Télécharger l’application
70% WORLD OF TRONE : LONLY KING / Chapter 14: Chapter 14 Maju kena mundur kena

Chapitre 14: Chapter 14 Maju kena mundur kena

20 menit aku telah menunggu didepan gerbang gereja, sambil melamun aku memikirkan rencana untuk malam ini hingga sebuah suara memecah lamunan ku.

" Slammet, maaf membuat mu menunggu " Diana Sangat anggun, dengan balutan dress putih tanpa lengan dan rambutnya di ikat dengan gaya Messy Buns dipadukan dengan penjepit rambut berbentuk setengah mahkota bunga, persis seperti pengantin wanita namun dengan dress yang lebih kasual.

" Tak apa Diana, penantian ku terbayar lunas bahkan lebih dari itu. Bisa berkencan dengan wanita cantik seperti mu pria manapun pasti akan menunggu berapa lama pun " aku mengulurkan tanganku seperti seorang mengajak berdansa dengan sedikit membungkuk.

" Kau selalu saja begitu slammet " ia meraih tangan ku.

Kami pun menaiki kereta kuda yang telah aku sewa, dan dengan sedikit nasihat dari ibu Tina aku mengajak nya ke restoran yang cukup bagus di distrik satu.

Awalnya aku binggung masalah keuangan, namun ibu Tina memberikan ku uang dengan alasan kristal yang aku berikan kepada Tina dihitung sebagai pembelian gereja.

Aku menolak gagasan itu namun ia tetap memaksa dan mengatakan itu modal untuk kencan ku, dengan kejadian itu aku serasa di tampar.

Di dunia nyata aku tidak pernah berfikir tentang uang karena memang itu ada dan mudah, namun di sini dalam kehidupan ku ini aku hanya bajingan miskin.

Mulai sekarang aku harus bisa menghasilkan uang di dunia ini agar mampu setidaknya menghidupi diri ku sendiri.

Setelah kami sampai aku memesan meja yang berbeda di balkon lantai atas, itu merupakan ruang VIP dan mahal namun dengan uang yang aku dapat bahkan sedikit pun itu bukan milik ku, itu pemberian ibu Tina untuk menyenangkan Diana.

Kami pun duduk di meja yang telah di hias dengan sangat mewah, pemandangan kota terlihat jelas karena posisi restoran ini berada di kaki bukit.

" Diana kau tau, tadi aku sempat sedih saat menunggu mu " setelah menikmati suasana di sana aku memulai percakapan.

" Aku minta maaf slammet, ada beberapa hal yang harus ku urus sebelum bersiap tadi " diana tampak menyesal saat menjelaskan keadaan nya.

" Eumm bukan itu Diana" aku meraih tangan nya dan melanjutkan.

" Saat aku menatap langit tidak ada bintang satupun di sana, aku berfikir mungkin kah semesta tidak menyetujui pertemuan kita malam ini " aku memasang wajah kecewa.

" Namun ternyata aku salah Diana, bintang-bintang itu malu bersaing dengan kecantikan mu sehingga mereka pergi bersembunyi "

" Slammetttt.. berhenti lah memainkan ku " ia tersipu malu dan mencubit tangan ku.

" Haha, tapi aku mengatakan yang sebenarnya Diana " aku menikmati reaksi Diana kali ini, sungguh sangat lucu mengingat sebenarnya dia adalah sosok yang tegar dan kuat saat menyandang gelar nya.

Kami pun makan malam dengan percakapan ringan dan sesekali aku menggoda Diana.

Selesai makan aku mengajak Diana pulang, namun ia malah menggelengkan kepalanya dan mengajak ku pergi ke distrik dua.

Aku yang sedari tadi menunggu Diana untuk mengatakan apa yang tadi siang tidak jadi namun sampai sesi makan selesai ia tidak memulainya dan menganggap bahwa ia tidak jadi namun ternyata ia memiliki rencana lain.

Setelah melewati gerbang distrik satu pemandangan berubah total, kalau distrik satu sepi dan hanya beberapa orang yang beraktifitas di sini masih ramai dan banyak orang sungguh lebih hidup suasananya.

Dengan berbagai macam aktivitas yang dilakukan orang-orang bar dan restoran semuanya ramai.

Dengan kereta kuda kami berjalan melewati jalan kota yang ramai selama 20 menit kami sampai di sebuah bangunan yang berbentuk menara yang menjulang paling tinggi di kota.

Kami pun naik ke lantai paling atas, dengan sedikit balkon Diana mengisyaratkan agar aku berdiri di sampingnya.

" Slammet, bagaimana menurutmu distrik kedua ini ? "

" Lebih hidup dan ... bebas " aku menjeda kata-kata ku karena menghirup udara malam di distrik kedua ini.

" Sejujurnya aku bukan bangsawan asli, ayahku hanya rakyat biasa dan anggota biasa gereja namun ibu ku merupakan anak tetua gereja saat itu. "

" Aku dibesarkan dalam lingkungan yang memandang ku sebelah mata, bahkan keluarga ibu ku seakan membenci ku karena status ayah ku " Diana bercerita sambil melamun memandangi distrik kedua.

" Namun karena hal itu aku selalu berusaha lebih keras untuk menghilangkan label pada ku, pada ayahku. "

" Bahkan orang biasa pun mampu untuk setara dengan mereka, dan disinilah aku sekarang menyandang gelar kesatria suci Greja namun itu tidak merubah banyak hal "

" Apakah mungkin karena aku merupakan kesatria suci tingkat bawah ? Sehingga mereka tetap melabeli ku dengan kalangan bawah ? " Diana mulai meneteskan air matanya.

" Setiap hari aku berlatih, belajar, dan bersemangat dua kali lebih dari anak seumuran ku di gereja hingga aku terpilih menjadi kesatria suci Greja. Bertahun tahun Lelah, putus asa, sakit, kecewa, semuanya aku telan setiap hari ! "

" Aku hanya ingin diakui, apakah usahaku belum cukup ? Apakah salah bila ayahku hanya orang biasa ? " Diana mulai tidak bisa mengontrol perasaan nya.

" Diana tenangkan diri mu " aku memeluknya, dia makin menangis dalam pelukan ku.

" Aku takut slammet.., aku takut untuk melakukan sesuatu lagi dan membuat orang itu kecewa karena aku hanya orang biasa yang cuma bisa berusaha " Diana membalas pelukan ku dengan erat.

" Aku takut untuk kehilangan pengakuan nya dan yang terakhir kalinya aku tidak ingin kehilangan pengakuan orang lain lagi " Diana menggelengkan kepalanya

" Percayalah bahwa kemauan mu untuk berjuang akan terbayar suatu saat nanti " aku meyakinkan Diana agar ia menjadi tenang.

" Aku akan membantu mu menjaga pengakuan it.. " belum selesai aku bicara segera di timpali

" Itu kau slammet, aku takut untuk mengecewakan mu karena aku tidak mampu menjadi wanita yang kau harapkan sama seperti keluarga ku yang mengabaikan ku "

" Aku takut usahaku tidak akan cukup menyenangkan mu dan akan membuat mu pergi mengabaikan ku " Diana makin tenggelam dalam pikirannya.

Melihat Diana menangis seperti anak kecil yang akan di tinggal orang tua nya pergi ke luar kota sungguh sangat lucu.

" Dengarkan aku Diana " aku segera menekan lengan nya dan mendorong nya menjauh sedikit agar kami bertatapan.

" Kau ingin tau apa yang membuat ku menyukai mu ? " Aku menatap mata Diana yang telah lelah menangis.

" Aku menyukai kesederhanaan mu ! Dengan tekat yang luar biasa makin sempurna lah kau di mata ku "

" Dan bonus terbaik yang aku dapat adalah kau wanita yang sangat cantik " aku menyeka air mata Diana.

( Treng..treng..treng)

Suara lonceng mengagetkan kami berdua, Diana yang sudah lebih tenang menyeka wajahnya dan merapikan lagi pakaiannya.

" Aku bersyukur karena hadirnya dirimu slammet, dan dengan itu percaya lah padaku bahwa aku akan berusaha menjadi yang terbaik untuk mu "

" Tentu Diana, bahkan bila dunia ini mengabaikan mu aku akan tetap akan memperdulikan mu "

Aku kembali melihat ke arah kota memperhatikan orang-orang, disini kau hidup dengan keadaan yang berbeda.

Berusaha dari bawah lagi dan berjuang bersama orang yang aku percaya.

Di dunia nyata aku sudah muak dengan penghianatan dan sandiwara yang di lakukan orang-orang terhadap ku, menjadikan ku pasukan satu orang.

Namun disini aku kembali percaya pada orang lain dan berjuang bersama mereka, dengan kemampuan ku sendiri tanpa bantuan orang tua ku tanpa koneksi dan tanpa perlindungan, hanya tubuh dan pikiran ku sebagai modal.

Malam pun semakin larut dan aku mengajak Diana kembali ke gereja, nuamun ia berdalih ingin menghabiskan malam ini bersamaku.

Aku sangat paham arah dari kemauan nya itu, beradu kasih semalaman tentu saja !

" Tidak sekarang Diana, aku memiliki jadwal pelatihan dan tidak ingin mengacaukannya " Namun aku menolak itu dengan alasan ingin fokus, tapi yah persetan dengan pelatihan aku takut dengan Putrianna ! Dan nanti ia akan ke apartemen ku.

" Kalo aja aku punya waktu bisa ena-ena sama Diana, Arghh ! " Aku frustasi dalam hati karena takut dengan Putrianna.

" An.. baiklah slammet tapi ak... Ummehhhm " sebelum Diana melanjutkan kata-katanya aku segera 'menyerang' nya.

Aku hanya melemparkan batang korek api ke minyak, Diana yang kaget langsung menanggapi dengan lebih liar.

" Ini tadi kalo gw ladeni bisa-bisa gw mati kecapekan lah " dalam hati aku berseru karena melihat tingkah Diana yang sangat liar dalam menuruti nafsunya.

Kalau putrianna itu memang orang yang agresif sejak awal sehingga saat di pancing ia akan memakan umpan seperti predator pada umumnya , namun Diana kebalikan dari itu ia tampak menutup diri dan cenderung malu-malu tapi ketika ia di pancing sedikit ia ibarat hewan buas yang kelaparan melihat seonggok daging ia hanya tau cara maju tanpa memperdulikan yang lain.

Kami bercumbu lebih dari 5 menit, saat sudah kehabisan nafas aku menghentikan adegan itu.

" Apakah itu cukup ? " Aku bertanya sambil merapikan pakaian ku dan menata rambut diana.

" Anu.. tidak, aku ingin lebih slammet " ia tertunduk dengan nafas yang masih terengah-engah.

" Tidak sekarang Diana " aku mencium kening nya dan kami lekas kembali ke gereja.

Setelah masuk ke kamar aku memutuskan logout dan bersiap menyambut penghakiman ku malam ini.

" Merokok dan minum kopi emang paling dabest dah pas lagi kacau " kelar merapikan apartemen aku menikmati malam di balkon, saat menghirup udara malam di dunia nyata sungguh sangat buruk dengan saat berada di game.

(Trrriing)

Suara bel pintu mengagetkan ku.

" Suara kematian ku benar-benar mengguncang jiwa ku ! " Dalam hati aku belum siap dengan apa nasib ku nanti.

" Hai sayangku, bagaimana hari mu ? " Putrianna menyapaku setelah kubuka kan pintu.

" Baik, suguh sangat baik " aku tersenyum masam dan mengambil belanjaan yang di bawa nya.

" Oh.. jadi kau bersenang-senang lagi dengan wanita itu hmm ? " Putrianna berjalan ke arah dapur, ia melirik ku dengan ujung matanya.

" Ah.. itu.. tidak, tentu saja tidak " aku kaget dengan pertanyaan mendadak nya, dan dengan bodoh ku terlihat grogi.

" Hmm.. " ia melanjutkan langkahnya dan bersiap memasak.

" Kau bau rokok, mandilah aku muak dengan bau itu " ia berkata dengan acuh sambil mencuci sayuran.

" Ai, ai, kapten " aku menjawab tanpa daya dan lekas mandi, persis seperti seorang anak yang di perintahkan ibunya untuk mandi setelah bermain seharian.

Selesai mandi aku pergi ke ruang makan dan mendapati putrianna telah duduk menunggu ku dengan tenang.

" Duduk " ia merubah sikapnya menjadi serius.

Kami pun makan malam dengan sunyi mungkin bila ada orang lain di apartemen ku ia akan menganggap tidak ada penghuninya, hanya suara sendok membentur piring sesekali yang menunjukkan kami sedang makan.

Selesai makan aku mencuci piring dan ia pergi ke kamar awalnya aku berusaha menghindar putrianna dengan pergi ke balkon dan merokok, namun ia segera menghampiri ku dan mengambil batang rokok di tangan ku meremasnya dan melemparkan ke samping.

Ia menarik tangan ku hingga berdiri di depan sofa, tanpa peringatan ia mendorong ku terduduk di sofa.

" Jadi sampai mana kita tadi siang ? " Ia kembali menduduki paha ku, saat ini putrianna telah menggunakan 'baju dinas malam' sehingga ia lebih leluasa bergerak.

" Eee, anu.. aku tidak bermaksud " aku berusaha menyelamatkan bokong ku dari kekejaman.

" Terus ? " Ia menjawab singkat.

" Bisakah aku malam ini tidur dengan nyenyak " aku memohon pada kata-kata ku dan memalingkan wajah ku.

ia mendekap wajah ku dengan kedua tangan nya dan menghadapkan ku tepat di wajahnya.

" Oh tentu saja sayangku, akan kau pastikan tidur dengan nyenyak bahkan kau akan bersyukur bisa tidur " ia menjawab dengan menjilat bibirnya seperti monster yang melihat mangsa, dan aku lah mangsa nya.

" Ah ayolah sayang, aku masih punya hari esok untuk di perjuangkan " putrianna menurunkan tali baju dinasnya, terlihat dress itu tergantung di lengannya tanpa daya memperlihatkan sebagian tubuh atasnya.

" Aku sangat paham sayang, namun malam ini aku akan memberikan mu pengalaman terbaik yang akan menjadi semangat mu esok hari " ia berbisik di telinga ku.

" Semangat gundul mu ! " Aku dalam hati memaki nya karena mempermainkan ku.

Jadi ini yang dirasakan para wanita saat aku pojokan, ingin menolak namun tak bisa, ingin lari tapi tak mampu, ingin pergi namun hati menolak.

Putrianna segera melepaskan baju ku, dan tanpa daya aku menuruti kemauannya.

Ia segera melancarkan aksinya dengan menyerang bibirku dan bersenang-senang di sana, meraih tangan ku dan meletakkannya di tubuhnya menuntun tangan ku meremas dadanya.

Sesekali ia mengendurkan mulutnya untuk mendesah dan mengerang, tangannya yang satu lagi selama ini mendekap kepalaku namun saat ini berpindah ke bawah dan mulai mengeksploitasi tubuh bawah ku.

Aku bisa mengendalikan kemauan tubuhku sehingga bisa bertahan, namun karena saat ini aku berperan menjadi korban maka aku menurutinya.

(Culuhh)

Ia melepaskan ciuman dengan lidahnya yang masih menjulur.

" Sayang aku sudah tidak bisa menahan nya " ia segera menarik celana ku turun dan dengan mandiri memasukkan nya.

" Ahhhahh.. sayang aku ingin mendengar semuanya ! Ceritakan apa yang kau lakukan dengan nya ! " Putrianna menikmati waktu nya sendiri, mungkin ia telah 'meninggi' sehingga pikirannya telah kacau.

Aku memulai ceritaku saat-saat bercumbu dengan Diana, dan pada bagian aku dan Diana menjadi liar ia meningkatkan tempo gerakannya, seakan ia terpacu dengan itu.

Putrianna terobsesi dengan ku terlalu jauh, mungkin saat orang lain mengetahui bagaimana kami mereka akan mengatakan kami sebagai orang gila karena terlalu terobsesi.

Namun yah itu nikmat, sangat nikmat !

Setelah ronde pertama selesai, putrianna dan aku telah lelah lalu memutuskan istirahat.

Permainan berlanjut di kamar hingga kami berdua tertidur pulas karena kelelahan, aku bersumpah pada diriku untuk tidak lagi bermain-main dengan bodoh.

Walaupun rasanya luar biasa, tetap saja mental ku kena.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C14
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous