Télécharger l’application
4.51% Biarkan Cinta Memilih / Chapter 13: Dua belas

Chapitre 13: Dua belas

Pagi harinya, Salsha masih setia meringkuk di kamarnya. Hari ini hari minggu, hari yang pas untuk bermalas-malasan. Seperti saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 11 siang tetapi Salsha masih tidur di kasurnya.

Salsha mendengar pintu kamarnya di ketuk dari luar. Dengan mata yang berat Salsha membuka matanya. Ketukan itu makin keras terdengar. Dengan sangat malas Salsha bergerak dari kasur nyamannya dan membuka pintu kamarnya.

"Baru bangun lo?"

Salsha membuka matanya sempurna dan melihat Aldi yang mengetuk pintunya. "Gue masih ngantuk. Lo mau ngapain, sih."

"Cewek kok bangunnya siang. Malu kali," cibir Aldi.

"Gue lagi malas berdebat sama lo," jawab Salsha malas. "Mau ngapain? gue mau lanjut tidur."

Aldi menarik tangan Salsha untuk berdiri tegap. Salsha memberontak dan menepis tangan Aldi.

"Apaan sih lo. Nyari masalah mulu!"

"Bangun, trus mandi. Gue mau ngajakin lo ke supermarket beli kebutuhan dapur. Nggak bisa gue gini terus."

Salsha menggeleng dan menutup pintu kamarnya dengan sedikit keras. "Lo sendiri aja. Malas gue."

Salsha kembali ke kasurnya dan berniat melanjutkan tidurnya. Tetapi kata-kata Aldi berhasil membuat mata Salsha terbuka lebar.

"Lo kalo nggak mau nemanin gue belanja, gue pergi sama Bella aja. Sekalian gue bilang sama dia kalo kita tinggal serumah," kata Aldi dari luar.

"Bangsat!" maki Salsha.

Tanpa berpikir panjang lagi, Salsha kembali membuka pintunya dan menatap malas Aldi. "Udah bisa ngancem gue ya lo sekarang. Asal lo tau, kalo Bella tau yang malu bukan cuma gue tapi lo juga."

"Gue nggak malu!" jawab Aldi enteng. "Apa perlu gue nelfon Bella sekarang dan ungkap semuanya? Biar satu sekolahan pun tau kalo kita di jodohin."

"Anjing ya, lo!" maki Salsha lagi. "Tungguin bentar, gue mandi dulu."

"Gitu dong, pembantu harus nurut sama majikan."

Merasa tersinggung dengan ucapan Aldi, Salsha menimpuk kepala lelaki itu. "Anjing lo!"

Aldi terkekeh. "Gue tunggu lima belas menit, lebih dari situ gue kasih tau Bella sama anak-anak yang lain tentang hubungan kita."

*****

Setengah jam sudah tetapi Salsha belum juga keluar dari kamarnya. Aldi yang mulai lelah menunggu Salsha pun berteriak kencang.

"WOY SAL, KELUAR LO. LAMA BANGET!"

Tak ada jawaban apa-apa.

"NGGAK USAH PAKE DANDAN SEGALA, KITA CUMA KE SUPERMARKET."

Salsha datang dengn wajah sinisnya. Aldi tak punya kesabaran sedikitpun. Aldi kira, mandi dan bersiap-siap tidak membutuhkan waktu yang lama.

"Berisik banget sih lo dari tadi. Cowok kok nggak ada sabarnya," dumel Salsha.

"Lo lelet. Mandi doang lama banget."

"Setengah jam lama?" Salsha melongo. "Gue juga harus dandan-dandan dulu, kali."

"Dandan juga muka lo gitu-gitu doang, nggak ada menariknya," cibir Aldi dan masuk ke dalam mobil.

Salsha mengepalkan tangannya dan menghentakkan kakinya kesal. Masih pagi tetapi lelaki itu sudah membuat ia dongkol seperti ini.

Salsha menghela nafasnya dan masuk ke dalam mobil. Salsha menatap sinis Aldi. "Bisa gila gue lama-lama tinggal sama lo. Masih seminggu aja gue udah muak, apalagi tiga bulan. Ya Tuhan, kuatkan hambamu ini."

Aldi terkekeh ringan mendengar ucapan Salsha. Tak ingin lama-lama lagi, Aldi mulai menjalankan mobilnya memasuki jalan raya.

"Baru juga seminggu lo udah gini, apalagi kalo lo tinggal berdua sama gue selamanya," ucap Aldi memancing Salsha.

Salsha membelalakkan matanya dan memukul lengan Aldi. "Nggak usah ngimpi! Ya kali gue mau tinggal selamanya sama lo."

"Kalo gue mau di jodohin sama lo, kita nikah, tinggalnya berdua, lah," kata Aldi enteng. Ia ingin mentes Salsha tentang perjodohan mereka.

Salsha memicingkan matanya menatap Aldi. "Lo mau di jodohin sama gue?"

Aldi mengangguk dan menatap Salsha sekilas. "Iyaa. Gue mau di jodohin sama lo."

"NO! BIG NO!" Salsha berteriak histeris. "Gue nggak mau. Gue mau nikahnya sama Farel, bukan sama cowok mulut lemes kayak lo."

"Tapi kalo takdirnya kita jodoh gimana?" Aldi menaikturunkan alisnya, menggoda Salsha.

"Ya semoga aja nggak jodoh." Salsha bergidik geli. "Nggak bisa gue bayangkan, gue nikah sama lo. Tinggal serumah, dan sekamar. Astaga Ya Tuhan, gue nggak mau."

Aldi menahan tawanya mendengar semua ucapan Salsha. Tapi selanjutnya ia menampakkan wajah seserius mungkin. "Gimana kalo kita latihan dulu sekarang. Latihan jadi suami dan istri yang baik."

"Maksud lo?"

"Iya, kita latihan dulu." Aldi menoleh lagi ke arah Salsha sekilas, selanjutnya ia menatap jalanan di depannya. "Sekarang ibaratnya gue lagi nemanin istri gue belanja kebutuhan sehari-hari. Trus nanti pulangnya, lo masak dan kita makan siang bareng. Sekalian kita latihan ranjang, biar nanti pas udah sah kita udah nggak kaku lagi."

Salsha menimpuk kepala Aldi menggunakan tasnya dengan kuat mendengar ucapan vulgar yang keluar dari mulut Aldi tanpa beban.

"Mulut lo nggak ada remnya!" dumel Salsha.

Aldi mengelus kepalanya yang sakit akibat tumpukan Salsha. "Nanti kita mulainya dari ciuman dulu, pelukan, trus mulai deh hubungan intimnya. Tenang aja, nanti gue mainnya halus kok, lo nggak bakal kesakitan."

Salsha sudah tidak tahan mendengar ucapan ngawur Aldi. Membayangkannya saja sudah membuat Salsha jijik, apalagi betul-betul 'bermain' dengan Aldi.

"ALDII BANGSAT! DIAM LO!"

"Seru kali ya kalo kita cepat-cepat nikah," tambah Aldi.

Salsha memukul lengan Aldi berulang kali. Salsha benar-benar geram mendengar semua yang Aldi katakan. Aldi yang tak siap menerima pukulan Salsha pun menghentikan mobilnya dan meringis kesakitan.

"Udah, udah stop."

Salsha menghentikan pukulannya dan melipatkan tanganya di depan dada. "Lo sekali lagi bahas gitu gue tendang lo dari rumah gue!"

"Bringas banget sih lo jadi cewek. Sakit semua nih badan gue." Aldi mengusap-usap lengannya.

"Siapa suruh lo ngomong gitu sama gue." Salsha menggeram kesal. "Bayanginnya aja gue udah may muntah, apalagi ngelakuin itu sama lo."

"Gue juga cuma becanda. Ya kali gue mau main sama lo. Ntar gue kenak virus," kata Aldi sembari menatap Salsha dengan tatapan menggoda. "Tapi kalo lo mau, ya nggak papa."

"Bangsat!" Salsha kembali menimpuk Aldi dengan tasnya  "Nggak ada pembahasan yang lebih berfaedah dari sini nggak, sih?"

Membayangkan harus menikah dengan Aldi, tinggal serumah, menyiapkan semua kebutuhan lelaki itu bahkan kebutuhan ranjang pun tidak pernah ada di pikiran Salsha. Membayangkannya saja ia ogah, apalagi jika hal itu sampe terjadi. Jelas saja Salsha tidak akan mau.

Aldi yang membayangkannya sajapun bergidik geli. Jika memang ia menikah dengan Salsha bisa ia pastikan keadaan rumah itu tidak akan tenang. pasti selalu ada hal yang membuat mereka berdebat. Tanpa sadar, Aldi terkekeh kecil membayangkannya.

Salsha yang melihat Aldi terkekeh mengernyitkan keningnya dan menatap lelaki itu heran.

"Lo lagi ngebayangin yang jorok-jorok, ya?"

Aldi menatap Salsha dengan tatapan nakalnya. Ia mendekatkan badannya ke arah Salsha dan berbisik manis di telinga gadis itu.

"Gue lagi bayangin pas kita di ranjang. Gimana muka lo yang ketagihan dan pengen di puasin sama gue lagi."

"ALDIII OTAK MESUMMMMMM!!!!!!"


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C13
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous