Hazel merasa puas setelah berhasil membalas rasa sakit harinya pada Blake. Ia bahkan tak takut jika apa yang dilakukannya dianggap sebagai tabuhan genderang perang. Jika ia mengira begitu, maka Hazel akan berteriak dan maju ke depan.
Hazel tak peduli apa yang akan dilakukan pria itu untuk membalasnya. Yang pasti, Hazel juga telah menyiapkan segudang cara untuk membinasakan keangkuhan si tuan putus asa itu.
Siapa yang tak sebal memandang wajah muram dan tak bergairah itu. Semua pasti akan malas. Aneh saja jika masih ada wanita yang bersedia menyilangkan kaki di pinggul pria itu. Kalau Hazel pastinya tak ingin.
Oke, mungkin dulu ia sempat berpikir bahwa Blake adalah pria yang keren dan seksi karena benar-benar menjaga hati untuk mendiang istrinya. Namun, setelah mengetahui sendiri sepedas apa perkataannya, Hazel tak akan mau mengulang pembicaraan dengan pria itu.