"Aku hanya berharap kesalahanmu di masa lalu tidak berhubungan dengan menghilangkan nyawa seseorang."
"T-tapi, aku melakukannya."
Ravi terdiam, dia tidak mengatakan apapun. Dia berbalik untuk benar-benar menatap Raymond secara langsung yang sekarang tengah bertumpu dengan sikunya. Ravi diam sama seperti Raymond yang melakukan hal yang sama. Dia menatap mata itu lagi kemudian mengalihkannya segera. Ravi berpikir bahwa perkataan Adrian salah dan hanya menuduh
"Besok aku harus bekerja." Setelah mengatakan itu Ravi berbalik kembali untuk tidur tanpa mimpi.
***
"Aku baik-baik saja." Ravi memberitahu Liam ketika mereka di jam istirahat. Sebelumnya Ravi telah meminta maaf lebih dahulu mengenai ketidak hadirannya di rumah pria itu dan mengaku bahwa dirinya tengah sakit secara tiba-tiba.
"Tetapi badanmu terlalu hangat." Ravi terkejut saat tiba-tiba saja Liam menempelkan telapak tangannya di atas kening Ravi.
Ravi menunduk untuk fokus kembali pada makanannya, sementara Liam melakukan hal yang sama. "Aku baik-baik saja, tidak perlu dikhawatirkan. Kamu juga telah memberiku obat penurun panas, kan?"
Ravi tiba-tiba menjadi tidak nyaman berada di sekitar Liam, pria itu terus melihat ke arahnya sejak meraka duduk di sini. Luna telah pergi untuk kembali ke dapur sementara hanya mereka berdua di taman belakang.
Namun, di saat seperti ini dia justru memikirkan Raymond. Ravi memang telah mengajarinya membuka dan menutup pintu sehingga Raymond bisa keluar dan juga masuk ke rumah mereka, tetapi tetap saja meninggalkannya sendirian selama ini membuat kekhawatirannya datang. Dia bisa saja tersesat.
"Sesuatu mengganggumu?" tanya Liam tiba-tiba menarik atensi Ravi kembali dari lamunannya.
"Aku hanya memikirkan Raymond, takut kalau-kalau dia keluar rumah dan tersesat." Setelah mengatakan itu Ravi tersenyum.
Liam balas tersenyum sambil mengatakan. "Dia sudah dewasa, Ravi."
Ravi melihat ke arah Liam untuk sesaat dia pada awalnya ragu mengatakannya, tetapi pada akhirnya dia kembali memberitahu. "Mungkin aku belum memberitahumu, tetapi Raymond sedikit berbeda."
"Maaf," ucap Liam. Ravi menggelengkan kepalanya sebagai tanggapan diamnya. Tidak ada yang salah dengan itu sehingga harus membuat Liam merasa bersalah.
Ravi bangkit berdiri untuk kembali bekerja setelah membuat isyarat pada Liam dengan jarinya. Namun, langkahnya terhenti saat dia mendengar sebuah suara yang dia kenal dari belakangnya.
"Ravi!"
Ravi berbalik dan seketika dia terkejut mendapati Daniel tengah berdiri di sana seolah memang seharusnya dia berada di sini. Ravi menoleh ke arah Liam, matanya melebar tidak mendapati Liam di sana. Ini bahkan belum genap tiga puluh detik bagi Liam untuk pergi dan seharusnya Ravi mengetahui itu. "Mengapa kamu ada di sini? Di mana Liam?"
"Apa yang kamu lakukan dengan Adrian?" tanya Daniel mengabaikan pertanyaan Ravi sebelumnya. Pria itu melangkah maju mendekat pada Ravi, matanya tidak pernah lepas menatap tajam ke arahnya dengan sorot kebencian.
Sorot mata Daniel yang belum pernah Ravi lihat sebelumnya, membuat dia mundur tanpa sadar. Kemarahan yang bisa Ravi rasakan menyebabkan tangannya bergetar, rasa sakit seketika muncul dari dadanya hingga reflek tangan Ravi mendarat di dada.
"Jangan mendekat!" Ravi terus mundur, dia tidak suka perasaan terdesak seperti ini sekarang. Kemarahan apa yang coba Daniel lontarkan padanya?
"Apa yang kamu lakukan dengan Adrian, Ravi?" tanya Daniel dengan setiap penekanan pada katanya.
"Apa urusannya denganmu?"
Ravi terkejut saat Daniel tiba-tiba mencengkeram lengannya erat dan hendak menyeretnya pergi, tetapi dengan kuat Ravi menghempaskannya dan mundur menjauhi Daniel.
"Ravi, kita pulang sekarang."
Ravi mengerutkan keningnya. Untuk apa Daniel berada di sini dan mengacaukannya kembali. Fakta bahwa mereka tidak memiliki hubungan keluarga lagi, membuat Ravi tidak akan menuruti apapun yang Daniel katakan padanya. Ravi menggeram tidak suka. "Siapa kamu? Kamu tidak bisa mengaturku ini dan itu lagi. Sekarang pergilah!"
Ada sesuatu yang melintas di wajah itu dan Ravi tidak tahu apa artinya, tetapi seperti yang Ravi kenal, Daniel tidak akan menyerah semudah itu. Seperti sekarang dia mengatakan lagi. "Ayo pulang, di sini tidak aman bagimu, Ravi."
Sekeras apapun Daniel mencoba untuk membujuk Ravi untuk kembali pada rumah yang sekarang asing baginya itu, tetap saja Ravi tidak akan menginginkannya. "Aku tidak ingin dengan orang asing seperti kalian."
Ravi melihat ke sekeliling, kalau-kalau Liam datang untuk mengusir Daniel keluar dari tempatnya, akan tetapi tidak ada siapapun yang menyadari kedatangan orang asing di sini membuat Ravi melihat kembali ke arah Daniel hanya untuk menemukan raut wajah tanpa ekspresi di sana.
"Kami bukan orang asing Ravi, apa saja yang Adrian katakan padamu?"
Daniel sekali lagi mencengkeram tangan Ravi kuat, hingga dia tak dapat melepaskannya. "Aku tidak ingin pergi dari sini. Apapun yang Adrian katakan itu bukan urusanmu."
"Tentu saja itu urusanku, Ravi. Adrian itu jahat, dia hanya memanfaatkanmu saja. Jadi, kita pulang. Itu adalah tempat paling aman."
"Aku tidak mau. Mengapa kamu keras kepala?" Ravi tidak sadar dia telah menaikkan suaranya pada Daniel, Ravi terengah-engah dengan susah payah menghirup napas panjang dan cepat. Setiap tarikan napasnya kali ini terasa sangat menyakitkan hingga hampir goyah dari posisinya yang tengah berdiri. "Aku tidak akan pergi dari sini."
"Jika kamu tidak ingin pergi dari sini, aku akan tinggal di mana kamu tinggal." Daniel tetap bersikeras.
Ravi menjadi jengkel dari waktu ke waktu kesulitan untuk membuat Daniel sadar bahwa Ravi telah menolaknya keras untuk segera menjauh. Daniel seharusnya pergi sekarang, dia telah mengacaukan hari pertama Ravi bekerja. "Jangan mengacau hidupku lagi. Aku harus bekerja!"
Kali ini Ravi berhasil menyingkirkan tangan Daniel dari lengannya. Tatapan berduri dia berikan pada Daniel yang membuat raut kekecewaan muncul di sana. "Tidak, kamu tidak boleh bekerja. Di mana rumahnya sekarang? Kita segera pulang."
Tangan Ravi mencengkeram erat dengan kesal, rasa sakit itu masih ada dan tidak berkurang sedikit pun. "Sudah cukup! Apa yang kamu mainkan sekarang? Apapun yang aku inginkan itu bukan lagi urusanmu sehingga urusan seksku saja kamu harus ikut campur!"
Ravi meledak tidak dapat menahan amarahnya lagi sejak kedatangan Daniel di sini.
"Ravi tutup mulut!"
"Bertingkah menjadi Kakak yang baik lagi? Omong kosong ini." Ravi mendengus, dia berjalan melewati Daniel dengan kakinya yang menghentak tidak senang. Dia memasuki tempat itu dan masih belum menemukan Liam maupun Luna di sana sini.
"Ravi, Adrian hanya ingin balas dendam. Menjauh darinya segera dan jangan dengarkan apapun yang dia katakan."
Ravi berbalik kembali untuk melihat ke arah Daniel. "Balas dendam itu adalah antara kamu dan juga Raymond. Jadi, siapa kamu untuk melarangku?"
"Jika aku mengatakan bahwa kamu adalah anakku, apakah kamu akan mempercayainya?"