Chapitre 44: Cemburu buta.

"Boleh aku masuk?"

Jebran menaikkan alisnya.

"Ah, he he," kekehku mempersilakan dirinya untuk masuk.

"Emira, siapa?" tanya Fredi berteriak dari balik ruangan. Jebran pun memasuk rumah dengan cekatan. Aku mengikuti langkahnya untuk menuju ruangan dalam.

Tiba-tiba ia meletakkan bungkusan ke atas meja di hadapan Dilan yang terpelangah dengan kedatangan dirinya. Matanya turun dan naik ke arah Jebran.

"Semoga cepat sembuh!" sebutnya.

"Oh, Jebran," sapa Fredi melangkah dari dapur.

"Aku tak sengaja melihat Emira dan dirimu ke sini, jadi aku ikuti saja. Sebelum itu, aku belikan sesuatu untuk Dilan," ungkap Jebran mendongak. Matanya menatap raut Dilan yang masih lemah itu. Duduk menyender di sofa, dengan pandangan datar ke arah Jebran dan sesekali ke arahku.

"Aku sangat merepotkanmu," keluh Dilan.

"Aahh, tidak, tidak!" Jebran menggeleng.