Chapitre 44: Layaknya Menantu

"Bagus kok," kataku jujur.

Entah mengapa, sepertinya bunda atau ayah terkesan biasa-biasa saja. Maksudku bisa saja mereka segera mengusirku atau melarang kak Riki berlama-lama di kamar ini. Hanya berdua saja, namun sepertinya mereka benar-benar memercayai anaknya.

Tentu saja aku iri, setidaknya kak Riki walaupun bandelnya kebangetan (kadang sih) namun dia begitu dipercayai oleh keluarganya.

"Bukannya kamu nggak suka warna ungu? Mau yang hijau muda aja atau gimana?"

Aku meringis, bahkan sampai masalah warna kesukaanku saja kak Riki tahu. Lah aku? Entahlah, namun jujur saja memang aku tak tahu banyak hal tentang dia.

Ini lebih menyedihkan dari yang pernah aku bayangkan ternyata. Duh, aku bingung harus bagaimana.

Ah, membahas warna kami sedang memilih sepatu untukku. Entah mengapa kak Riki ngotot untuk membelikan sepasang sepatu yang akan couple dengannya.