Ali dan Davina sudah bergegas pergi ke stasiun. Mereka berdua benar-benar nekat ingin pergi ke Surabaya.
Bukan mereka berdua, melainkan Ali. Pria itu benar-benar sudah tak bisa berpikir rasional. Atau memang belum bisa berpikir rasional.
Anak muda berumur delapan belas tahun yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan. Ia sudah memiliki keinginan untuk hidup bersama wanita yang dicintainya dan mengabaikan masa depan yang diharapkan oleh ibunya.
"Kamu mau makan apa dulu, nggak?" tanya Ali kepada Davina saat mereka sedang menunggu kedatangan kereta.
"Enggak," jawab Davina.
Ali tak pernah sekalipun melepas tangan Davina sejak mereka datang ke stasiun. Ali sudah tak sabar ingin segera pergi bersama kekasihnya ke tempat dimana tak ada siapapun menghalangi kisah cinta mereka.
"Masih sejam lagi. Ayo makan dulu," ucap Ali.
"Aku enggak makan kalau malam," ucap Davina.