Télécharger l’application
80% Assalamualikum Pak Dokter / Chapter 8: Do'aku dan Do'amu

Chapitre 8: Do'aku dan Do'amu

Ayana Pov

Aku tidak pernah menyalahkan siapapun yang ikut andil dalam pernikahanku,ini jalanku,takdirku yang sudah kukatakan kalah dengan do'aku.

Tidak dengan bibi Risa atau paman Alvin,...mereka sudah merawatku juga sedari kecil,dan mereka berharap aku memiliki pendamping yang baik,tapi apakah mereka bisa menebak hati seseorang.Sudah kukatakan suamiku sebenarnya baik,dia mencintaiku hingga berani melamarku,tapi sifat lost controlnya yang memperburuk semuanya.Ditambah keluarga yang juga ikut memperkeruh hubungan kami.

"maafkan bibi Aya,...bibi salah sudah menjodohkanmu dengan Dika.Bibi pikir dia laki laki yang baik...." suara bibi terdengar senduh sembari mengusap pipiku yang terdapat beberapa memar akibat kecelakaan itu.Ya..sudah kuputuskan untuk membuka diri dan menyelesaikan masalahku seperti yang kak Ammar dan Dokter Safa katakan.

Aku mulai mau menemui keluarga ku,ibu,juga paman dan bibi bibi ku.Mereka Semua khawatir karena dalam keluarga besar ibu aku adalah cucu perempuan pertama dan sangat mereka jaga.

"Mas Dika memang baik bi,dia hanya tidak bisa mengontrol diri.Bibi tidak salah,Aya tidak merasa semua masalah Aya adalah kesalahan bibi dan paman...."

Sudah kukatakan aku tidak pernah marah atau menyesali keputusan mereka,...Sejak akad nikah terucap sungguh saat itu juga hatiku nyaris kosong dan tak pernah merasakan denyutnya.Aku berharap bisa mengisi kekosongan itu dengan suamiku,tapi tidak pernah terjadi...

Author Pov

"Hei ayana...." semua orang menoleh begitu dua orang Dokter masuk bersama seorang perawat.

"Assalamualaikum Dokter safa,mbak Runa,dan...."

"Huda...."

"Ah,Dokter Huda..."

"wa'alaikumusallam Aya..."

Semua keluarga Ayana yang berada disana menatap kearah Dokter dokter yang terlihat akrab pada ponakan mereka.

"wah rame nih,..." seloroh huda sembari membantu Safa memeriksa kondisi Ayana.

"Dokter Axel kemana ? Enggak masuk ya...?" mendengar peetanyaan itu Safa dan huda saling melempar tatapan,mereka tersenyum penuh arti.

"Dokter Axel sedang ada jadwal Operasi,kemungkinan sebentar lagi baru selesai..."

"Ayana...." suara itu mengalihkan fokus semua orang yang ada didalam ruang rawat yang cukup ramai itu.Laki laki yang menggendong seorang anak kecil berjalan masuk mendekati kerumunan orang orang,dibelakangnya juga menyusul seorang ibu dan seorang wanita lain.

"Ngapain lagi kamu disini,belum cukup buat Adikku seperti ini..." suara sarkastik Ammar langsung membuat suasana menjadi tegang dan kaku.

Safa dan Huda sampai berhenti memeriksa kondisi Ayana,mereka tidak tau sosok yang baru saja tiba itu siapa.

"Asyla..." Ayana tidak menggubris kehadiran lelaki itu,ia hanya menatap pada makhluk kecil yang ada dalam gendongan.

"Kami permisi dulu,nanti dokter Axel yang akan lanjut memeriksa kamu Ay,sepertinya kalian perlu privasi untuk bicara..." Safa mengisyaratkan Huda dan Runa untuk beranjak meninggalkan ruang rawat itu,...

"Tolong jangan terlalu menekannya,....Dia masih belum benar benar baik.Bicara yang perlu saja..."ucap Safa sebelum meninggalkan ruangan.

Axel keluar ruang operasi dengan wajah ditekuk,ia sangat lelah karena belum tidur sejak semalam.Tubuhnya butuh istirahat sekarang,ditambah operasi yang baru diselesaikannya berjalan sangat menegangkan.

Tapi sungguh ia rasanya ingin sembunyi dikutub utara saja melihat dua makhluk yang tak pernah bisa tenang ada didalam ruangannya.

"kamu sudah bertemu dengan profesor Reza,....Aku dengar kamu juga akan ditugaskan keluar kota dalam waktu dekat ini..." Axel tidak menjawab,dia meletakkan kepalanya diatas meja,sungguh ia benar benar merasa lelah dan tidak punya tenaga meski hanya menjawab pertanyaan Safa.

"Fa, gimana kalo Ayana Histeris lagi,gue enggak nyangka dia bakal Cepet membuka diri untuk menemui keluarganya..." Mendengar nama itu mata Axel langsung terbuka meski ia masih meletakkan kepalanya diatas meja.

"kenapa memangnya dengan Ayana....?" tanyanya spontan yang membuat Huda dan Safa mengedipkan mata takjub.Sejak kapan teman mereka ini begitu sensitif masalah perempuan.

"Ah,...Keluarga besarnya sedang menjenguknya...."

"Dan juga,.....suami dan anaknya..." lanjut safa dengan nada penekanan pada kata suami,terlihat Axel membuang nafas dengan kasar.

"Sebaiknya lo samperin deh bro,gue malah takut tu cewek kenapa napa.Dia masih tahap penyembuhan,Apalagi yang datang orang yang uda buat dia begitu.Emosinya pasti tidak terkontrol...."

Belum sempat Safa melanjutkan ucapan Huda Lelaki itu sudah beranjak dari duduknya menyambar snelli nya dan berjalan keluar ruangan.Kantuk dan lelahnya seolah hilang berganti dengan rasa panik dan khawatir yang ia sendiri tidak tahu kenapa.

"Axel..."

"eh dasar tu anak...."

Axel berjalan cepat menuju bangsal boegenvil dimana ruangan wanita itu berada,saat ia berbelok tepat di lorong yang akan menuju bangsal itu ia berpapasan dengan seorang laki laki dan dua orang ibu ibu,yah Axel pernah melihat laki laki itu dia adalah Suami dari Ayana.

"kamu Ceraikan saja istri kamu itu Dik,...uda gila cacat lagi..."suara mencemooh terdengar dari mulut sang ibu,Axel menjadi memperlambat langkahnya untuk menguping pembicaraan mereka.Sungguh seumur hidupnya ia tidak pernah berbuat konyol ikut campur dalam masalah orang lain.Dan menguping,...adalah hal tercela menurutnya,tapi kali ini...

"Ayana hanya Depresi bu,dia tidak gila...."

"kamu terus saja membela istrimu yang kekanak kanakan itu,..." lelaki disebelah wanita itu mengusap wajahnya dengan gusar.

"Ceraikan istrimu itu,kamu tau biaya sebelumnya ditanggung oleh seorang dokter disini,bagaimana jika ia menuntut ganti.Dari mana uangmu,pasti itu banyak...belum lagi perawatan sampai wanita itu sembuh total,berapa banyak uang yang akan kamu habiskan Dika...."

"Tapi bu,....aku mencintai Ayana..."

"bulsyit dengan cinta.Kamu bisa mencari wanita yang lebih cantik dari wanita cacat itu...."

"bagaimana dengan Asyla bu...?"

"biarkan Risa dan keluarganya yang merawat,sejak awal ibu sudah melarang ayah mu menjodohkanmu dengan wanita lemot itu.Jika tidak karena karirnya yang bagus,kenapa juga kamu menyuruhnya berhenti..."

Axel menatap nanar lelaki yang hanya menghela nafas mendengar segala perkataan buruk tentang Ayana,padahal dia suaminya.Axel yang baru bertemu Ayana saja merasa geram mendengar wanita itu dijelek jelekkan.

Ia segera mempercepat langkahnya menuju ruang rawat wanita itu,ia tidak berminat lagi menguping pembicaraan yang membuat hatinya terasa sakit.

"Assalamualaikum Ayana..." sapa Axel begitu masuk kedalam ruangan,didalam sudah tidak ada siapapun selain wanita itu yang menatap senduh keluar jendela.Sungguh itu sangat mengganggu Axel,apa yang terjadi tadi begitu pikirannya mencari.

"wa'alaikumsallam,Dokter Axel.Maaf ya tadi Dokter safa sama dokter Huda akan periksa tapi lagi rame,jadi Dokter Axel harus visit ulang deh...." Axel akui wanita ini memang pandai menyembunyikan kesedihannya,dari caranya tersenyum sangat amat dipaksakan.

"kamu baik baik saja..." tanya Axel dengan kikuk,pasalnya Ia juga tidak tau untuk apa datang terburu buru kesini.Axel bahkan tidak membawa rekap medis atau Runa yang mencatat semua hasil pemeriksaan pasien.Good sekali kamu Axel,...sudah berapa tahun menjadi Dokter dan baru kali ini ia gugup menghadapi seorang pasien.

"Dokter,kapan saya bisa pulang...?

"Kenapa ? Kamu memikirkan biaya rumah sakit.Kamu tidak perlu risau,saya yang akan bayar semua sampai kamu sembuh...."

Wanita itu mengangkat wajahnya yang semula menunduk,tidak menatap Axel sepenuhnya karena dia masih menghindari kontak mata dengan siapa pun.

"Tapi dokter,saya akan merepotkan dokter.Keluarga dokter bagaimana...?"

Axel menghela nafas berat sebelum menjawab pertanyaan itu,ia membuka lebar lebar pintu rawat karena mereka hanya berdua didalam ruangan.Dilorong tampak banyak orang keluar masuk membesuk anggota keluarga sehingga Axel tidak terlalu takut jika mereka akan berduaan.

"saya tidak punya keluarga.Saya anak tunggal,Abi dan umi saya sudah meninggal sejak saya duduk dibangku SMA.Saya hidup sendirian,saya bekerja juga saya bagikan untuk yang membutuhkan karena itu kewajiban...."

Ayana tersenyum mendengar laki laki itu bercerita,entah mengapa ia merasa spesial diceritakan tentang lelaki yang baru dikenalnya dan menjadi wali sekaligus dokternya itu.

"Dokter tidak sendirian,Masih ada Allah yang selalu bersama dokter dan tidak akan meninggalkan dokter...."

Axel tersenyum melihat wajah teduh,baru kali ini hatinya berasa dialiri aura sejuk ketika berbicara kehidupannya pada orang lain.

"Saya akan dinas keluar kota dalam beberapa hari,Dokter safa dan Dokter Huda yang akan mengecek kondisi kamu,Jika ada apa apa beritahu mereka..."

"Dokter Setelah perbaan dikepala saya dibuka apakah saya bisa pulang...?"

"Tergantung kondisi kamu..."

"Aya..." Suara sesorang menghentikan percakapan manis mereka,siapa lagi jika bukan Ammar sang kakak.Beliau ternyata belum pulang,Ammar berencana merawat sang adik dirumah sakit.

"Kak Ammar tidak pulang? aya tidak apa apa kalo harus sendiri...."

"Kakak dan ibu akan bergantian menjaga kamu,Asyla akan dirawat paman dan bibi Risa...."

Ayana menghela nafas pelan,lagi lagi ia merepotkan bibi dan pamannya.

"eh,Dokter....Bagaimana kondisi adik saya saat ini Dokter..?"

"Ayana sudah lebih baik,asalkan emosinya stabil tidak perlu ada yang dikhawatirkan..."

Ammar mengangguk,ia merapikan selimut sang adik dan semua tak luput dari tatapan Axel.

"Saya akan dinas keluar kota selama beberapa hari,Akan ada dokter lain yang akan visit Ayana juga sudah kenal,...jika ada masalah beritahu mereka ...."

"baik Dokter..."

"ehm.Juga,jangan pernah permasalahkan biaya perawatannya saya yang akan tanggung sampai selesai.Anggap saja itu tanggung jawab saya sebagai walinya..."

Ayana menatap heran sang Dokter,mengapa lelaki ini begitu baik padanya.Ammar bahkan sampai membulatkan mata tak percaya.

"Saya permisi dulu,Assalamualaikum Ay..."

"wa'alaikumusallam Dokter..."

Axel berjalan meninggalkan ruang rawat namun saat sampai diambang pintu Ayana memanggilnya.

"Pak Dokter...!"

"Ya...."

"Terima kasih,semOga pak Dokter memperoleh wanita yang cantik dan baik hatinya..."

Axel menyunggingkan senyum sebelum benar benar pergi.

Ayana,....

Kau tau sebelumnya saya tidak ingin terikat suatu hubungan dengan wanita,entah itu pernikahan atau perasaan....

Tapi semenjak saya bertemu dirimu diruang operasi,menjadi satu pasien yang harus saya tangani saya mulai merasa aneh pada diri ini.

Hati saya berdebar untuk pertama kali melihat bagaimana kamu menarik saya,hanya snelli saja namun kamu langsung menarik hingga dasar hati dan pikiran saya...

Saya berdoa semoga semua tentangmu berjalan baik,tidak ada nama wanita yang pernah saya sebut sebelumnya dalam do'a ini,tapi sungguh akhir akhir ini saya sering menyebut namamu.Saya salah,sebab kamu sudah milik laki laki lain,tapi bolehkah saya merebutmu dari lelaki pecundang yang tak pernah memahamimu,melindungimu,....

Bahkan Agama dan akhlak baikmu itu cukup menjadikanmu wanita terberuntung seharusnya...

Baik baik,saya hanya berharap do'amu itu adalah untuk dirimu sendiri ,ya dirimu...


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C8
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous