"Tapi, Dad … "
"Masuk." Perintahnya bernada sarkastik.
--
Marcell terlihat sedang duduk di ruang santai, menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa seraya menatap langit-langit ruangan.
Ingatan pada kejadian tadi siang, di mana sang gadis sedang di bimbing oleh lelaki yang sangat dibencinya saat ini membuat darahnya mendidih. "Lancang! Awas saja kau, Qilliam Nattherd." Mencengkeram kedua tangan hingga buku-buku jari memutih.
Amarahnya kian membumbung tinggi mengingat Lovely hanya diam saja, bahkan terkesan menikmati. "Menjijikkan!" Membanting ponselnya hingga kepingannya berceceran di lantai.
Seketika itu juga rahang tegas mengeras, sorot mata menggelap segelap warna darah, kedua tangan mengepal erat hingga buku-buku jari memutih.
HAPPY READING!!
Hugs and kisses for my beloved readers!