Télécharger l’application
99.3% The Fleeing Chaos Demon / Chapter 285: Membelah Omniverse

Chapitre 285: Membelah Omniverse

"Sekarang apa kau sudah siap, Asheel-kun?"

Dua orang saling berhadapan di kehampaan Omniverse, salah satunya adalah Supreme One, dan yang lainnya tentu saja adalah Asheel.

"Kali ini, aku akan mengatakannya sekali lagi. Kemungkinan terjadi kesalahan tidaklah kecil, apa kau masih ingin melanjutkan rencana gila ini?" Asheel tidak menjawab pertanyaan Supreme One, tapi menjawabnya dengan pertanyaan lain.

"Tentu saja, karena aku sangat mempercayaimu." Supreme One tanpa ragu menjawabnya, bahkan sambil tersenyum.

Melihat senyuman lebar itu, Asheel merasa muak. "Aku akan mengganti pertanyaanku, apa kau benar-benar akan melanjutkan rencana ini hanya berdasar pada kepercayaan bodohmu itu?"

"Aku sangat yakin." Supreme One menjawab dengan senyuman lainnya.

Asheel tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya mengangguk. Kemudian, dia menatap ke arah kehampaan tak berujung di depannya.

Ekspresinya tidak diketahui apakah itu keacuhan atau kerinduan. Tapi dapat dilihat jika itu sangat rumit.

Kepercayaan.

Saat mendengar hal itu dari Supreme One, dia merasa sangat konyol. Dia berpikir jika keberadaan seperti Supreme One tidak boleh memercayai orang lain, bahkan pada ciptaannya sendiri.

Bagaimanapun, bahkan jika Supreme One mampu menciptakan ratusan juta keberadaan sekalipun, tapi masing-masing dari mereka masih memiliki emosi.

Hal yang didasarkan pada kepercayaan merupakan sesuatu yang meragukan.

Tapi kemudian, dia mempertimbangkannya pada situasinya sendiri. Fakta bahwa dirinya yang akan mempercayai Sera tanpa syarat, hal itu juga didasarkan oleh kepercayaan.

Dia tidak pernah menganggap keberadaan lain selain Sera sebagai hal yang begitu penting baginya, bahkan jika itu adalah para wanitanya yang lain.

Apakah benar untuk mempercayai mereka?

Bahkan jika Asheel pernah mengatakan jika dia mempercayai mereka, dia benar-benar tidak akan percaya begitu saja hanya karena menganggap keberadaan mereka spesial baginya. Itu semua karena alasan yang logis. Bagaimanapun, keberadaan manusia masih bisa dia perhitungkan.

Sebagai keberadaan yang lebih tinggi, tidak pernah ada seorang manusia yang bisa lolos dari matanya. Asheel bisa memainkan mereka sesuka hati karena dia dapat dengan mudah mengetahui niat mereka.

Dalam beberapa kasus, dia hanya tidak melakukan itu karena berbagai hal tidak lagi menjadi menarik baginya.

Intinya, berbagai orang yang terlibat dengannya bisa dia putuskan takdirnya dengan mudah. Tentu saja Asheel tidak akan memercayai mereka begitu saja.

Lagipula, tidak ada yang pasti tentang hati manusia.

Sekarang, dengan kebodohan yang sama, Supreme One, orang yang Asheel sendiri menganggap keberadaannya lebih tinggi darinya, memutuskan sesuatu yang sangat besar hanya karena berdasar atas kepercayaan.

Kecuali segala sesuatu berada di bawah kendalinya, bagaimana seseorang bisa begitu percaya?

Tapi melihat ekspresi Supreme One sebelumnya, seolah-olah dia dipaksa untuk percaya begitu saja.

Atas kepercayaannya tersebut, yang bisa Asheel lakukan adalah tidak meragukan diri sendiri. Dia harus memastikan jika rencana ini akan berhasil!

Mulutnya menghembuskan napas, seolah mengeluarkan semua keluhan di hatinya.

Kemudian, dia menutup matanya, mencoba untuk terhubung dengan Alam Kekacauan.

Sumber dari asal kekuatannya yang begitu besar berasal dari Alam Kekacauan. Dengan keberadaan Big Tree, dia bisa menggunakan Alam Kekacauan sesuka hati.

Asheel terlalu malas untuk menggunakan pasokan energi yang tersimpan dalam dirinya untuk melakukannya, karena jika seperti itu dia harus direpotkan untuk mengisi energinya kembali.

Prosesnya sangat menyakitkan, oleh karena itulah Asheel tidak melakukannya. Meski rasa sakit sudah tidak akan berpengaruh padanya lagi, tapi Asheel hanya terlalu malas untuk mengisi ulang pasokan energinya sendiri.

Sekarang, dia sudah memiliki Big Tree yang mampu mempermudahnya dalam banyak hal, termasuk dalam kasus ini. Dia bisa mengendalikan energi langsung dari Alam Kekacauan, tanpa dia memprosesnya terlebih dahulu di dalam dirinya!

Keuntungan itu sangat mempermudahnya!

Segera, kehampaan terbelah dan menampilkan pemandangan lain dari langit berbintang.

Seperti lautan ungu dengan kilauan bintang berenang-renang. Itulah wujud sebenarnya dari Alam Kekacauan.

Warnanya dilatari dengan warna ungu yang sangat kacau, seolah-olah terdiri dari ratusan juta warna lainnya.

Kehampaan segera mengkerut dan berputar, menghancurkan secara perlahan kenyataan dalam ruang ini. Pemandangan barusan adalah distorsi ruang.

Asheel harus mengendalikannya dalam satu garis lurus, hingga robekan ruang itu membentang hingga ke ujung Omniverse.

Suara robekan kaca terdengar, suaranya sangat mengerikan, seperti ledakan beruntun yang sangat kacau. Bintang-bintang meledak, gugus galaksi berputar dengan panik, dan kosmik hancur.

Rencana ini adalah membelah sepertiga Omniverse menjadi Alam yang benar-benar baru. Kerusakan dimensi tentu saja tidak bisa dihindari.

Jika dimisalkan, maka itu akan menjadi benda bulat padat yang dibelah sepertiga bagiannya. Karena struktur bola yang padat, maka bagian isinya tidak mengandung udara, melainkan materi murni.

Omniverse juga sama, Asheel harus membelahnya dari batas antara Mid Abyss dan Low Abyss. Bisa dibilang, Asheel memisahkan secara permanen batas yang menghubungkan kedua Alam tersebut.

Untuk melakukannya, dibutuhkan kekuatan dari luar, yaitu Alam Kekacauan.

Dapar dilihat jika pemandangan Alam Kekacauan yang asli membentang hingga batasnya, sampai-sampai menghubugkan ujung Omniverse hingga ujung yang berada di seberangnya.

Pada saat ini, ekspresi Asheel tidak berubah sedikitpun seolah-olah apa yang baru saja dia lakukan hanya menghancurkan dunia seperti saat biasanya. Sejak adanya keberadaan Big Tree dalam dirinya, rencana ini dapat dipastikan akan berhasil.

Dan dia benar-benar melakukannya.

"Sudah waktunya," Pada ekspresi ketidakpedulian itu, Asheel membuka mulutnya.

Segera setelah perkataan itu jatuh, seluruh Omniverse bergetar saat kehampaan seolah-olah akan runtuh. Banyak debu seukuran planet dan galaksi bertebaran, mengacaukan Alam Semesta sepenuhnya.

Ruang juga mulai retak seperti kaca, menyebar seperti jaring laba-laba. Itu membentang hingga tidak terlihat oleh mata.

"Haha, terima kasih, Asheel-kun."

Bahkan saat Alam Semesta sudah berjalan dalam fase kehancuran, Supreme One masih bisa tersenyum. Itu menandakan jika dampak yang sedang terjadi masih tidak terlalu berpengaruh baginya.

Segera, dia melambaikan lengan bajunya dan sebuah tongkat kayu ukiran muncul di tangannya. Tongkat kayu itu sangat klise karena mirip dengan yang digunakan para penyihir tua.

Tapi siapapun akan tahu jika yang dipegang olehnya saat ini sangat tidak sederhana. Bahkan dari ukiran yang terdapat pada tongkat kayu, seolah-olah itu diukir menggunakan rune dari Origin Primordial.

Tidak, itu sudah bukan 'seolah-olah' lagi.

Segala sesuatu tentang Supreme One memang berasal dari Origin Primordial. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, dia seperti memakaikan perhiasan mewah di setiap pori-pori tubuhnya.

Hanya saja, dalam kasusnya yang dia kenakan merupakan artefak yang berasal dari Origin Primordial.

Origin Primordial adalah sebuah kekuatan yang menciptakan Omniverse, energi tertinggi dari seluruh energi yang ada. Kekuatan itu sangat mahakuasa karena dapat menciptakan segala sesuatu di dunia ini.

Dan sekarang, cahaya yang sama terpancar dari tongkat yang dipegang olehnya. Cahaya itu sangat mulia, aura kuno dan ketuhanan sangat tidak bisa ditolak oleh makhluk apapun.

Siapapun akan menyembahnya dan tahu jika kekuatan inilah asal mula segala sesuatu diciptakan di dunia ini.

Segera, energi paling murni itu memperbaiki ruang yang rusak dan merajut semua robekan seolah-olah terdapat benang dan jarum seukuran kosmik.

Lajunya energi itu ratusan juta kali lipat lebih cepat dari kecepatan cahaya, merestruktrurisasi dimensi yang rusak akibat dari distorsi Alam Kekacauan.

Jika diperhatikan, aura itu tidak benar-benar memperbaiki bagian yang rusak, tapi hanya menciptakan hubungan tipis di antara dua Alam yang sudah benar-benar terpisah.

Bersamaan dengan terangnya aura itu, dimenai yang terkena sobekan dari efek sebelummya juga mulai pulih seketika.

Hanya butuh beberapa milidetik untuk membangun ulang sebuah dimensi.

Itulah kekuatan sebenarnya dari keberadaan kuno bernama Supreme One.


Chapitre 286: Kembali ke awal

"Huh..., akhirnya selesai juga, ya? Asheel-kun."

Supreme One mengelap keringatnya yang tidak ada, menatap Asheel dengan pandangan terima kasih.

Asheel tidak berbalik dan menatapnya, hanya mengangguk diam-diam. Meski ekspresi Supreme One menunjukkan rasa terima kasih, tapi Asheel tahu jika dia bisa berakting lebih hebat dari pemenang oscar manapun.

Asheel tidak tahu apakah itu tulus atau tidak, dapat dipercaya atau tidak, tapi dia akan mencoba untuk mempercayainya. Meski dia harus mengakuinya mempercayai orang ini merupakan hal yang sangat sulit baginya.

Kemudian, Asheel hanya sedikit meliriknya sebelum dia kembali ke rumahnya di Alam Dewa yang mengatur Omniverse.

Supreme One juga tidak tinggal lama dan segera mengurus dampak dari tindakannya barusan. Bukan berarti saat dia mengerahkan Origin Primordial dalam jumlah besar berarti seluruh Omniverse akan pulih.

Tidak seperti itu.

Bagaimanapun, Supreme One menciptakan Omniverse secara bertahap, dan dia sudah melakukannya dalam waktu yang tak terhitung jumlahnya. Bisa dibayangkan betapa luasnya tempat yang disebut Omniverse ini.

Intinya, masih ada beberapa bagian yang rusak akibat perbuatan Asheel, jadi dia harus memperbaikinya sendiri. Lagipula, lebih mudah merusak sesuatu dari pada memperbaikinya.

...

"Phina, dalam waktu satu tahun ke depan, kamu sudah harus bisa mengendalikan kekuatanmu agar kita bisa kembali ke Low Abyss." Asheel berkata dengan acuh tak acuh sambil menyilangkan lengannya di depan Phina dan Sera.

"Bukankah sekarang disebut Multiverse? Lagian, kenapa sangat terburu-buru?" tanya Sera berturut-turut dengan alis mengkerut.

"Aku ..." Asheel membuka mulutnya, dan hanya keluar kata itu saja. Setelah mengalami gejolak di dalam hati dan pikirannya, dia memutuskan untuk mengatakannya. "Aku kesepian."

Mendengar hal itu, ekspresi Sera jatuh sejenak, sebelum kembali seperti semula. Namun Asheel memperhatikan hal itu dan paling tidak tahu apa yang dipikirkannya.

"Bukan berarti aku merasa kesepian saat bersama denganmu--"

"Aku tahu." Sera menyelanya, sebelum melanjutkan: "Kamu hanya merindukan mereka."

Asheel mengangguk diam-diam, merasa jika apa yang dikatakan Sera merupakan kebenaran berdasarkan apa yang hatinya selalu rasakan saat ini.

"Tapi, kau tahu aturannya, kan?" Sera bertanya lagi dengan ekspresi serius.

"Tentu saja, kamu akan selalu menempati keberadaan nomor satu di hatiku." Asheel tersenyum, merubah semua ekspresi kerinduan dan acuh tak acuh sebelumnya.

"Baguslah kalau begitu." Sera juga tersenyum, lalu menepuk kepala Phina yang sedang berada disebelahnya. "Jadi, sudah diputuskan. Phina, kamu harus bisa mengendalikan kekuatanmu dengan benar dalam waktu satu tahun ini."

Phina menatap mereka berdua tampak serius dan hanya mengangguk dengan patuh.

"Um."

Melihat Phina setuju, Sera beranjak dari tempatnya dan melangkah menuju kamarnya. "Sepertinya kita akan sibuk kali ini."

"Benar."

Asheel setuju, mengakui perkataannya. Untuk seorang Dewa Omniverse bisa beradaptasi dengan kekuatannya bisa membutuhkan waktu ribuan tahun baginya. Tapi untuk Phina, waktu yang sangat lama itu bisa dipersingkat menjadi waktu satu tahun berdasarkan bakatnya yang telah ditunjukkan selama ini.

Setidaknya, itu yang dipercaya oleh Asheel dan Sera. Mereka sangat bangga pada putri mereka.

"Kita akan sangat sibuk karena kita sendiri yang akan melatih Phina!"

...

Satu tahun kemudian.

Di sebuah hamparan luas, berupa sebuah dataran yang hanya terdapat batu dan mineral keras lainnya. Langit dihiasi dengan warna alam semesta, dengan banyak bintang menggantung di langit-langit.

Tempat ini berada di High Abyss, atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Alam Atas.

Hanya sebuah planet kosong dengan tidak ada apa-apa di dalamnya, bahkan tidak ada satupun hal yang bisa dianggap berharga.

Asheel dan Sera selalu melatih Phina di tempat ini dalam waktu satu tahun terakhir. Akibatnya, banyak lubang sering tercipta di mana-mana. Bukan hanya lubang di tanah; lubang cacing, lubang ruang dan waktu, dan retakan kekosongan sering muncul akibat ledakan kekuatan Phina yang lepas kendali.

Tapi berkat sebuah susunan formasi di sekitar tempat ini yang telah diciptakan oleh Supreme One, kerusakan yang terjadi terus pulih dalam sekejap mata.

Padahal, kerusakan yang terjadi akibat dari kekuatan Phina adalah pemusnahan keberadaan sepenuhnya, tapi tempat ini masih bisa pulih persis seperti sebelumnya. Itu menunjukkan jika kekuatan penciptaan Supreme One memang nomor satu di seluruh Omniverse ini.

Jika dia memproklamirkan sebagai nomor dua, tidak akan ada yang berani mengatakan dirinya sebagai nomor satu, bahkan untuk para protagonis sekalipun yang mana temperamen mereka penuh keberanian dan keadilan.

Lagipula, para protagonis juga masih diciptakan berdasarkan sistem yang dibuat oleh Supreme One. Mereka akan tahu jika semua sumber keberuntungan dalam hidup mereka berasal darinya.

Saat ini, Asheel sedang duduk di sebuah batu sambil menatap Phina di kejauhan.

Bisa dilihat jika Phina sudah bisa benar-benar mengendalikan kekuatannya. Dia terlahir langsung memiliki kekuatan yang besar, tapi sebagai keturunan Chaos, dia tidak mengambil tanggung jawab besar dalam menjaga seluruh alam semesta ini.

Oleh karena itu, setidaknya dia harus bisa mengendalikan kekuatannya dan belajar menahan diri seperti saat Asheel belum memiliki Big Tree.

Itu adalah syarat minimum yang Asheel dan Sera tetapkan.

Adapun bagaimana cara Phina melatih dirinya dalam mengendalikan kekuatannya?

Pertama-tama, Phina harus membuka kekuatannya dan membiarkan kekuatan itu menjadi lebih kacau. Kemudian pada saat itulah dia harus menguraikan seluruh energi itu untuk bisa dia kendalikan.

Intinya, Phina harus terbiasa dalam memegang seluruh kekuatannya dalam sebuah genggaman, entah saat dia tidur atau makan, kekuatannya harus tetap stabil bahkan saat dia melakukan aktivitas.

Semua hal yang dia butuhkan adalah kebiasaan.

Adapun mengapa dia berada disini dan meledakkan beberapa ruang dan waktu di area ini. Semua ini dilakukan sebagai penanggulangan jika saja Phina harus mengerahkan kekuatannya saat dia berada di Multiverse (Sebelumnya Low Abyss).

Tentu saja dia tidak akan terus mengendalikan kekuatannya secara statis sambil melakukan aktivitas, kan? Karena jika dia melakukan itu maka saat keadaan membutuhkan dia untuk mengerahkan kekuatannya, sebuah kerusakan sudah dipastikan akan terjadi.

Memang Phina bisa mengeluarkan kekuatan Origin miliknya seolah-olah itu kaki tangannya sendiri. Tapi energi yang dimilikinya berbeda karena tercampur dengan Energi Kekacauan.

Apalagi, dikarenakan «Black Lotus», energi miliknya membentuk sebuah keunikan tersendiri seperti pada halnya Dewa Omniverse lainnya.

Seperti pada Sera yang mengendalikan «Void», kekuatan Phina masih tumbuh dan belum bisa diketahui secara pasti bentuk asli kekuatan «Black Lotus».

Asheel mencoba menganalisis berdasarkan energi yang tersisa dari Phina saat latihan mengendalikan kekuatannya, dan dia menyimpulkan jika «Black Lotus» berhubungan dengan sebuah kekuatan yang mengandung konsep kausalitas, yaitu sebab dan akibat.

Dan nama dari kekuatan itu adalah; Karma.

...

"Sudah cukup."

Asheel berjalan ke depan dan menghentikan Phina yang akan meledakkan gunung di depannya. Dalam satu tahun terakhir, dikarenakan pelatihan yang dia lakukan, pertumbuhannya meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

Sekarang, dia tampak seperti seorang gadis berusia 10 tahun saat umurnya baru 6 tahun.

Tapi meskipun begitu, Asheel sangat yakin jika pertumbuhannya itu akan terhenti saat mereka pindah ke Multiverse.

Itu dikarenakan oleh energi di sana yang sama sekali tidak bisa mendorong pertumbuhan Phina. Tapi masalah itu bukan berarti tidak ada solusinya, yang harus dilakukan hanyalah membiarkan Phina mengakui keberadaannya sebagai Dewa Omniverse dan setelah itu dia akan menerima pasokan dari Omniverse itu sendiri.

Hanya saja, Phina belum mau mengakui keberadaannya sendiri sebagai Dewa Omniverse, dan Asheel juga tidak memaksanya.

Pada saat ini, Asheel harus memastikannya untuk terakhir kalinya sebelum keberangkatan mereka ke Multiverse.

"Jadi bagaimana, apa kau sudah memutuskan?" tanya Asheel.

Phina hanya menggelengkan kepalanya.

Asheel mengangguk dengan pengertian, tidak membahas masalah itu lebih lanjut.

"Kalau begitu, berjuanglah untuk pertumbuhanmu sendiri." Asheel tersenyum dan menepuk kepalanya.

Phina hanya menerimanya dengan ekspresi datar dan mengangguk diam-diam pada perkataan Asheel barusan.

"Pastikan untuk selalu menahan diri, jangan seperti Ayahmu ini." Asheel terkekeh dan berbalik sambil membuka portal menuju rumahnya.

Tapi sebelum Asheel bisa melangkah masuk ke portal, ujung pakaiannya terasa ditarik dan saat berbalik, dia bisa melihat Phina melakukannya dengan mata ingin bertanya sesuatu.

"Apakah ada sesuatu yang belum Phina pahami?" Asheel bertanya dengan lembut.

Phina menggelengkan kepalanya, dan perlahan membuka mulutnya: "Jiwa. Terganggu."

Hanya dua kata itu yang keluar dari mulutnya, tapi Asheel paham sebagai seorang Ayah yang memahami anaknya.

"Jiwamu terganggu?" Asheel mengerutkan kening saat mengetahui hal itu. "Kenapa aku tidak merasakannya?"

"Entitas. Kuat."

Dua kata lagi keluar dari mulut Phina, dan meski perkataannya sulit dipahami, tapi Asheel masih tetap mengerti.

"Untuk menyebut sebuah entitas sebagai 'kuat' dalam kasusmu, yang ini mungkin benar-benar sangat kuat."

Berbeda dengan ekspresi Asheel sebelumnya yang waspada, kali ini dia malah mengatakannya sambil terkekeh. Itu karena dia tahu siapa entitas kuat tersebut.

"Aku ingin kamu menemui seseorang, tapi jangan sampai bilang pada mama, ya?"

Phina mengangguk, yang berarti dia akan mengikuti perkataan Ayahnya.

Segera, Asheel mengubah koordinat ruang dan waktu pada portal yang dia ciptakan sebelumnya ke koordinat baru.

Beberapa menit kemudian, keduanya sampai di kehampaan yang gelap, yang tempat ini merupakan Celah Omniverse.

"Seharusnya berada disini."

Asheel melihat sekeliling dan segera menemukan sebuah rumah mengambang di tengah kegelapan tempat ini. Tapi saat pandangannya menyapu ke arah rumah itu, dia menggelengkan kepalanya dengan sedikit menyesal.

"Orang itu sudah pergi."

Benar saja, rumah itu merupakan tempat tinggal tersembunyi Administrator D sebelumnya, tapi sekarang dia tidak berada dalam rumahnya, yang berarti dirinya telah pergi entah kemana.

"Akan sangat sulit untuk melacaknya, tapi pasti dia meninggalkan sebuah petunjuk di dalam. Ayo masuk!"

Asheel mengajak Phina masuk ke rumah D saat yang terakhir masih mengikuti dengan patuh. Rumah itu sangat sederhana karena hanya terdiri dari beberapa ruangan dan satu kamar pribadi.

Kamar pribadi merupakan ruangan Administrator D sebelumnya, dan sekarang ruangan itu sudah kosong.

Eh, tidak benar-benar kosong

Dikarenakan penghuni rumah telah meninggalkan sebagian kecil asetnya disini, dan fakta jika pemilik rumah sudah tidak ada di sini, Asheel merasa jika rumah ini sangat kosong.

Faktanya, kasur tempat D menaruh Sera saat penculikan sebelumnya masih ada. Kemudian, komputer super canggih D juga masih ditinggal disini.

Asheel tahu jika komputer ini adalah sebuah petunjuk yang sudah dipersiapkan untuknya.

Benar saja, saat Asheel mengaktifkan komputer itu, tidak ada apa-apa di layar dan hanya ada sebuah pemandangan seorang wanita cantik sedang duduk di kursi keren.

"Oh, sudah sampai. Kebetulan aku juga baru saja pindah, biarkan aku menyapa putrimu."

Wanita di balik layar berkata pada Asheel yang terus menatap wanita itu. Mendengar apa yang D katakan, Asheel segera mendorong Phina di depan layar kamera.

"Seraphina Yrillgod, itu nama putriku." Asheel memperkenalkan singkat.

Administrator D segera paham jika Phina adalah orang yang sangat pendiam. Dia bisa melihat melalui mata Phina yang mengandung kebijaksanaan tak terbatas, yang bahkan sifat anggun dan acuhnya akan menyamai dirinya di masa depan.

Administrator D sangat senang karena Asheel melahirkan seorang putri yang sangat cocok untuknya. Segera, wanita itu memperkenalkan dirinya sendiri.

"Halo, Phina. Aku adalah Ibu keduamu, panggil saja aku Administrator D."

Pada saat ini, Asheel hampir tidak percaya D menampilkan ekspresi penuh kasih seperti itu. Tapi dia segera sadar karena perkataan D yang menurutnya berlebihan.

"Jangan menjadi tidak tahu malu!"

Ekspresi D kembali seperti semula, seorang kecantikan dingin yang tidak mudah didekati. Seorang wanita yang sama sekali tidak bisa dijangkau oleh siapapun.

"Fufu, kamu sangat terkejut barusan."

Asheel tidak menyangkalnya dan segera menatap ke putrinya karena merasakan Phina sedang menatapnya dengan intens. Asheel tahu apa yang ingin disampaikan Phina.

"Ingat apa yang kukatakan padamu sebelumnya?"

Phina mengangguk, mengerti Asheel sedang membicarakan tentang mereka yang tidak boleh memberitahu Sera tentang kunjungannya saat ini.

Meski Asheel tahu jika tidak ada gunanya menyembunyikan sesuatu dari Sera, tapi dia mengatakan itu agar Sera tidak mengungkit tentang masalah kunjungan ini.

Kemudian, Asheel berkata lagi: "Kemungkinan besar, wanita inilah yang mencoba menghubungi jiwamu sebelumnya. Dia ingin menempelkan Dimensional System agar dia bisa terus melacakmu."

Bukankah itu sangat berbahaya?

Asheel bisa menangkap kalimat itu dari cara Phina menatapnya. Saat dia akan menjawabnya, D sudah mendahuluinya terlebih dahulu:

"Jangan mengatakan prasangka burukmu pada orang lain saat orang yang bersangkutan bisa mendengarmu." Administrator D berbicara seolah dia sedang protes.

Asheel mengabaikannya dan memilih untuk terus memperhatikan Phina. "Meski wanita ini sangat buruk, tapi percayalah pada kebijaksanaanmu jika kamu tidak akan pernah menari di telapak tangannya. Jangan pernah biarkan penghinaan seperti itu terjadi padamu, cukup Ayah saja yang terjebak oleh hal bodoh tersebut. Berhati-hatilah, dia sangat ahli dalam memanipulasi orang lain dan mengubah suatu keadaan yang terjadi pada seseorang menjadi lebih menarik. Intinya, dia adalah wanita pengangguran yang sangat bosan."

"Sudah kubilang, jangan berprasangka--"

"Diam dulu, aku sedang berbicara dengan anakku." Asheel tanpa ampun memotongnya.

Meski tidak bisa disebut berbicara karena suara yang keluar hanya dari Asheel saja, tapi D masih menutup mulutnya dengan patuh.

Asheel kemudian memegangi kedua bahu Phina dan berkata dengan nada yang cukup serius:

"Phina, ini terserah kamu dengan bagaimana pandanganmu tentangnya, tapi jangan lakukan sesuatu yang bisa membuat Sera marah."

Seperti biasa, Phina hanya mengangguk dan mulai mengamati wanita yang berada di balik layar, Administrator D.

"Sudah selesai?"

Administrator D tampak tersenyum saat menyaksikan interaksi unik ayah dan anak tersebut.

"Apakah kau membutuhkanku menepi agar bisa berbicara berdua dengan Phina?" Asheel menawarkan hal tak terduga untuk D.

Sudah dipastikan jika Sera mengetahui hal ini, dia akan sangat marah.

"Oh, kau tampak seperti selingkuh denganku dibelakang gadis itu sambil membawa seorang anak." Administrator D terkekeh dengan anggun.

Asheel tidak mengatakan apa-apa saat dia terus menatap Phina dan menunggunya mengambil keputusan. Lagipula, menjawab ejekan D hanya membuatnya diejek lebih banyak lagi.

Melihat Phina masih berpikir dan mempertimbangkan pilihannya, Asheel memutuskan bertanya sesuatu pada D:

"Kemana kau pindah?"

Administrator D tersenyum anggun dari balik layar, "Fufu, apakah kau penasaran? Aku tidak keberatan untuk memberitahukannya padamu. Tapi apa yang kau lakukan setelah kau tahu? Selingkuh denganku dan tidur bersamaku? --"

"Maka tidak usah."

Asheel sebelumnya hampir memutar matanya saat mendengar perkataannya, dan dia langsung menyelanya sebelum D mengatakan lebih banyak.

"Aku bercanda." Administrator D terkekeh sebelum memberitahu: "Kau mungkin sudah menebaknya, aku menerobos kekosongan awal dan menyebrang hingga ke Multiverse yang baru. Fufu, mungkin kita bisa bertemu di sana."

Asheel tidak menunjukkan ekspresi terkejut karena dia memang sudah menebaknya. "Kau tidak berniat mengikutiku, bukan?"

"Fufu, tidak mungkin."

Administrator D tertawa yang sulit untuk membedakan apakah itu pembenaran atau tidak terhadap pertanyaan Asheel barusan.

Pada saat itu, Phina menarik ujung pakaian Asheel sekali lagi, dan setelah yang terakhir menatapnya, dia mengangguk.

"Maka lakukanlah, yang perlu Phina lakukan hanyalah membiarkan kekuatan asing itu menyentuh jiwamu. Tenang saja, dia adalah orang yang setidaknya masih bisa dipercaya dalam garis batas wajarku." Asheel menginstruksikan.

"Jangan mencampurkan penghinaanmu dengan pujian." Administrator D berkomentar dari samping.

Sekali lagi, Phina mengangguk sebelum membiarkan Dimensional System menempel pada jiwanya. Tubuhnya sedikit bersinar untuk sesaat sebelum mereda seketika.

"Sudah selesai, kalau begitu kita akan kembali." Asheel mengajaknya pulang dan berniat akan pamit.

"Kau tidak ingin berbicara lebih lama denganku?" Administrator D menggodanya.

Asheel menggelengkan kepalanya tanpa daya, "Lupakan, biarkan aku menerima lebih sedikit pukulan."

"Fufu, gadis itu memang cemburuan saat itu bersangkutan denganku."

Asheel hanya tersenyum ke arahnya dan melambaikan tangannya, "Sampai jumpa lagi~"

Sebelum Asheel bisa berbalik, Administrator D memanggilnya seolah dia telah mengingat sesuatu. "Kuingatkan, jagalah servant yang telah kau panggil. Jangan biarkan dia memberontak melawanmu."

Asheel hanya sedikit meliriknya sebelum sedikit mengangguk. Kemudian, keduanya keluar dari rumah itu dan berdiri di kehampaan yang gelap.

"Servant, ya?" Asheel mengingat seseorang yang dia panggil setelah enam tahun lebih tidak mengingatnya kembali. "Gadis Raja Iblis itu?"

Setelah diingatkan oleh D, Asheel mau tidak mau harus mengingatnya. "Bukankah gadis itu kupanggil dengan kartu yang diberikan oleh D? Dan sekarang dia mengingatkanku..."

Di masa lalu, Asheel pernah memanggil seorang servant unik dari kelas Avanger. Tidak ada Holy Grail War, tidak ada singularity maupun lostbelt, tapi servant itu menampakkan dirinya di dunia nyata.

Dan sekarang, Asheel meninggalkan servant itu pada sebuah dunia di Multiverse. Dia tidak tahu bagaimana nasibnya, tapi ketika D mengingatkannya, sepertinya dia baik-baik saja.

'Yah, kapan-kapan aku akan menjemputnya.' Asheel mengesampingkan masalah itu begitu saja.

Sebenarnya ada satu lagi orang yang terikat dengannya yang juga dia tinggalkan di sebuah dunia tertentu di Multiverse.

Jika yang pertama adalah seorang servant, maka satunya adalah seorang NPC yang dia ciptakan saat Yggdrasil masih sebuah game.

Pada akhirnya Asheel juga mengesampingkan hal itu.

Masalahnya saat ini adalah tentang bagaimana terhindar dari amarah Sera.

Itu saja.

...

"Kalau begitu, kami pergi."

Asheel memimpin keluarga kecilnya saat dia berpamitan dengan Supreme One, Lucia, Alyssa, dan ... satu orang lagi yang tak terduga.

"Kenapa kau ada disini? Apa kau ingin mengejekku?" Asheel berkata dengan tak senang saat melihat wanita berpakaian maid dengan postur berdiri yang profesional.

"Anda hanya terlalu banyak berpikir. Tentu saja saya dengan hati gembira bersedia mengirim kepergian Anda dari tempat ini."

"Ho, kau mengusirku?"

BAM!

Sera memukul karate kepala Asheel dari belakang. "Hentikan, aku muak dengan perselisihan aneh kalian."

Asheel tanpa daya memegangi kepalanya sambil menatap mereka semua sambil menghela napas.

"Asheel, Sera, dan Phina tersayang. Pastikan untuk hidup baik di bawah." Lucia tersenyum pada mereka.

"Saya selalu mendoakan kesejahteraan Anda sekeluarga, Asheel-san." Ayssa juga tersenyum pada mereka.

"Terima kasih, Lucia-san, Alyssa-san." Asheel tak malu untuk mengucapkan terima kasih. Kemudian dia menatap ke arah Supreme One. "Oyaji, bagaimana denganmu?"

"Aku tidak akan mengucapkan salam perpisahan karena aku akan sering-sering memanggilmu." Supreme One tertawa.

"....." Semua orang tidak bisa berkata-kata.

".... Dasar bajingan!" Asheel mengumpat dengan marah.

Asheel mengejar Supreme One dan ingin mendaratkan pukulannya, tapi Meido menghalanginya di tengah jalan. Begitulah kejadian konyol yang terjadi sebelum Asheel benar-benar kembali ke Multiverse.

Setelah beberapa saat, semuanya kembali ke posisi semula dan keluarga kecil itu sudah berdiri di depan pintu khusus yang terhubung langsung dengan Multiverse.

Pada saat ini, Asheel dan Sera saling memandang sebelum mengangguk. Mereka membawa Phina melewati pintu.

Pintu tertutup dengan sendirinya, dan mereka bertiga bepergian melalui lubang ruang dan waktu yang mampu menembus kekosongan awal.

Dikarenakan Omniverse sudah melahirkan turunannya, yang sekarang disebut Multiverse, yang menghubungkan antara keduanya adalah kekosongan awal.

Sudah tidak ada lagi celah Omniverse yang menghubungkan kedua Alam tersebut. Oleh karena itu, jika seseorang dari atas ingin pergi ke Multiverse tanpa jalur khusus, dia harus menyelam ke kekosongan awal.

Yang bisa melakukannya hanyalah Dewa Omniverse tingkat tinggi seperti Meido dan Administrator D.

Orang-orang dari High Omniverse mustahil bisa melewatinya.

Mengesampingkan masalah itu, Asheel berada dalam keheningan sejenak saat ekspresinya seperti sedang mempertimbangkan sesuatu yang akan memutuskan masa depan. Setelah berada dalam keadaan itu beberapa saat, dia menatap Sera dengan ekspresi yang sangat serius.

"Sepertinya, aku harus berperan penuh sebagai seorang Penguasa."

END


L’AVIS DES CRÉATEURS
Nobbu Nobbu

Bab selanjutnya adalah PENGUMUMAN

Chapitre 287: PENGUMUMAN

Bab curhat.

Mungkin kalian sudah tahu, tapi vol 2 fanfic ini telah berakhir, dan Asheel dkk akan kembali ke DxD verse.

Tapi sayangnya, aku tidak bisa melanjutkan fanfic ini. Selain motivasi terus turun, aku tidak mempunyai alasan untuk terus menulis fanfic ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bercanda.

Ya, memang alasan di atas memang benar. Fanfic ini sudah rusak sejak aku menulis arc DxD. Entah karena MC mati otak, naif, kekanak-kanakan, dan lain sebagainya.

Banyak yang komen begitu juga.

Tapi aku tetap melanjutkan menulis sampai sejauh ini dengan setengah hati, dan kalian tahu ... hasilnya sama sekali...

Sudahlah.

Sejauh ini, dalam setiap chapter, faktanya mengandung omong kosong lebih banyak ketimbang isi cerita itu sendiri. Itu sebenarnya karena aku sama sekali tidak memikirkan bagaimana jalan cerita kedepannya.

Aku hanya menulis apa yang ada di pikiranku. Selama mencapai target 1 chapter per hari, aku tidak peduli dengan itu semua.

Tapi alasan terbesar kenapa aku berhenti menulis adalah...

Dikarenakan mulai hari ini aku sudah full masuk sekolah. Sebelumnya hanya setengah daring, tapi sekarang sudah benar-benar masuk setiap hari.

Lagipula, aku masih seorang pelajar.

Aku tidak ingin mengorbankan jam tidurku untuk menulis fanfic yang sudah tidak tertolong seperti ini. Itu juga menghambat pertumbuhanku.

Intinya, karena keadaanku sendiri, aku tidak bisa menulis lagi. Selain itu, aku juga sudah sejak lama ingin mengakhiri fanfic ini.

Padahal aku sudah memikirkan jalan cerita fanfic ini hingga plot DxD dimulai.

Aku juga ingin Asheel bepergian ke berbagai dunia, seperti Fairy Tail, One Piece, dan Bleach.

Bleach memang sering disebutkan karena Asheel memiliki sebuah Zanpakuto. Tapi sepertinya hanya bisa sebatas itu saja.

.

Terima kasih untuk orang yang sudah membaca omong kosong hari ini, dan untuk orang yang sudah membaca fanfic ini hingga akhir.

Omong-omong, aku butuh saran kalian entah apapun itu. Jujur saja, aku masih ingin terus menulis; apakah itu fanfic baru atau lanjutan dari fanfic ini tapi beda buku.

Sekali lagi, terima kasih untuk segalanya.


Load failed, please RETRY

Un nouveau chapitre arrive bientôt Écrire un avis

État de l’alimentation hebdomadaire

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C285
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank 200+ Classement de puissance
Stone 0 Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous

tip Commentaire de paragraphe

La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.

De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.

OK