Hellen menekan nomor yang ia hafalkan luar kepala. Berharap pria yang ia hubungi sekarang segera menerima panggilannya. Ia sangat membutuhkan pria itu saat ini. Membutuhkan segalanya, terlebih seorang teman yang bersedia mendengarkan segala keluh kesahnya.
Ia merasa frustasi dengan sikap Ryan beberapa hari terakhir. Sejak kembali dari Venesia, pria itu lebih sering menghabiskan waktu di klinik. Bahkan sering kali tak pulang ke rumah. Bagaimana mereka akan segera memiliki anak jika sikap Ryan tak acuh padanya?
Pria itu bahkan tak pernah menyentuhnya lagi. Karenanya, dari siapa lagi ia bisa mendapatkan pelampiasan jika bukan dari John.
Jika ditanya, apa hubungan antara dirinya dan John, ia pasti dengan lantang akan menjawab bahwa mereka hanyalah teman. Bukankah memang begitu? Teman dengan berbagai keuntungan. Itulah yang dirasakan Hellen.