"Tidak mau."
Aku sudah menduga bahwa penerimaan itu cukup sukar, bahkan untuk dibayangkan. Tetapi mendengarnya langsung dari mulut Joshua adalah ide yang buruk. Padahal aku sudah berkali-kali meyakinkan diri sendiri agar tidak patah arang begitu mendapatkan jawaban sebenarnya.
Kini aku patah arang.
"Ah, be—begitu yah.." Lidahku sungguh kelu saat mengatakannya. Beribu rencana yang sudah ku susun sedemikian rupa meranggas seperti daun-daun kering di musim gugur. Semuanya saling bertumpuk, menunggu bakteri alam melunakkan mereka menjadi pupuk kompos. Agaknya itu pula yang akan terjadi padaku. Selama ini aku tak lain hanya sedang menunggu waktunya dekomposit diri.
"Hahaha~ Tak ku sangka wajahmu itu sangat menghibur."
Lalu aku tercengang saat mendengar derai tawa tiba-tiba dari Joshua. Bukankah pria ini baru saja mengatakan —secara tak langsung— tak ingin berteman denganku? Mengapa kini malah tertawa keras? Atau jangan-jangan ini adalah salah satu lelucon Joshua.