"Ya. Aku rasa Hera benar, pulau itu dapat menghilang."
Mats dan yang lainnya mengangguk setuju.
Sebelumnya, Kharysor sempat bercerita bahwa Hera mengatakan jika pulau itu dapat menghilang. Mereka membicarakannya lagi pagi ini.
"Kau ingin bilang kepada komandan?" tanya Noah.
"Tentu saja."
"Lagipula aku juga melihat bahwa pulau itu nyata. Aku, Hera, bahkan komandan juga melihatnya," jelas Kharysor.
"Bagaimana jika kalian keliru?"
Lagi-lagi Leucos berusaha memojokkannya.
"Jika kau punya masalahku, maka jangan bawa-bawa Hera!" bentak Kharysor.
"Kau menyukainya?" ledek Leucos.
Semuanya menatap Kharysor tak percaya.
"Kau menyukainya?" tanya Alaska penasaran.
Noah memberi kode kepada Alaska agar dia diam.
"Aku tidak mengatakan Hera tetapi kau sendiri yang mengatakannya," kata Leucos mengungkit.
Kharysor memandangnya acuh tak acuh.
"Kau kemarin ada di campnya kan?"
Semuanya tercengang.
"Kau tahu? Kenapa tidak memberitahu kami?" sergah Mats.
Leucos tidak menanggapinya.
"Kau berada di camp Hera kemarin?" tanya Demure kalem.
"Ya," jawab Kharysor singkat.
"Kalian pacaran?" celetuk Alaska.
Bukk!
"Kau gila!"
Noah memukul lengan Alaska.
"Ya kan aku cuman bertanya," kata Alaska mengelus-ngelus lengannya.
"Aku hanya memastikannya baik-baik saja, memangnya kenapa? Kau tidak suka?" kata Kharysor terang-terangan.
"Aku? Tidak suka? Levelku tidak serendahmu," ejek Leucos.
Kharysor yang sudah tidak tahan pun meninju Leucos sampai ia tersungkur kebelakang.
"Kurang ajar."
Leucos yang tak mau kalah pun balas meninju Kharysor.
"Hei! Hentikan!" teriak Owen meleraikan.
Mereka berdua malah berkelahi dan semakin menjadi-jadi.
"Apa yang kalian berdua lakukan?" teriak Komandan Haides saat memasuki camp.
Semuanya langsung berbaris rapi.
"Salam hormat Komandan Haides."
Niatnya adalah berbicara dengan Kharysor dan Hera mengenai Pulau Carehayes.
"Kalian berdua ikut aku!"
Mereka berdua mengekori Komandan Haides dengan wajah yang penuh lembam.
Sesampainya di camp milik komandan, Leucos dan Kharysor di interogasi.
"Apa yang membuat kalian berkelahi?"
Keduanya hanya diam.
"Kharysor?"
"Leucos mengatai Hera," jawab Kharysor sambil menunduk.
"Apa?"
"A-aku tidak mengatainya apa-apa. Tadi aku kira mereka berdua pacaran, lalu Kharysor menyerangku."
Leucos berusaha membela dirinya sendiri.
"Kau yang memulainya Kharysor?"
"Ya. Dia yang memulainya," sambar Leucos.
"Aku tidak bertanya padamu Leucos."
Leucos terdiam.
"Ya," jawab Kharysor pelan.
Komandan Haides menghela nafas pelan.
"Aku tahu kau ingin membela putriku, tetapi bukan begini caranya."
Leucos melongo mendengar kata-kata putriku.
"Hera putri komandan?" batin Leucos.
"Maafkan aku komandan."
"Walaupun pangkatmu tinggi tetapi kau harus menerima hukuman juga karena membuat keributan," kata Komandan Haides kalem.
"Baik komandan," jawab Kharysor ikhlas.
"Kau juga," kata Komandan Haides beralih kepada Leucos.
"Tapi aku ha-"
"Jika kau menahan emosimu, mungkin saja masalah ini tidak akan sebesar ini."
Leucos menghela nafas kesal kepada Kharysor.
"Hukuman kalian berdua adalah berpratoli malam hari penuh. Leucos kau di area bawah camp dan Kharysor di area atas," jelas Komandan Haides.
"Baik komandan."
"Kalian boleh pergi."
Mereka berdua permisi dan meninggalkan camp Komandan Haides.
"Kau selamat kali ini Kharysor, aku akan me-"
Saat Leucos menoleh ke arah Kharysor, ia tidak melihat Kharysor. Leucos yang kebingungan pun kembali ke campnya.
"Hera. Kau apa-apaan sih?"
Kharysor ditarik oleh Hera ke belakang camp komandan.
"Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian tadi."
"Kau berkelahi?" tanya Hera memandangi wajah Leucos yang lembam.
Leucos mengangguk pelan. Ia takut Hera marah padanya.
"Bibirmu berdarah," kata Hera memegang pelan bibir Kharysor yang berdarah.
"Akh."
"Maaf," Hera menjauhkan tangannya.
"Tidak apa-apa," Kharysor mendekatkan tangannya ke wajahnya.
"Sini ku obati," ajak Hera.
Mereka menuju ke camp Hera. Kemudian gadis itu mengobati lembam-lembam di wajah Kharysor di tempat tidurnya.
"Lukamu sendirj sudah sembuh?" Hera melihat lengannya.
"Aku rasa sudah," kata Hera melihat luka-lukanya.
"Lukanya berbekas," guman Kharysor memerhatikan luka Hera kemarin.
"Tidak apa-apa nanti juga hilang sendiri."
Kharysor memandangi wajah Hera yang sibuk mengobatinya.
"Apakah aku menyukainya? Jujur saja aku nyaman berada di dekatnya," kata Kharysor membatin.
"Hera."
"Ya?"
"Kau pernah menyukai seseorang?"
"Huh?"
Kharysor malu sendiri.
"Tidak jadi. Lupakan!"
Kharysor beranjak pergi namun Hera menariknya.
"Jangan setengah-setengah ih," Hera menarik tangan.
Kharysor membuang muka malu.
"Aku menyukai seseorang."
Pengakuan Hera menarik perhatiannya.
"Siapa?"
"Hm...dia menyebalkan, sangat menyebalkan."
Otak Kharysor langsung berpikir.
"Leucos?" tanya Kharysor takut-takut.
"Astaga tidak mungkin," balas Hera cepat sebelum Kharysor salah paham.
"Lalu siapa?" Kharysor semakin penasaran.
"Sebenarnya aku juga ragu dengan perasaanku."
Rasa penasaran Kharysor semakin menjadi-jadi.
"Hera. Aku serius siapa?"
Sejujurnya Hera juga terlihat malu-malu mengatakannya.
"Haruskah aku jujur padanya secepat ini?" batin Hera.
"A-aku menyukai-mu."
Jantung Kharysor mendadak mencelos. Perasaanya campur aduk, antara senang, terkejut bahkan tak percaya.
"Ahh. Sudah lupakan," giliran Hera yang beranjak pergi.
"Gila. Kenapa kau malah terang-terangang," Hera mengomel-ngomel sendiri.
"Hera," Kharysor menariknya sambil tertawa.
Hera menatapnya sinis.
"Jangan menatapku begitu," kata Kharysor sambil tertawa.
Hera hanya diam.
Kharysor menangkup pipi Hera dan mendekatkan wajahnya.
"Aku juga menyukaimu," kata Kharysor datar.
Wajah Hera langsung merah padam, ia bahkan tidak bisa menahan senyumnya karena kegirangan.
Kharysor memojokkannya ke tempat tidurnya sehingga membuat Hera berbaring di sana.
"Kau mau apa?" tanya Hera sedikit terkejut.
Kharysor menatapnya lamat-lamat.
"Menciummu."
"A-ap-"
Kharysor mengecupnya sekilas.
"Sudahlah ini masih pagi," Hera mengusir Kharysor.
"Ayolah!"
"Sudah sana."
Kharysor tidak menanggapinya.
"Kau mau kemana?" tanya Kharysor mengikutinya dari belakang.
Hera menggedikkan bahunya.
Hera menuju ke sembarang arah dan kakinya bergerak ke atas camp.
Taptap!
"Apa itu?" tanya Hera terkesiap.
"Kenapa?"
"Kau tidak melihatnya?"
Hera terlihat mencari sesuatu.
"Melihat apa?"
"Baru saja ada yang lewat, saat aku menginjakkan kakiku di sini," jawab Hera.
Seseorang melewatinya pada saat Hera tengah berdiri di atas camp.
"Aku tidak melihat apa-apa."
Hera berpikir.
"A-aku rasa, hanya perasaanku."
Kharysor menatapnya bingung. Lengang sejenak di antara mereka berdua.
"Mengenai perkataanku tadi, aku serius."
Hera tertegun mendengarnya.
"Aku benar-benar menyukaimu."
Kharysor mengatakannya dengan serius membuat Hera senang.
"Aku juga," balasnya kalem.
Kharysor menggenggam tangan Hera.
"Kau mau jadi pa-"
Hera langsung mencium Kharysor tanpa aba-aba, sehingga membuatnya terkejut.
"Aku mau."
Hera menangkup pipi Kharysor.
Momennya berakhir pada saat Komandan Haides memanggil mereka berdua untuk membahas Pulau Carehayes.
"Menurutmu pulau itu dapat berpindah tempat?"
"Ya," jawab Hera.
"Apakah kita butuh pendapat yang lain?"
"Tidak."
"Ya."
Jawab Hera dan Kharysor di saat yang bersamaan. Mereka berdua saling menatap, yang satunya mengangguk dan yang satunya menggeleng. Komandan Haides menatap mereka bingung.
"Tanyakan pada yang lain juga," kata Hera tanpa basa-basi.
"Lebih baik tidak komandan, bagaimana jika pendapat mereka banyak yang berbeda dan membuat keributan?"
"Tidak, lebih baik mereka berpendapat daripada ada yang tidak setuju dengan pendapat kita nanti, itu akan membuat lebih banyak masalah," balas Hera tak mau kalah.
Komandan Haides hanya memperhatikan mereka berdebat.
"Tenang dulu, biar aku yang memutuskan."
Mereka berdua menatap Komandan Haides penuh pengharapan.
Like it ? Add to library!
Creation is hard, cheer me up!
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!