Télécharger l’application
22.22% Pure Vanilla Route (Indonesia) / Chapter 2: Memori

Chapitre 2: Memori

Beberapa bulan berlalu. aku masih saja memikirkan dia. Itu menyangkut di kepala ku, rasanya aku penasaran akan dia. Aku berpikir untuk mengunjungi Kerajaannya. Tapi aku masih tidak yakin karena Delima pasti melihat semua pergerakan ku. Saat aku termenung,

sinar lembut pagi menerpa wajahku. Burung-burung berkicauan serta angin sepoi memperlengkap indahnya pagi ini. Berjalan di pagi hari sangatlah menenangkan, biasanya aku pergi berjalan bersama adikku. Tapi sekarang dia sedang sakit. Dia berada di toko kue ku tidak jauh dari sini.

Aku pun sampai di Toko Kue. Saat ku buka pintunya. Aku mencium bau manis yang ku kenal. Toko ini selalu menjadi rumah bagi adik dan aku. Semenjak Aku kehilangan memori masa lalu ku. Toko ini tetap saja merupakan tempat yang membuatku aman dan tenang. Aku segera pergi keatas untuk mengecek adikku. Dia terkena Demam tidak biasa. Badanya ternyata masih panas. Aku pun mengganti kain kompress yang sudah kering dengan yang basah. Ramuan healing tidak mempan untuk penyakit yang diderita adikku. Aku agak sedih akan hal itu, tapi hal yang hanya bisa ku lakukan adalah hanya merawatnya dan berharap ia bisa sembuh.

Aku pun pergi ke kamarku untuk mengganti baju. Kemudian, aku mengambil bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kue di gudang. Aku pergi kedapur, dapur ini adalah tempat dimana aku membuat kue dan menyimpan makanan. Aku pun menyiapkan alat-alat yang aku perlukan dan menaruhnya diatas meja. Setelah itu aku pun mulai memasukkan bahan-bahan tersebut dan mengaduknya. Aku hampir lupa menambahkan beberapa bahan ajaib untuk membuat kue ini terasa lebih enak. Bau adonannya terasa seperti bau kue pada umumnya, tapi terdapat aroma yang membuat kue ini berbeda dari kue lainnya karena tambahan bahan ajaib. Setelah itu, aku pun menaruh adonan kue kedalam cetakan dan memasukkannya ke dalam oven dan mengatur timernya.

Sambil menunggu, aku membuka rak dan mengambil teko lalu menaruhnya diatas meja. Aku mengambil termos yang berada dimeja dekat oven lalu menuangkan air panas kedalam teko itu dan kemudian memasukan teh beraroma blackberry dan beberapa sendok teh gula kedalam teko itu. Aroma teh ini sangat menenangkan. Aku senang meminum teh ini sambil menikmati pagi. Aku kemudian menaruh teko itu ke tray dan membawanya ke meja dekat jendela.

Aku pun duduk di dekat jendela sambil menikmati teh yang ku buat. "Pagi yang indah~".

Tiba-tiba..

*BRAKK*

Tiba-tiba aku mendengar suara keras berasal dari luar. Tapi anehnya, aku tidak melihat apapun dari jendela. Aku pun segera menaruh cangkir teh dan bergegas ke pintu keluar.

Saat ku buka pintunya, seseorang terjatuh lemas, aku pun segera menangkapnya sebelum ia jatuh ke lantai. Aku sangat terkejut, tapi tanpa berpikir panjang, aku pun bergegas membawa dia ke sofa dan membaringkannya disitu.

Sementara itu, aku bergegas ke dapur untuk mengambil ramuan penyembuh yang tersisa untuk membantu nya.

Aku pun membantunya untuk meminum ramuan penyembuh tersebut. Ia tampak kelelahan seperti habis dikejar sesuatu. Aku pun menyuruhnya untuk istirahat saja. Aku pergi ke dapur untuk mengambil makanan dan minuman untuk dia dan setelah itu menaruhnya di meja.

Kemudian, aku pun duduk disamping nya. Dia terlihat seperti orang yang ku kenal tapi aku tidak tahu siapa. Ia terlihat agak sedikit kusam dan terdapat perban dimatanya. Ia juga membawa tongkat yang diperban.

Aku agak sedikit penasaran dan kemudian membuka perban dimatanya. Tangan ku masih berada wajahnya. Aku pun melihat wajahnya. Ia dengan pelan membuka matanya. Aku pun terkejut dan ia menarik tanganku agar aku tidak jatuh. Aku pun tertarik ke depan dekat sekali dengan wajahnya. Matanya berwarna biru dan kuning, sangat indah dan mengingatkan ku akan seseorang.

Dia pun menatap ku. Muka ku pun memerah seketika. "Aduh, maaf!!" Kata ku sambil menaruh tangan di mukaku agar tidak terlihat memerah. "Tidak apa-apa" Kata nya sambil menaruh tangannya dipundakku. Aku pun bertanya pada nya "Nama kamu siapa? " tanya ku. "Aku.. Tidak mengingatnya.." Kata dia. "Siapa namamu?" Tanya dia. "Namaku Vella." Jawab ku. "Vella..?" Kata dia sambil coba mengingat sesuatu. Aku pun duduk disampingnya sambil memberinya teh hangat yang ku buat. "Apa yang terjadi tadi?" Tanya ku. "Aku dikejar sekawanan hell hounds dari gerbang utara, saat aku lepas dari mereka, aku melihat toko kue mu. Aku pun mulai melemah, dan saat aku sampai di depan pintu mu aku berusaha mengetuk tapi semua tiba-tiba hitam." Jawab dia sambil meminum teh hangat yang ku beri. "aku heran, kenapa sekawanan hell hounds mengejar mu. " Kata ku. "Aku juga tidak tahu kenapa.." Jawab dia.

Aku pun mendegar suara batuk adikku diatas.

"Oh, sebentar ya" Kata ku sambil bergegas pergi keatas. Aku pun memeriksa dia. Badannya masih sangat panas. Aku pun mengganti kompresan kainnya lagi. Aku pergi ke dapur untuk mengambil makanan dan minuman untuk adikku. Kemudian menaruhnya di meja agar ia mau makan dan minum. Aku kembali kedapur dan baru saja aku ingat bahwa hari ini aku akan kepasar untuk membeli beberapa bahan yang sudah habis. Aku pun bergegas untuk mengambil jubahku. Dan berjalan ke pintu keluar. "Kamu mau kemana vella?" Tanya dia. "oh, aku mau ke pasar. Kamu mau ikut?" Jawab ku. "iya" Kata dia sambil berdiri dan membawa tongkat yang ia perban itu.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C2
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous