_______________
Kim Doyoung tengah sibuk dengan laptop di hadapannya. Banyak berkas yang masuk dan harus segera diselesaikan. Namun, sebuah kasus lama kembali membuatnya penasaran. Tentang pembunuhan berantai yang telah memakan banyak korban dari kalangan petinggi negara, pengacara, bahkan seorang jaksa. Yang mana kesemuanya saling berkaitan satu sama lain.
Kasus telah ditutup setelah seorang pria paruh baya mendatanginya untuk menghentikan penyelidikan, kemudian mengaku sebagai pelaku utama dari kasus tersebut. Meski begitu, pria 24 tahun tersebut merasa tidak puas dengan hasil akhir yang masih menggantung. Di sisi lain, ia juga tak memiliki kuasa mengusut tuntas lagi setelah pengadilan secara resmi menutup kasus tersebut.
Doyoung dikenal dengan nama DHandy Young. Julukan itu diberikan oleh banyak rekan kerjanya setelah melihat kinerjanya yang dengan cekatan menyelesaikan kasus. Menurut mereka, Handy Young berarti lelaki muda yang cekatan, sementara D merupakan inisial nama Doyoung.
Tak butuh waktu lama bagi Doyoung untuk mencaritahu penyebab suatu kasus. Bersama dengan Renjun, lelaki genius yang selalu dipenuhi dengan pemikiran tak terduga, membuat mereka menjadi paket komplit yang dimiliki oleh salah satu kantor detektif swasta Seoul.
Seseorang mengetuk pintu ruangan. Renjun masuk begitu saja tanpa mendapatkan izin terlebih dahulu dari pemilik ruangan. Menghampiri Doyoung yang tengah duduk pada sofa panjang di tengah ruangan. Ia meletakkan sebuah flashdisk di samping laptop, kemudian mendaratkan tubuhnya duduk berhadapan dengan partner detektifnya itu.
Tanpa mengubah posisi, Doyoung melirik benda berukuran kecil persegi panjang itu sekilas, lalu beralih ke arah lelaki bermarga Huang di seberang meja sana.
Renjun tampak begitu letih. Ia menyandarkan punggung pada sofa dengan mata terpejam, sambil sesekali memijat pelipis.
Doyoung seolah mengerti dengan kondisi fisik Renjun dan menunda niatnya untuk mengajukan pertanyaan. Lelaki itu telah bekerja keras. Ia butuh banyak istirahat
"Ayo ke tempat sauna," ajak Doyoung, kembali fokus pada layar laptop setelah sebelumnya meraih flashdisk.
Lelaki bersurai blonde berkacamata itu membuka mata, kemudian menatap tidak percaya Doyoung, setelah mendengar ajakan terssbut terlontar dari bibir tipis agak berisi milik lelaki di hadapannya. "Sauna? Tapi kasus belum selesai."
"Apa perlu kita selesaikan dulu lalu bersantai? Kau butuh istirahat."
"Aku tidak apa-apa, Hyung. Aku hanya butuh berbaring, jadi biarkan aku tidur sejenak," kata Renjun sembari merebahkan tubuhnya pada sofa tempatnya duduk.
Mencoba mengambil posisi ternyaman kemudian memejamkan mata. Tak butuh waktu lama untuk benar-benar tenggelam dalam dunia mimpi. Beberapa menit kemudian, terdengar suara dengkuran keras.
Doyoung mulai memeriksa flashdisk pemberian Renjun. Berisikan rekaman CCTV kasus penyerangan terhadap seorang gadis sekolah menengah. Mengakibatkan korban yang masih berusia 17 tahun itu, kini harus terbaring koma di rumah sakit akibat pendarahan pada otak.
Pihak keluarga terus mendesak agar pelaku segera ditemukan, membuat Doyoung maupun Renjun harus bekerja lebih keras untuk mengusut tuntas kasus.
Dalam rekaman video, seorang lelaki berhoodie putih tiba-tiba saja menyerang gadis dengan seragam almamater abu-abu dan rok hitam motif kotak-kotak menggunakan sebuah batu tepat di kepala. Setelah si gadis tumbang, lelaki itu tak langsung pergi, justru menghujani korban secara membabi buta dengan pukulan masih pada bagian kepala.
Doyoung melirik Renjun yang semakin pulas tertidur. Sedikit penasaran bagaimana cara partner terbaiknya itu mendapatkan rekaman tersebut. Pasalnya, sempat terjadi perdebatan hebat antara mereka dengan pemilik restoran, yang mana lokasinya berseberangan dengan TKP. Pria paruh baya pemilik restoran tak ingin memberikan rekaman kepada mereka dengan alasan tidak mau terlibat pada kasus pembawa petaka semacam ini, salah langkah; bisa-bisa dirinya terkena imbas.
Renjun kemungkinan telah melakukan sesuatu yang membuat pria itu luluh. Sebuah keberuntungan memiliki Renjun pada timnya, kurang lebih seperti itulah pemikiran Doyoung saat ini.
Malamnya, ketika baru saja kembali ke rumah setelah keluar bersama beberapa rekan sesama detektif, Doyoung yang tengah sibuk dengan gawai langsung saja mendaratkan tubuh pada sofa panjang di ruang tengah, tetap di sebelah adiknya–Jeno–yang tengah fokus menyaksikan acara televisi.
Sesuatu mengganggu pikiran Doyoung saat ini. Pesan singkat dari Renjun sore tadi membuatnya tak bisa bekerja dengan baik. Lelaki itu berpamitan untuk menyelidiki kasus lama yang hampir tuntas; pembunuhan berantai yang telah ditutup.
Sedari tadi, Jeno sesekali melirik Doyoung dengan perasaan was-was. Pasalnya, malam sudah sangat larut dan ia belum juga tidur. Kakaknya akan terus marah jika hal itu terjadi.
Akan tetapi, Doyoung tidak seperti biasanya. Raut wajah gelisah agak gusar tergambar jelas di sana. Dirinya semakin resah kala nomor Renjun tak bisa dihubungi, setelah lelaki itu mengirimkan pesan beberapa menit sebelum Doyoung tiba di rumah. Sebuah foto potongan kertas dengan tulisan yang sulit dimengerti.
[Aku temukan ini dari orang yang sedang kuikuti. Aku rasa semacam sandi.]
[Hyung, senang bisa bekerja sama denganmu.]
Pesan terakhir yang dikirim oleh Renjun membuat Doyoung berpikiran buruk tentang lelaki itu. Beberapa pesan singkat yang ia kirim bahkan tak dibalas sama sekali. Sedang di mana dan apa yang Renjun lakukan sekarang? Sungguh membuat frustasi.
Doyoung kesal. Ia meletakkan gawai di atas meja, lalu menyandarkan punggung pada sandaran sofa sambil menjambak rambutnya frustasi.
"Istri pria itu datang lagi mencarimu."
Suara Jeno memecah keheningan. Kedua mata Doyoung yang sedang terpejam pun terbuka. Ia menatap lurus ke depan tanpa bergeming dari posisi nyamannya saat ini.