"Apakah kau baik-baik saja?" tanyanya. Aku mengangguk pelan. Aku melirik Marysa yang tengah mencoba menghiburku. Dia menceritakan tentang kisah lucu seseorang. Andai saja Mama memberikan perhatian lebih kepadaku sama seperti Mama memberikan perhatian kepada Marysa, mungkin sekarang aku tak akan sesedih ini dan tertawa bersama Mama. Belum lagi kami kedatangan Mama Saartje dan Papa Theo, seharusnya aku menyambut mereka dengan gelak tawa. Namun aku tak bisa sebahagia itu setelah melihat sendiri bagaimana Mama bersikap kasar kepadaku di depan Mama Saartje. Aku tak bisa melupakan kejadian itu dan terus teringat walaupun aku mencoba untuk melupakannya. Padahal di sini Marysa berusaha agar aku kembali tertawa, tapi aku hanya membalas ucapannya dengan senyuman tipis. Tak mudah bagiku menertawakan sesuatu di saat aku mengingat tentang kejadian tadi.