Télécharger l’application
5.22% Hasrat Terpendam / Chapter 14: PERPISAHAN

Chapitre 14: PERPISAHAN

Matahari yang terbit menandakan pagi sudah tiba, cuaca yang semakin sejuk membangun kan aku dari mimpi indah ku. Aku seketika duduk dan melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07.00, aku melihat Bima yang masih menikmati tidurnya yang terbalut dari selimut tebal.

Aku hanya tersenyum dan mengucapkan "selamat pagi" terhadap Bima dalam hatiku, aku beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan kan diri dan menyegarkan badan ini yang terasa sangat mengantuk.

Ini hari terakhir kami berada disini dan akan mengelilingi Pulau Bintan satu harian, sehabis mandi aku mengambil ranselku dan memilih baju yang telah ku bawak. aku memilih baju yang berlengan panjang hari ini karena aku tidak mau kulitku akan terbakar dan menjadi hitam di saat kami memulai perjalanan kami.

Karena yang kita ketahui Pulau Bintan memiliki cuaca yang begitu sangat panas. Aku mengganti pakaian dan menyisir rambut ku supaya terlihat lebih rapi, selesai dengan semua urusanku, aku mencoba membangun kan Bima dengan nada yang lembut.

Bima orang yang terbilang sangat mudah untuk membangunkannya, tidak perlu berlama-lama dan harus menggunakan nada yang keras untuk melakukannya. Bima duduk sejenak dari tidurnya untuk mengumpulkan nyawa-nyawanya.

"Udah jam berapa, Dit ?" tanya Bima yang terlihat sangat mengantuk.

"Jam 7an Bim, santai-santai aja gak usah terburu-buru," Ujarku dengan suara yang lembut, karena aku tau bangun pagi tidaklah gampang.

Bima pun beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi, sambil menunggu Bima selesai dari mandinya. Akupun menghidupkan tv dan melihat beberapa film kartun yang banyak di tayangkan saat liburan sekolah.

Tidak lama kemudian Bima keluar dari kamar mandi dan lagi-lagi dengan bertelanjang dada dan handuk yang terbilang kecil, aku mencoba tidak terlalu memperhatikan nya dan sibuk dengan film kartun yang aku pilih untuk mengalihkan pandanganku terhadap Bima.

Semua sudah beres dan kamipun siap untuk menuju ke restoran menikmati serapan pagi. Kami pun berjalan menuju ke restoran yang aku lihat kedua orang tua dan kakakku sudah berada disana.

"Assalamualaikum", ujarku dan Bima setelah sampai di meja makan.

"Walaikumsallam," keluarga ku yang sudah berkumpul menjawab salam kami.

Aku dan Bima pun duduk di kursi yang sudah di sediakan oleh keluarga ku dan memilih menu makanan untuk serapan kami, aku tertuju dengan menu nasi goreng kampung dan memilih itu untuk serapan pagi ku dan Bima pun ikut memilih makanan yang sama denganku, sedangkan kan untuk minuman nya aku memilih jus jeruk sedangkan Bima jus semangka, kali ini Bima memilih yang berbeda denganku.

"Jadi kita jalan-jalan kemana nanti yah, ?" ujarku sambil menunggu orderan serapanku selesai.

"Nanti pertama kita ke "Gurun Pasir Busung", habis itu kita ke "Danau Biru" terus ke "Vihara Patung 1000 Wajah" terakhir kita ke "Pantai Sakera" ujar ayahku dengan senyum.

"Asiikkkkkkkk,,, pasti seronok banget nanti" ujar Kak Dinda dengan semangat.

"Iya jadi gak sabar ni pingin cepat-cepat berangkat, heheheh," ujarku juga semangat.

Tidak lama perbincangan kami terhenti sejenak, karena seorang pelayan wanita datang untuk mengantarkan pesanan serapan Aku dan Bima. Nasi goreng yang diracik dan di hias sedemikian dengan telur mata sapi yang masak separo matang.

Membuatku dan Bima tidak sabar menyantapnya, selesai semua di hidangkan di meja kami akupun dan Bima siap menyantapnya dan benar sekali rasa yang begitu enak dan khas membuat kami sangat lahap memakannya.

Selesai memakan semua serapan yang di hidangkan dengan penutup mulut berbagai macam buah-buahan yang di potong kecil-kecil, kami beristirahat sejenak untuk menenangkan perut kami yang terasa sangat kenyang. Tidak lama seorang laki-laki menghampiri kami dan itu ternyata supir yang siap mengantar kan kami berkeliling satu harian ini.

"Sudah siap serapan paginya pak.?" tanya pak supir dengan nada yang halus dan sopan.

"Oh iya udah siap sejak tadi ni, tinggal nunggu bapak aja kok sejak tadi," jawab ayahku dengan sedikit candaan.

"Haahha.. ok pak, kalau gitu mari kita jalan," ujar pak supir.

"Siappppp," ujar ayahku.

Kamipun berdiri dan meninggalkan meja makan kami untuk menuju mobil yang sudah di parkir kan di depan resort, sesampai di mobil pak supir siap mengantarkan kami ketempat tujuan yang sudah kami pilih sebelum.

Tidak lama di perjalanan kami sampai di tujuan pertama yaitu "Gurun Pasir Busung", tempat ini sangat panas sehingga sulit menemukan pohon sekitaran sini dan seperti kita berada di Padang Pasir di Arab Saudi sana, kami juga melihat beberapa unta yang di naikin para turis dan tamu yang berkunjung disini.

Kak Dinda yang asikkk berfoto dan berselfie sendirian seakan memiliki dunianya sendiri, sedangkan aku dan Bima berjalan-jalan sambil melihat-lihat tempat ini, sungguh menakjubkan Indonesia memiliki gurun pasirnya sendiri ujarku dalam hati, kami sangat menikmati perjalanan kami disini.

Tapi kami tidak bisa berlama-lama berada disini karena tidak memiliki waktu yang banyak dan harus pergi ke tujuan berikutnya, kamipun kembali ke mobil dan menuju tujuan berikutnya.

Tidak lama di perjalanan kamipun sampai ke tujuan berikutnya yaitu "Danau Biru" yang sangat indah juga bagiku, Danau yang berwarna biru yang begitu bersih sehingga aku tidak menyadari di Indonesia memiliki tempat-tempat yang sangat luar biasa.

Seperti tadi Kak Dinda masih sibuk dengan dirinya berfoto seorang diri, dan sesekali dia memfoto keluarga ku juga tapi tidaklah banyak ketimbang foto dia sendri, cuaca yang indah hari itu seakan mendukung kami untuk menghabiskan waktu kami berkeliling seharian ini.

Sama seperti dengan perjalanan pertama kami tidak bisa berlama-lama di satu tempat karena mengejar waktu, mungkin hanya menghabiskan waktu satu atau dua jam kami langsung kembali ke dalam mobil dan menuju perjalanan berikutnya.

Tujuan ketiga adalah "Vihara 1000 Wajah" yang begitu menakjubkan, aku sampai tidak bisa berfikir, bagaimana orang bisa menyelesaikan patung-patung ini yang terbilang sangat banyak, sangat ramai orang berada disini sehingga sedikit tidak nyaman, berbeda dengan perjalanan kami pertama dan kedua yang tidak terlalu ramai orang.

"Tujuan terakhir "Pantai Sakera" yang terletak sedikit jauh dari yang lain, sesampai disana aku sangat menikmati suasana nya. Ya itu karena aku menyukai pantai sejak dulu jadi dimanapun pantai berada aku selalu menikmati nya mau pantai itu bagus atau tidak, aku tetaplah mengaguminya.

Hari ini aku dan keluargaku menghabiskan waktu sore kami sambil melihat sunset di pantai ini, dengan menikmati air kelapa hijau perjalanan ini semakin terasa sempurna.

Tapi aku sedikit sedih karena besok pagi kami harus kembali ke Batam pulang kerumah, aku harap suatu saat nanti kami bisa berlibur kesini lagi dengan waktu yang lebih lama. Walaupun saat ini kami hanya menghabiskan waktu 2 hari disini, setidaknya pengalaman ini tidak pernah aku lupakan.

Dimana keluargaku dan Bima orang yang ku sukai ada disini bersamaku menghabiskan waktu bersama-sama, setidaknya aku memiliki cerita indah dan kenang-kenangan bersama Bima dan membuat persahabatan kami semakin dekat itu sudah lebih dari cukup bagiku walaupun harus memendam perasaan ini untuk selama-lamanya.


Chapitre 15: HARAPAN

Beberapa hari menghabiskan waktu bersama dan membuat kedekatan ku bersama Bima semakin erat terjalin, dan hari ini kami harus kembali ke Batam untuk mengakhiri liburan selama di Bintan beberapa hari ini.

Sedih terasa hati ini harus berpisah dengan Bima lagi, walaupun rumah kami di Batam tidaklah jauh. Tapi tidak akan sesering berjumpa selama berada disini, ntah kenapa selama tiga hari ini sudah terbiasa tidur di sampingnya dan terbangun selalu melihat wajahnya pertama kali.

Tapi mulai besok itu hanyalah menjadi sebuah kenangan bahagia saja, tak bisa aku membayangkannya tapi aku harus kuat ngejalanin ini semua. Rasa yang terpendam dan selalu akan jadi terpendam untuk selamanya.

Waktu terus berputar dengan cepatnya, malam berganti pagi dan itu bertanda waktunya kami harus meninggalkan Pulau Bintan ini yang akan menjadi tempat favorit ku saat ini, iya itu karena disinilah kedekatan bersama Bima menjadi semakin dekat.

Perjalanan kamipun menuju Batam sekarang dimulai, ya sama seperti pergi kesini kami menggunakan kapal. Sesampai di Pelabuhan kami langsung masuk ke dalam kapal sambil menunggu kapal berlayar, di balik kaca aku hanya memandang keluar dengan rasa sedih.

"Kenapa Dit, kok diam aja sejak tadi ?" tanya Bima yang duduk di samping ku dan menyadari aku hanya terdiam dan membisu sejak keberangkatan kami ke pelabuhan.

" Hmmmmmm... gak tau sedih aja gitu rasanya ninggalin Bintan," jawabku dengan tak semangat.

"Udah jangan sedih, lain kali kalau ada waktu lagi kan kita bisa datang kesini lagi buat liburan," ujar Bima yang mencoba menghibur ku.

"Iya Bim, makasih ya," ujarku

"Iya santai aja, kalau misalnya kamu kangen akukan bisa datang kerumah, lagian kan rumahku gak jauh, ahahahha," ujar Bima menggoda ku untuk mencairkan suasana hatiku.

"Hahahaha...kepedean banget ya, yang ada dirimu kali yang bakal ngangenin aku duluan," ujar ku membalas godaan Bima yang berhasil membuat suasana hatiku berubah lebih baik seketika.

"Hahahah...ok let's see, siapa yang bakal kangen duluan," ujar Bima yang masih saja mencoba menggoda sekaligus menantang ku.

"Hahaha..ok kita lihat aja nanti," ujar ku yang sebenarnya tau Bima lah yang menang dari tantangan ini, jangankan harus menunggu besok atau lusa. Untuk saat ini aja aku sudah gelisah dan sedih akan berpisah dengannya apa lagi nanti.

Aku tidak seperti biasanya, ini bukanlah perjalananku pertama kali bersama keluargaku untuk berlibur keluar Batam. Tapi entah kenapa baru kali ini aku merasakan hati yang sangat sedih yang mendalam dan sangat gelisah, ketika harus kembali kerumah ku.

Apa karena liburan kali ini Bima ikut serta dengan keluarga ku untuk liburan, ?

Sehingga membuat hatiku sangat sedih dan merasa gelisah untuk mengakhiri liburan ini.

"Oh Tuhan tolonglah kuat kan hati ini jika Bima lah menjadi alasanku merasa gelisah ini" pintaku dalam hati.

Kapal mulai berlayar menuju pelabuhan Batam, sepanjang perjalanan aku hanya memandangi lautan dan mengingat kenang-kenangan kami selama di Bintan. Lucu memang Bima yang masih berada disampingku duduk, tetapi entah kenapa hati ini sudah merasa gelisah saja.

Kenangan demi kenangan yang aku ingat bersama Bima sambil memandangi lautan yang biru, dan berfikir tidak akan ada kesempatan lagi seperti itu untuk bersama dengannya, terutama bisa bangun pagi untuk memandangi wajah Bima ketika lagi tidur yang terlihat begitu manis.

Dan tertidur di pelukan Bima sepanjang malam yang mungkin bermimpi dan menganggap ku sebagai bantal gulingnya, sungguh itu adalah sebuah anugerah untukku, walaupun aku hanyalah sebagai bantal guling untuk Bima dalam mimpinya. Tapi setidaknya aku bisa merasakan kehangatan dari tubuh Bima sekaligus menjadi penghangat tidurku dari dingin nya kamar resort itu.

Aku berharap suatu saat nanti kami bisa menghabiskan waktu bersama-sama lagi seperti itu. Dan lautan ini akan menjadi saksi bisu atas curhatan hatiku kepada mereka, tapi setidaknya aku merasa senang karena kedekatan dan persahabatan ku bersama Bima semakin erat.

Setidaknya nanti aku tidak harus malu dan canggung ketika bertemu lagi bersama Bima secara tiba-tiba di kompleks rumah kami, dan ada menjadi alasanku untuk mengunjungi Bima kerumah untuk melihat dan mengajaknya mengobrol.

Waktu demi waktu perjalanan kamipun menyebrangi lautan sudah berakhir dan kapal yang kami tempati sudah sampai di Pelabuhan Batam, semua penumpang bergegas meninggalkan kapal termasuk keluarga ku. Setelah keluar kapal kamipun menuju mobil yang di parkiran tidak jauh dari sini.

Dan kini saatnya kami menuju perjalanan rumah dan akan menjadi perpisahan ku bersama Bima, ya sedikit berlebihan buat orang lain pada hal rumah kami sangat berdekatan. Tapi bagiku ini sebagai cobaan untuk ku yang harus terlihat baik-baik saja di hadapan keluarga dan teman-teman ku nantinya.

"Om, tante dan semuanya, makasih ya udah ajak Bima ikut jalan-jalannya," ujar Bima berterima kasih dengan sopan nya.

"ya Bim, makasih juga ya udah ikut bersama keluarga kami buat ngerayain ulang tahun Radit," ujar ibuku.

"Oh iya sering-sering main kerumah ya Bim, jangan malu-malu. Anggap aja kami ini keluarga mu juga ya," ujar ayahku memotong pembicaraan ibu.

"Iya makasih banyak om dan Tante, pasti nanti Bima bakal sering-sering main kerumah kok," Ujar Bima dengan tersenyum.

Seperti biasanya Bima anak yang sopan dan sangat beribawa, tidak semua anak dewasa seusianya berani mengungkapkan rasa terimakasih nya secara terus terang di hadapan banyak orang. Sifatnya itu terkadang membuat aku semakin menaroh hati kepada nya.

Tidak lama di perjalanan kamipun sampai di rumah, kamipun turun satu persatu dari mobil dan mengambil beberapa barang dan oleh-oleh untuk keluarga Bima dan teman-temanku yang kami letakkan di dalam bagasi.

Setelah semua sudah di turunkan dalam mobil, ayahku pun memarkirkan mobilnya di dalam bagasi dan kami siap mengangkut barang bawaan ke dalam rumah.

"Gak apa-apa Bim, biar kami aja bawak kerumah, lagian gak banyak kok," ujar ibuku melihat Bima yang berniat membantu barang bawaan kami.

"Gak apa-apa tante, biar Bima bantuin aja sebentar," ujar Bima.

"Udah kami pulang aja, pasti capek kan.? apa lagi pasti udah kangen sama keluarga kamukan gak jumpa," Ujar ibuku.

"Heheh..ya udah deh tante, saya pulang ya kalau gitu, terimakasihmakasih banyak buat semuanya," Ujar Bima dengan sopan den meninggalkan rumahku untuk menuju kerumah nya

"Iya sama-sama, kirim salam sama keluarga dirumah," ujar ibuku.

"Siap Tante," ujar Bima.

Dan Bima pun berjalan menuju kerumah, hati ini terasa sedih ketika harus melihat Bima perlahan-lahan meninggalkan kan kerumahku. Tapi aku tidak boleh egois dan harus memaklumi nya, karena benar kata ibuku pasti Bima sudah sangat kangen dengan keluarganya yang tidak berjumpa dan melihat mereka beberapa hari ini.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C14
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank 200+ Classement de puissance
    Stone 0 Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous

    tip Commentaire de paragraphe

    La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.

    De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.

    OK