"Sudah, lain kali akan kubelikan lagi," ujar direktur dengan lembut. Bahkan dia mengusap kepalaku hingga membuatku menoleh ke arahnya.
Wajahku yang memerah dan tatapanku yang sedang bercampur perasaan gugup membuatnya tersadar dari apa yang sedang dia lakukan. Hal itu benar-benar terlihat saat wajah terkejutnya berubah menjadi wajah seseorang yang sedang merasa malu. Hahaha, entah kenapa dia memiliki sisi lucu seperti ini.
Suasana kembali hening, mungkin karena hal tadi aku pun tidak berani berkata apa-apa. Namun, di luar itu, apa ini jalan kembali ke apartemenku? Apa kami tidak pulang ke rumahnya? Tanpa sadar aku menoleh ke arahnya.
"Iya ini memang jalan ke tempat tinggalmu. Ada apa? Apa kamu masih ingin tinggal bersamaku?"
"A-apa? Ti-tidak!" Aku pun memalingkan wajah. Bagaimana bisa orang ini tahu apa yang sedang ada di pikiranku. Namun ... kenapa hatiku terasa berat?