Télécharger l’application
3.57% Sleep Tight, Honey / Chapter 14: Dia Manusia atau Vampir?

Chapitre 14: Dia Manusia atau Vampir?

Jantung Honey benar-benar terasa ingin berhenti karena Night.

Pertama, dengan tanpa permisi pria itu mengajaknya berteleportasi menuju kamarnya Hana. Tanpa diduga, temannya itu tiba-tiba datang dan memergoki mereka. Lalu kini berakhir gadis itu tiba-tiba pingsan dengan Night yang langsung berpindah tempat lagi untuk menangkap tubuhnya.

"Dia bukan vampir…"

Suara Night memecah kekagetan Honey tadi. Sang vampir itu kini masih memegangi tubuh Hana sambil mengamatinya dengan seksama.

"Yang ini manusia seperti dirimu.

Honey kembali seperti tersadar dari keterkejutannya tadi. Dengan cepat ia bergeser mendekati Night dan Hana. Astaga, butuh sekitar enam langkah baginya untuk mendekati Night. Dengan jarak segitu, bagaimana mungkin Night bisa berpindah dengan sekejap mata seperti tadi?

"Kalau dia vampir, dia tidak akan bisa dibuat pingsan begini…"

"Ini dia pingsan karena kaget atau karena dirimu?"

"Tentu saja aku yang melakukan. Soalnya kalau tidak, dia bisa berteriak dan menyebabkan kekacauan. Tapi sebenarnya dari aku sudah tahu kalau dia ini manusia biasa. Di kamar ini tidak ada aroma vampir sama sekali."

Sebuah beban yang berat seakan baru saja terangkat dari bahu Honey. Dia merasa lega begitu mengetahui Hana adalah manusia biasa seperti dirinya. Setidaknya ada yang masih bisa dipercayainya walau mungkin nanti kemungkinan terburuk bisa saja terjadi.

Untuk yang satu ini Honey benar-benar harus berterima kasih pada vampir ini.

"Tapi berbeda denganmu, gadis ini benar-benar kesenanganku. Darahnya segar, banyak, dan warnanya menarik. Sungguh disayangkan dia bukan seorang perawan—"

"Kau jangan sembarangan!"

Honey berteriak cepat mendengar ucapan aneh itu. Dengan sigap dia mendekati keduanya, berniat melindungi Hana kalau saja Night berniat macam-macam.

"Kau tak boleh meminum darah temanku. Langkahin dulu mayatku!" teriaknya tajam dengan begitu waspada. Dia bahkan membantu menutupi dada gadis itu yang hampir terbuka akibat handuk yang melilit tubuh tampak nyaris melorot.

"Ck, aku juga tidak berniat begitu. Lagipula, aku juga berencana berhenti meminum darah manusia," jawab Night dengan wajah mendengus kesal.

"K-Kau? Seorang vampir berencana berenti meminum darah? Yang bener aja? Mana mungkin aku percaya."

"Aku bukan manusia rendahan sepertimu yang akan melakukan kebohongan," sela Night tak terima. "Ada yang bilang kalau darah tidak lagi ampuh untuk menangkal sinar matahari. Dia bilang mulutku jadi bau karenanya. Itu sebabnya aku memakai kain hitam ini di mulutku," tambah sang vampir sambil menunjukkan sebuah masker di yang tersimpan di saku jaketnya.

Honey tampak hanya mengerutkan dahi karena dirinya tak sepenuhnya mengerti. "Lalu kalau begitu vampir zaman sekarang minum apa dong?" tanyanya bingung.

"Itulah yang belum terpecahkan. Aku datang ke sini untuk mencari jawabannya kalau memang ada temanmu yang berasal dari kaum vampir," sahut Night yang entah sejak kapan telah membawa Hana pindah ke atas tempat tidur. Dia bahkan telah membaringkan gadis itu ke atas tempat tidur dan menyelimutinya.

"B-Bagus kalau begitu. Karena setidaknya aku mana darimu," kata Honey sambil kembali berjalan menyusul dua orang itu mendekati tempat tidur. Gadis manis itu tampak merengut sambil menatap wajah damai Hana, "Tapi tetep aja cara ini tak amanq. Besok aku harus bilang apa ke Hana kalau dia nanya kenapa tiba-tiba gue muncul di depannya dan bikin dia pingsan begini?"

"Jangan khawatir," Night tersenyum tipis padanya. "Dia sama sekali tak akan mengingatnya."

"Huh? Beneran?"

"Hum. Aku sudah menghapus kejadian ini dari ingatannya…"

"Sungguh?"

Untuk pertama kalinya Honey tersenyum lebar pada mahluk itu. Benar-benar merasa lega.

"Kau bisa menyimpan ucapan terima kasihmu untuk nanti," kata Night dengan percaya dirinya. Tersenyum dengan tak kalah lebar dari Honey.

"Gue juga tak berniat mengatakan hal itu kepada dirimu," teriak Honey dengan wajah memerah menahan malu.

Namun semua itu tak berlangsung lama. Karena tak lama kemudian Night kembali melarikan jemarinya. Menyentuh salah satu pundak Honey.

Dan keajaiban itu terulang kembali. Suasana kamar Hana tadi dengan secepat kilat berganti.

Meninggalkan kamar Hana yang dipenuhi oleh poster boyband idola, kali ini mereka berada di sebuah ruangan yang didominasi oleh warna maroon. Di salah satu sudut dinding terlihat menggantung sebuah pigura sangat besar yang bergambar wajah Jessica.

"Kau…."

Honey langsung kembali melayangkan tatapan mematikan pada Night. "SAMPAI KAPAN SIH KAMU TERUS BERSIKAP SEMUANYA BEGINI? KAU BISA MENGEJUTKANKU, TAHU TIDAK!" teriaknya mulai tak tahan. Dia bahkan nyaris menendang mahluk menyebalkan itu.

Night menguap cuek lalu berkata, "Berhentilah mengomel. Bukankah sudah kukatakan kalau tidak akan ada masalah setelahnya? Ya, tentu saja kecuali kalau mereka memang dari golongan vamp—"

Ucapan Night terputus ketika ia mengalihkan pandangannya ke sisi kanan saat seseorang memasuki kamar dengan tiba-tiba. Jessica tampak berdiri di ambang pintu sambil memberikan tatapan dingin pada keduanya.

"—Vampir…" sambung Night balas menatap Jessica.

Sementara Honey tak dapat melakukan apapun selain melotot tak percaya.

***

Keadaan masih saja hening dalam beberapa saat. Bahkan setelah Honey sedikit sadar dengan apa yang terjadi, gadis itu tak tahu harus bagaiman. Gadis itu terlihat gemetaran, perlahan membawa dirinya sedikit lebih merapat pada Night. Bersembunyi di balik punggung sang vampir yang saat ini masih balas menatap datar kedua bola mata cokelat milik Jessica.

Sorot mata Jessica terlihat dingin dan kejam, sebuah tatapan yang belum pernah Honey lihat dari sahabatnya itu sebelumnya.

"Seorang vampir yang menyamar…"

Suara Night memecah keheningan. Sang vampir lagi-lagi tersenyum tipis pada sahabat, bukan, vampir wanita yang masih berekspresi wajah datar itu.

"Tebakanku benar, bukan?" sambung Night kemudian.

"J-Jessica? K-Kau… k-kau… benar-benar seorang v-vva-vvam-vvampir?"

Honey memberanikan diri bertanya dari belakang punggung Night. Jauh di dalam hatinya masih berharap kalau apa yang ada di pikirannya ini tidaklah benar.

Ini tidak mungkin, bukan? Bagaimana bisa Jessica adalah vampir. Sulit sekali baginya untuk percaya.

"Huh, akhirnya. Aku tak percaya hari ini akan datang."

Jessica akhirnya bersuara untuk pertama kalinya. Gadis cantik dengan rambut blonde bergelombang itu tampak tersenyum sambil membagi pandangan pada keduanya secara bergantian.

"Jadi sejarah telah kembali tercipta," gumamnya tak lama.

"Sejarah apa?" tanya Night bingung. Honey juga tampak penasaran.

Jessica tersenyum sinis. Memiringkan wajahnya sambil menatap Night. Memperhatikannya dari atas ke bawah.

"Tanpa terasa sudah 409 tahun berlalu. Aku tak percaya akan dapat melihatmu lagi, Pangeran," kata si vampir wanita dengan senyuman tipis seakan menggoda si vampir pria.

"Pangeran? Siapa? Aku?" tanya Night bingung.

Jessica mengernyitkan dahinya tak senang. "Jangan bercanda. Kenapa kau pura-pura hilang ingatan seperti itu. Sudah seperti drama-drama murahan yang para manusia setel di TV mereka saja."

Namun Night benar-benar bingung. "T-Tapi aku benar-benar tak tahu. Jadi tolong jelaskan padaku. Siapa yang barusan kau panggil sebagai pangeran? Apakah aku yang dimaksud?"

***


L’AVIS DES CRÉATEURS
Putri_Andina_7944 Putri_Andina_7944

Creation is hard, cheer me up!

Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C14
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous