membuat siapa pun tidak akan ada yang bisa melihat apa yang terjadi.
"Jawab aku dengan jujur, Kaila. Kamu ketemu siapa tadi? Jangan membuatku marah," kata Theodor mengintimidasi Kaila.
Kaila bergerak mundur dan menggedor-gedor pintu mobil.
"Argh, sakit!" teriak Kaila terkejut saat rambutnya ditarik dan bibir dia langsung disambar oleh Theodor.
Theodor melesakkan lidah dia ke dalam bibir Kaila, sedangkan tangan dia menggenggam bukit kembar Kaila yang masih terbungkus seragamnya.
"Eumm," geram Theodor.
Theodor melepaskan tautan bibir mereka ketika dia merasa Kaila sudah mulai sulit bernapas.
Bugh
Kaila mendorong Theodor agar menjauh, lalu mengelap bibirnya yang basah dengan tangan.
"Kamu kurang ajar tahu enggak? Aku akan bilang sama mama apa yang kamu lakukan padaku," kata Kaila menggebu-gebu.
Theodo mendekati Kaila lalu menarik tubuh Kaila hingga menelungkup dan rok Kaila disibak.
Plak plak
Theodor memukul bongkahan bulat itu hingga memerah. "Calon tunanganku benar-benar nakal ya. Lihat dalaman kamu cuma satu tali gini," goda Theodor sambil menggeser tali dalaman yang menutupi milik Kaila.
Theodor mengendus di sana membuat Kaila reflek mencengkram jok mobil. Kaila tidak mau kalau dia ketahuan menikmati sentuhan Theodor saat ini.
"Ehh, Theo ... Theo jangan. Kita masih di mobil," mohon Kaila.
"Kaila sayang kenapa? Tidak akan ada yang melihat," Theodor.
Plak plak
Rasa perih mulai menjalar di bongkahan bulat milik Kaila saat tangan Theodor menamparnya dengan kencang, tapi sedetik kemudian Kaila terkejut saat tiba-tiba miliknya disentuh Theodor.
"Theo cukup," mohon Kaila.
"Bru begini saja udah basah, Sayang. Kamu benar-benar nakal ya atau tadi habis sama siapa, hmm?" tanya Theodor dengan nada mengejek.
"Aku tidak sama siapa-siapa, aku bukan perempuan murahan ya. Lepasin aku!" teriak Kaila.
Kaila tidak bisa bergerak sama sekali karena tubuhnya ditahan Theodor.
"Mau kabur ya gadis nakalku?" goda Theodor sambil menumpu kedua sikutnya di punggung Kaila.
Theodor membuka lipatan Kaila membuat Kaila berusaha melawan, tapi tidak bisa sama sekali dan dia cuma bisa berontak kecil.
"Diam atau aku akan berbuat lebih kasar," kata Theodor mengancam membuat Kaila terdiam.
Theodor memainkan mutiara kecil milik Kaila membuat Kaila bergerak ke sana kemari saat merasakan sengatan luar biasa di miliknya.
"Kenapa, Sayang? Suka aku giniin, hmm?" tanya Theodor.
"Hentikan! Stop it!" teriak Kaila dengan suara serak.
Theodor tersenyum miring melihat Kaila yang sudah dia kacau saat ini. Dia terus menggesek-gesek di sana hingga tidak lama Kaila mendapat pelepasannya.
"Ahh ... ahh, aku keluar!" teriak Kaila.
Mata Kaila terpejam dan tubuh dia bergetar hebat. Hanya dengan jari Theodor saja dia sudah lemas.
"Do you like it?" goda Theodor sambil menggeser dalaman Kaila lagi dan menariknya ke bawah.
Theodor menggendong Kaila lalu didudukkan ke pangkuannya. Kaila cuma bisa pasrah, saat ini dia sudah sangat lemas ditambah dalamannya basah.
"Enak, Sayang?" bisik Theodor di telinga Kaila.
Theodor yang tidak mendengar suara Kaila menggenggam bukit kembar Kaila dengan keras.
"Aduh, sakit. Enak, Theo sayang. Kamu lihat kan tadi aku udah keluar, cukup," mohon Kaila lemas.
"Sekarang jujur padaku siapa yang tadi kamu temui?" tanya Theodor.
Kaila pikir setelah menyentuhnya Theodor akan lupa, ternyata tidak.
"Aku udah jawab aku habis dari toilet," jawab Kaila.
Theodor memejamkan mata. Dia merasa sangat kesal dengan tingkah Kaila yang membohonginya.
"Kaila, kamu tidak mau kan aku berbuat lebih dari ini?" tanya Theodor.
"Tidak ... tidak, tadi aku ke taman belakang," jawab Kaila terbata-bata.
"Ngapain?" tanya Theodor.
"Menenangkan pikiran aja," jawab Kaila sambil menundukkan kepala.
"Sungguh? Ada apa memangnya?" tanya Theodor sambil membelai pipi Kaila lembut.
"Aku lagi berpikir ingin mengambil jurusan desain, tapi di London," jawab Kaila.
Kaila berbohong sebenarnya, tapi memang itu salah satu impiannya. Dia ingin tahu jawaban apa yang akan dikeluarkan dari mulut Theodor.
"Kamu ingin kuliah di London kenapa tidak di sini saja? Di sini banyak keluarga kita," kata Theodor.
"Ya sudah kalau kamu tidak setuju. Ya aku tidak apa-apa biarlah," balas Kaila.