"Baiklah kalau gitu, aku gak akan maksa kamu, Ran. Tapi, kalau kamu dan Dika perlu apa-apa langsung hubungi aku aja. Jangan sungkan, ya."
"Baiklah, Mas. Sekali lagi terima kasih."
"Ya, sama-sama."
Arah pandang Arif kembali lagi tertuju pada Dika. Anak semata wayangnya itu rupanya amat khawatir kalau ia akan membocorkan rahasia itu. Padahal Arif telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tak memberitahukan Rani.
Rani mempersilakannya Arif untuk minum. Pria itu lalu meraih gelas dan meneguk isi airnya sedikit. Kemudian, kembali meletakkan gelas di atas meja.
"Oh, ya, Ran. Aku pulang dulu ya, gak apa-apa kan?"
"Gak apa-apa, Mas."
Arif pun bangkit dari duduk dan disusul oleh yang lain. Rani dan Dika tampak mengantar kepulangannya sampai ke halaman depan. Arif sangat senang karena telah diperlakukan dengan baik di rumah ini.
"Makasih atas sambutan kalian."
"Iya, Mas. Kapan pun Mas mau ke sini, pintu rumah akan selalu terbuka," ucap Rani yang sudah ikhlas memaafkan kesalahan Arif.