Télécharger l’application
3.14% Who is a Psychopath? / Chapter 6: First Kiss.

Chapitre 6: First Kiss.

"Emmmmm, hwahhhhh..." Abi menguap saat dia mulai tersadar dari tidur nya. Dia berusaha mengumpul kan kesadaran nya. Perlahan tapi pasti, Abi membuka matanya yang masih berat.

Abi sempat kaget saat melihat wajah seseorang tepat berada di depan nya. Abi mengamati wajah itu beberapa saat.

"Tampan." kalimat itu berhasil keluar begitu saja dari bibir Abi.

Kini tangan Abi seakan akan bergerak sendiri, entah sejak kapan jari jemari Abi sudah berada di wajah tampan itu. Dia menggerak kan tangan nya perlahan, ia tidak mau mengganggu tidur laki laki itu.

Merasa puas setelah mengitari wajah laki laki itu, Abi menarik tangan nya namun tiba tiba Zion langsung menggenggam tangan Abi. Abi langsung terdiam kaku, entah kenapa jantung nya berdetak lebih cepat seakan akan ingin melompat keluar.

"Sudah puas?" tanya Zion yang membuat Abi bingung dengan maksud nya.

"Puas apa?" Tanya Abi yang di balas lirikan ke arah tangan nya oleh Zion.

"Hah? Maksud kakak apa?"

"Kamu sudah puas menyentuh wajah saya?"

Deggggg.... Jadi sejak tadi Zion merasakan nya? Astaga, Abi bener bener malu ya Tuhan. Kenapa tangan nya Abi nakal banget sih Tuhan, sekarang jadi malu kan.

"Kenapa diam? Jawab pertanyaan saya."

"Pertanyaan yang mana?"

"Memang seberapa banyak saya bertanya sama kamu?"

"Ngak tau, Abi lupa."

"Sudah puas?"

"Emmmm, ma... maaf. Abi ngak sengaja."

"Saya tanya kamu sudah puas apa tidak, bukan suruh kamu minta maaf."

"Ihhh kak Zion kok nyudutin Abi sih? Iya Abi udah puas. Sekarang kak Zion udah puas denger jawaban Abi?" Sungut Abi kesal sambil memalingkan wajah nya.

Zion langsung menarik tubuh hingga saat ini tubuh mereka sudah menempel. Wajah Abi dan Zion sudah sangat dekat, bahkan Abi sudah bisa merasakan hembusan nafas Zion yang hangat.

Sudah lebih dari sepuluh menit mereka masih dalam posisi yang sama, hingga Abi memutus kan untuk mengakhiri kecanggungan itu. Abi berusaha memperbesar jarak diantara mereka. Abi langsung bersiap untuk turun dari kasur, namun tiba tiba Zion menarik tangan Abi hingga Abi oleng dan terjatuh ke kasur lagi.

Posisi mereka saat ini saling menindih, dengan Abi yang ada di atas. Mata mereka saling bertemu pandang. Abi yang semakin gugup saat Zion terus menatap nya langsung bersiap untuk berubah posisi.

Namun sebelum Abi berhasil bangkit, Zion langsung memeluk tubuh Abi dengan erat. Zion menekan tengkuk Abi hingga bibir mereka saling bertemu. Abi benar benar terkejut. Seakan akan Abi di hipnotis hingga tidak bisa bergerak sama sekali, hingga kesadaran nya kembali dan berusaha keluar dari pelukan Zion namun Zion malah mempererat pelukan nya.

Zion langsung mengubah posisi mereka. Kini Abi yang berada di bawah. Zion menatap lekat mata Abi. Sekilas Zion melirik ke arah bibir Abi yang begitu indah.

Kini tangan kanan Zion bergerak ke arah bibir Abi sedang kan tangan kiri nya berada di atas kepala Abi yang sedang mengaman kan tangan Abi agar tidak memberontak.

"Mengapa bibir mu bisa seindah ini gadis kecil?"

Zion terus mengelus lembut bibir Abi hingga akhirnya, perlahan lahan Zion memperkecil jarak mereka. Abi langsung menutup kedua mata nya, sedangkan Zion tersenyum melihat raut wajah Abi yang terlihat gugup.

"Kenapa kau menutup mata mu?" Abi yang mendengar pertanyaan itu langsung membuka matanya. Sekarang ia benar benar gugup, bahkan lebih gugup dari yang tadi.

"Hahh?? A... Abi nga nutup ma-- mphhhh" Belum selesai Abi berbicara Zion langsung mendarat kan bibir nya ke bibir merah Abi. Jika ciuman pertama tadi Zion hanya bermain santai saja, kali ini dia ingin lebih.

Zion menggigit pelan bibir Abi hingga Abi membuka mulut nya, dan Zion merasa itu kesempatan yang tepat untuk nya bermain main lebih dalam dengan bibir Abi.

Zion melumat bibir Abi dengan perlahan. Zion memainkan lidah nya di dalam mulut Abi. Setelah merasa mereka berdua sudah mulai kehabisan pasokan oksigen, Zion berhenti mencium Abi, namun sebelum ciuman itu benar benar selesai, Zion kembali mencium bibir Abi singkat, tanpa lumatan seperti tadi.

Zion mengelus puncak kepala Abi, dan merapikan rambut rambut kecil yang ada di dahi Abi. Dia mengelus pipi Abi.

"Bibir mu sangat nikmat gadis kecil." Ucap Zion sambil menunjuk kan senyum kecil nya. Saat Zion masih asik memainkan rambut rambut kecil milik Abi, dia langsung menghentikan kegiatan nya saat melihat Abi air mata Abi yang perlahan lahan keluar dan membasahi wajah gadis kecil itu.

"Heiii, kenapa kamu menangis hemm?"

"Ka-- Kak Zion ja--- jahat." Ucap Abi sambil sesenggukan. Zion mengangkat sebelah alis nya, seakan akan minta penjelasan.

"Kenapa kak Zion ambil first kiss Abi tanpa minta persetujuan Abi dulu? Hwaaaa kak Zion jahat." Ucap Abi sambil memukul mukul dada Zion.

Setelah mendapat beberapa pukulan dari Abi, tiba tiba Zion jatuh ke samping Abi. "Arhhhhh sakit, tolong aku." Ucap Zion sambil memegang dada nya yang tadi di pukuli oleh Abi.

"Hehh ka Zion kenapa? Sakit ya karena Abi pukul? Ma-- maafin Abi. Kak Zion ngak papa kan? Ka jawab Abi." Ucap Abi saat melihat keadaan Zion saat ini. Abi mengguncang guncang tubuh Zion yang tidak mau membuka mata nya. Dan Abi sampai tidak sadar bahwa air mata nya kembali keluar.

"Ka Zion, Ka Zion harus bangun. Maafin Abi, Abi tadi ngak sengaja pukul ka Zion. Abi janji Abi ngak akan marah lagi sama ka Zion, tapi kakak harus bangun ya? Abi mohon. Kak Zion, bangun.... Ka Zion mau cium Abi lagi kan? Iya boleh, Abi janji ngak akan marah, Abi serius kak."

Abi terus mengucap kan kata kata nya. Dia terus berusaha membangun kan Zion, namun nihil. Zion tidak bangun bangun. Hingga ia memutus kan untuk meminta bantuan. Ia tidak mau jika Zion sampai kenapa napa, karena bagaimana pun juga ini adalah salah nya.

"Abi harus keluar dan minta bantuan. Ia Abi harus minta bantuan." Ucap Abi, namun tiba tiba Zion langsung menarik tubuh Abi hingga kini Abi berada dalam pelukan nya. Entah sudah berapa kali, mereka berdua ada dalam posisi ini.

Namun entah mengapa, bagi Zion ini sudah menjadi hobi baru nya sejak tadi malam. Ia merasa sangat nyaman dan juga tenang, saat Abi berada dalam pelukan nya.

"Ka--- Ka Zion bangun? Jadi tadi ka Zion cuman pura pura? Ka Zion bohongin Abi ya?" Tanya Abi dengan wajah samar nya.

"Itu memang benar sakit sayang, hanya saja kamu tidak perlu seheboh itu seakan akan aku akan mati saat itu juga."

Apa Abi tidak salah dengar? Zion memanggil nya dengan sebutan sayang? Entah kenapa Abi merasa hati nya berbunga bunga saat Zion memanggil nya dengan sebutan itu. Padahal sebelum nya jika ada orang lain yang memanggil nya dengan sebutan sayang selain ayah bunda nya ia tidak akan terima.

"Ohhh iya, tadi kamu bilang aku bisa mencium mu lagi kan?" Ucap Zion sambil menunjuk kan senyum menggoda nya. Saat Zion hendak mencium Abi, tiba tiba Abi menutup bibir Zion dengan telapak tangan nya.

"Tidak mau. Ka Zion udah bohongin Abi. Abi gak mau di cium sama ka Zion lagi." Ucap Abi ketus yang hanya di balas senyuman oleh Zion.

"Hemm baik lah. Untuk kali ini, kau bisa lolos gadis cantik. Tapi jangan harap lain kali kamu bisa lolos. Setiap pagi ini akan menjadi rutinitas bagi mu."

"Hah maksud nya? Maksud ka Zion morning kiss?"

"Betul sekali gadis kecil ku."

"Aku tidak mau."

"Aku tidak suka penolakan. Dan ingat janji mu bahwa kau akan melakukan apa pun yang ku minta, atau jika tidak aya---"

"Iya baik. Abi akan melakukan nya, tapi jangan sakiti ayah bunda nya Abi."

"Selama kau tidak membuat ku marah, ayah dan bunda mu pasti aman gadis kecil." Ucap Zion dan dengan cepat dia kembali mengecup singkat bibir Abi sebelum beranjak dari tempat tidur nya. Ia yakin, jika berlama lama berada di kasur ini bersama dengan gadis kecil nya itu, ia akan sulit untuk menahan diri.

"Hari ini aku akan berangkat ke kantor, jangan coba coba unuk kabur dari rumah ini gadis kecil." Zion memperingat kan Abi.

"Iya, Abi janji ngak akan kabur."


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C6
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous