Télécharger l’application
82.35% Cinta Cowok Dingin / Chapter 28: Hukuman

Chapitre 28: Hukuman

Happy Reading

.

.

.

#Ruang Guru#

"Kalian ngapain aja sampai tugas dari saya gak dikerjakan?" marah Bu Putri.

"Maaf Bu" kata Dwi sambil menunduk.

"Saya kasih kalian waktu 1 jam tapi kalian hanya bisa jawab 1, berarti kalau saya mau kalian mengerjakan semua soal saya harus kasih waktu kalian 10 jam" marah Bu Putri.

"Maaf Bu" sekarang giliran Milla yang minta maaf.

"Sudahlah sekarang kalian lari keliling lapangan 10 kali terus lanjut cabutin rumput-rumput liar dilapangan belakang, sebelum selesai tidak boleh pulang" hukum Bu Putri kejam.

"Hah" kaget Dwi dan Milla sedangkan Briyan santai saja.

"Tapi Bu, nanti kami ada kuis dengan Bu Lia" Dwi mulai mencari alasan agar dikurangi hukumannya.

"Saya sudah bicara sama Bu Lia kalian tenang saja" jawab Bu Putri tak bisa di bantah lagi.

"Baik Bu" kata Dwi dan Milla leman.

"Baik Bu" lanjut Briyan semangat.

"Kamu senang saya hukum? mau saya tambah?" tanya Bu Putri saat melihat Briyan yang tampak menikmati hukumannya.

"Gak kok Bu" jawab Briyan terpaksa karena Dwi memelototinya.

"Ya sudah sana pergi" usir Bu Putri.

"Baik Bu" jawab mereka lalu langsung buru-buru pergi karena merasa tercekik oleh aura Bu Putri.

"Hah akhirnya dapat keluar juga" kata Dwi lega yang di angguki oleh Milla.

"Eh lo kenapa sih?" tanya Dwi pada Briyan sambil berjalan santai.

"Iya lo kenapa kok malah kelihatan senang padahal kita lagi di hukum?" tanya Milla heran.

"Hah gak papa kok gue cuman mau cari udara segar aja di dalam kelas rasanya sumpek" jawab Briyan kelewat santai dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana.

"Bri lo lagi ada masalah ya?" tanya Dwi to the points.

"Gak kok, emang kenapa?" tanya balik Briyan.

"Sudahlah, oh iya bukannya hari ini lo harus ngambil motor ya?" Dwi tak lagi memaksa Briyan untuk bercerita apa lagi sekarang ada Milla mungkin Briyan merasa kurang nyaman, lagipula bagaimanapun mereka juga baru kenal.

"Iya rencananya nanti pas udah ngantar lo pulang" jawab Briyan sambil membuka kancing baju lengannya dan mulai menggulungnya.

"Emang tadi kalian datang bareng ya?" tanya Milla.

"Iya" jawab Dwi yang di angguki Briyan.

"Tapi tadi pagi gue gak liat lo pas Briyan datang dengan bajaynya" heran Milla.

"Soalnya dia malu dan minta di turunin di pinggir jalan" jawab Briyan cepat saat melihat Dwi yang bersiap mencari alasan.

"Hais padahal gue udah ada niat baik mau bantu lo bawak motor atau bajay lo jadi lo gak harus bolak-balik apa lagi minta tolong orang lain" kesal Dwi sambil menendang kaki Briyan dan membuat Briyan tersenyum geli.

"Ya udah nanti ya" kata Briyan berharap.

"Gak jadi" kata Dwi ngambek.

"Hahah jadi gitu ceritanya" tawa Milla tak terbendung saat mendengar cerita yang sesungguhnya karena dia bisa membayangkan bagaimana muka Dwi saat naik bajay bersama Briyan tadi pagi.

"Diem lo" kesal Dwi menyumpal mulut Milla dengan permen di tangan nya.

"Ya udah ayok mulai" Briyan mengajak Dwi dan Milla mulai berlari.

"Ayok" seru Milla dan Dwi semangat.

.

.

.

Hoss hoss hoss

"Em-empat" kata Dwi ngos-ngosan sambil berhenti sejenak.

"Dwi ayok cepat" teriak Milla yang berada jauh di depan Dwi.

"Gu-gue g-gak kuat lagi" teriak Dwi dengan nafas memburu dan langsung terduduk di tanah.

"Ayoklah masih ada enam putaran lagi" teriak Briyan dan di tanggapi dengan lambayan tangan dari Dwi.

"Haduh" keluh Briyan yang langsung berlari kecil menghampiri Dwi yang sudah lemah tak berdaya.

"Ayok" Briyan menarik tangan Dwi agar berdiri.

"Gu-gue gak sang-gup lagi" keluh Dwi yang sudah berdiri karena ditarik Briyan.

"Ayok" paksa Briyan yang malah menggandeng Dwi agar berlari bersamanya.

"Sini gue bantu" kata Milla saat menghampiri Dwi dan Briyan dan langsung ikut membantu Briyan menggandeng Dwi.

"Hah ca-pek" keluh Dwi yang terpaksa berlari karena di gandeng Milla dan Briyan.

"Bentar lagi" paksa Milla.

.

.

.

Host host host

"Se-sepuluh" kata Dwi dan langsung tepar di lapangan.

"Akhirnya selesai" kata Milla yang langsung duduk di samping Dwi yang sedang tepar.

"Ayok kita mulai nyabut rumput" ajak Briyan tak kenal lelah.

"Lo gak lihat kaki gue gempor gini" kesal Dwi.

"Tapi kan biar cepat selesai" jawab Briyan tak mau kalah.

"Tapi kan gue udah capek" kata Dwi sambil uring-uringan.

"Udahlah kita istirahat aja dulu, 10 menit lagi baru lanjut" kata Milla kasihan melihat Dwi.

"Ya udah" akhirnya Briyan setuju dan ikut duduk bersama Dwi dan Milla.

"Lo sering lari ya?" tanya Briyan pada Milla.

"Kok lo bisa tau?" heran Milla.

"Abis lo gak kayak bocah satu ini (sambil menepuk-nepuk kepala Dwi) LEMAH" kata Briyan sambil menekan-nekan kata lempah pada Dwi.

"Aw aw sakit Wi" keluh Briyan karena Dwi yang tanpa aba-aba mencubitnya.

"Rasain" kata Dwi dengan nada sinis.

"Aw iya iya udah dong lepas" pinta Briyan.

"Hahahaha" Milla tertawa melihat Briyan yang kesakitan.

"Aduh sakit tau" Briyan mengelus-elus pinggangnya yang habis terkena cubitan maut Dwi.

"Udah istirahatnya ayok kita nyabut rumput" putus Briyan karena kesal pada Dwi.

"Woi belum juga sepuluh menit" protes Dwi tak di tanggapi Briyan.

"Udah-udah ayo Wi" Milla membantu Dwi berdiri sambil menenangkannya.

"Hais" desis Dwi.

"Lapangan belakang yang mana sih?" tanya Dwi yang tak sanggup lagi berjalan padahal mereka baru saja berjalan.

"Nanti lo juga tau" kata Milla masih sambil menuntun Dwi berjalan.

"Jangan-jangan di tempat gue kemarin?" kaget Dwi dengan pemikirannya sendiri.

"Gak kok cuman dekat dari situ" kata Milla pada akhirnya.

"Hah kok serem sih" keluh Dwi manja pada Milla.

"Ya mau gimana lagi lapangan disana emang paling cocok untuk di jadiin hukuman" terang Milla.

"Karena serem ya" tebak Dwi.

"Bukan cuman itu" kata Milla membuat Dwi penasaran.

"Terus karena apa lagi?" tanya Dwi penasaran.

"Karena disana gak pernah dibersihin gak sama kayak lapangan di depan yang rutin di bersihin" jawab Milla dengan nada dibuat sedikit kehororan dan dilanjutkan dengan nada biasa saja.

"Hah gue kirain kenapa" Dwi kira akan ada kisah yang menegangkan lagi rupanya tidak.

"Haha kok malah kecewa, Lo ngarepin apa emang?" tanya Milla heran.

"Gak ada" jawab Dwi lemas.

"Masih lama ya?" lanjut Dwi bertanya.

"Sebenarnya enggak kalo lo gak nemplok di gue kayak gini dan mulai jalan sendiri" kata Milla karena Dwi terus bertanya padahal dia yang menyebabkan mereka lambat berjalan sedangkan Briyan saja sudah tidak terlihat batang hidungnya.

"Hehe" kekeh Dwi tak merasa bersalah.

.

.

.

.

.

.

TBC...


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C28
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous