"Apa maumu?" tanya Eyang Wijaya Kusuma kemudian.
"Aku hanya ingin meminta satu hal saja," jawab Senopati Taruma Sena.
"Katakan!"
"Aku menginginkan pemuda bernama Raka Kamandaka itu," katanya sambil menunjuk ke arah Pendekar Pedang Pencabut Nyawa.
Eyang Wijaya Kusuma tersenyum dingin mendengar keinginan orang itu.
"Kau tidak salah bicara?" ejeknya
"Tentu saja tidak,"
"Hemm, bagus, bagus sekali. Berarti kau mencari mati,"
"Mencari mati? Maksudmu, apakah kau tidak akan memberikannya kepadaku?"
Tatapan Senopati Taruma Sana semakin tajam menusuk. Selapis hawa pembunuhan tiba-tiba keluar dari pori-pori tubuhnya. Orang-orang yang berada di pihaknya juga sama. Bahkan mereka sudah bersiap siaga. Seolah-olah para tokoh itu sedang menanti perintahnya.
"Jika kau berada di posisiku, apakah kau mau memberikannya? Lagi pula, yang kau inginkan itu seorang manusia bernyawa, bukan manusia yang sudah menjadi mayat. Andai kata aku mau pun, belum tentu dia mau juga,"