Melati mengacuhkan Galih tanpa berterima kasih. Dengan berat hati dia pergi.
Sosok itu masih membentangkan tangannya dan gadis itu jatuh ke dalam pelukan pria itu dengan haru.
"Kamu, Devano. Hiks ini beneran kamu kan!" Katanya dengan terisak.
Tangan itu mengelus rambut Melati. Tanpa bersuara sedikit pun. "Kamu, kamu. Hiks hiks!"
Hal yang tadinya dianggap fana kini menjadi nyata. Sosok itu benar-benar ada di depan mata. Tetapi Melati diam sambil menangis bahagia.
Devano malah menyapanya seolah-olah tak terjadi apa-apa pada kejadian dua tahun lalu.
"Hai, Melati. Apa kabar? Kamu makin cantik saja ya!" Devano tidak melepaskan pelukannya kepada gadis itu. Tapi karena sikap dia yang acuh dan menganggap tidak terjadi masalah apapun membuat Melati kesal.
Perasaan sakit itu masih ada, namun Melati jauh lebih bahagia melihat sosok yang dia rindukan, dia sebut namanya setiap detik kini ada.
Khayalan itu tak lagi semu, sudah menjadi kenyataan.
MOHON BAB 104 DILEWATI SAJA, terima kasih
ini kecerobohan saya dalam mengupload