Télécharger l’application
85.46% The Fleeing Chaos Demon / Chapter 245: Hmm...

Chapitre 245: Hmm...

"Kita pergi sekarang?"

Asheel menanyakan saat dia bahkan tidak berbalik. Sera datang dari belakang dan duduk di sisinya.

Mereka duduk bersila bersebelahan di lantai tatami teras taman pada Kuil Kekacauan. Saat itu, bulan yang belum menampilkan seluruh cahayanya menggantung tinggi di langit malam, ditemani dengan gerlapnya bintang-bintang yang melatari suasana semesta.

"Benar juga, ini masih langit yang sama yang pernah kuatur..." Asheel bergumam.

"Kalau tidak salah, namanya ... Blue Planet, kan? Orang yang mendesain langit berbintang, kerinduannya akan pemandangan malam yang sebenarnya bahkan bisa menciptakan tampilan yang mampu menyaingi warna semesta yang asli."

"Dia ... tidak, manusia itu sudah mati. Aku hanya terinspirasi olehnya." Asheel menggelengkan kepalanya dengan cemberut. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke bawah, melihat tangannya yang menggenggam cawan wine sambil memutar-mutarnya. Bayangan sosok dirinya yang terpantulkan oleh cahaya bulan samar bisa terlihat dari permukaannya.

Dia sudah seperti itu sejak beberapa jam yang lalu, setiap beberapa detik sekali, dia akan meneguk cairan wine dari cawan, seolah-olah dirinya akan pergi meninggalkan sesuatu yang berharga, dan dia tidak sanggup merelakan kepergiannya sendiri.

Tapi itu hanya seolah-olah, sebenarnya Asheel hanya membenamkan diri dalam suasana yang misterius ini.

"Bahkan jika kita pergi diam-diam pun, seseorang akan selalu menunggu dan melihat kepergian kita. Bukankah begitu?"

Sekali lagi, Asheel berbicara pada seseorang saat dia bahkan tidak berbalik menatapnya.

"Itu sudah jelas, aku sedang tidak dalam mood untuk tidur saat mengetahui jika kalian akan pergi."

Merlin muncul dari balik bayangan saat membawa dirinya melayang. Tangannya bersilang saat ekspresi serius dan rela memenuhi wajahnya.

Kemudian, Zora dan Flora juga muncul sementara Asheel masih memunggungi mereka.

"Omong kosong."

"Hah?" Merlin mengerutkan kening saat mendengar ucapannya. "Bisakah kau bersikap lebih pas dalam suasananya!?"

"Sudah kubilang ini hanya omong kosong. Sebenarnya kita tidak memerlukan semua perpisahan menyedihkan ini, yang akan aku dan Sera lakukan hanyalah menunggu anak kami dilahirkan di Alam atas sana. Sementara ini semua tidak ada hubungannya dengan kalian karena semuanya akan berjalan dalam sekejap."

"..." Merlin terdiam saat dia semakin mengerutkan kening. Hanya setelah beberapa saat, dia menghela napas lelah: "Aku tidak setuju saat kau mengatakan ini semua tidak ada hubungannya dengan kami. Tapi, apakah kau akan memanipulasi waktu untuk kami?"

"...." Asheel juga terdiam saat dia membutuhkan waktu untuk menjawab: "Ini bukan untukmu, melainkan reaksi alamiku saja. Aku akan berada dalam perhatian penuh mulai setelah ini, jadi aku akan menonaktifkan semua fungsi di tubuhku, termasuk dimensi ini."

"Hmph, dipikir perasaanku tidak mampu menembus waktu yang kau kendalikan? Meski kau mempercepatnya sekalipun, aku akan tetap merasakan perasaan ganjal yang luar biasa. Lagipula, ini pernah terjadi padaku. Hanya saja, jangan sampai membuat perasaanku mati rasa lagi..."

"Sebelum itu, bukankah aku sudah pernah berjanji padamu sebelumnya? Jika aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi..." Asheel mengatakannya, dan Merlin memang masih mengingatnya.

Tapi apa yang sedang terjadi seolah-olah memaksa mereka untuk berpisah lagi. Tentu saja Merlin menjadi memikirkannya.

"Bahkan jika kita akan berpisah lagi, kali ini aku akan pamit dengan benar. Entah apakah kau masih akan merindukanku atau tidak, tapi ... aku tetap akan bahagia saat mengetahui jika kamu telah menungguku selama ini."

"... Dasar bodoh!" Merlin malah mengucapkan ejekan, tapi matanya berkaca-kaca karena terharu saat ini. "Yang perlu kau ingat adalah ... kamu sudah menjadi tempatku untuk pulang. Jadi, kembalilah dengan segera..."

"Kenapa menjadi begitu emosional? Bukankah kita hanya menunggu sembilan bulan sebelum bisa melihat Asheel-sama lagi? Ini bukan apa-apa dibandingkan dengan 3000 tahun yang sebelumnya." Meski ikut terharu oleh suasana yang terjadi, sebenarnya Zora juga penasaran karena memikirkan hal ini, jadi dia tanpa sadar mengucapkan pemikirannya.

"Heh, meski memiliki penampilanku, kau masih jauh lebih bodoh dariku." Sera mengejeknya.

Zora ingin membalas, tapi Flora dengan cepat menariknya. "Dasar bodoh, meskipun Sera-sama mengatakan jika hanya membutuhkan waktu sembilan bulan, itu dilakukan untuk menenangkan Merlin. Kenapa kamu bisa sebodoh itu?"

"Oh, jadi seperti itu!" Zora menyadari.

"Sebenarnya, ini memang sembilan bulan lamanya." Sera memberitahu.

"Hah? Kalau begitu, kenapa Anda mengejek saya sebelumnya?" Zora tidak terima.

"Tidak ada, hanya sedang ingin mengejekmu." Sera mengangkat bahu acuh tak acuh.

Meneguk cawan terakhirnya, Asheel berdiri saat dia masih tidak berbalik. "Sekarang kalian memiliki masalahnya sendiri. Kuharap kalian bisa beradaptasi sementara aku pergi. Terutama kau Zora, penampilanmu adalah sebuah masalah disini."

"Hah? Apakah terlalu cantik juga bisa menjadi masalah?" Zora menunjuk dirinya sendiri.

"Tentu saja, pada zaman sekarang ini, negara bahkan akan berperang untuk memperebutkan kecantikan. Ugh, bukan itu maksudku. Itu karena penampilanmu yang mirip dengan Sera, sementara Sera sendiri sudah membuat namanya di dunia ini. Jika kau berpura-pura menjadi dirinya saat kau sendiri lebih lemah darinya, jelas itu akan menjadi sebuah masalah besar bagimu. Lagipula ... disini banyak orang yang menyembah Sera..."

"....." Merlin tertegun, sebelum bertepuk tangan. "Seperti yang diharapkan dari Sera-nee, tidak sepertimu, Asheel, yang keberadaannya bahkan tidak diakui."

Asheel memiringkan kepalanya dengan aneh, "Apa yang kau bicarakan? Aku seorang Raja Iblis disini..."

"Eh?"

"Oh, benar juga. Sepertinya bocah pirang itu bisa menjadi Raja Iblis, tapi jika ingin menjadi Raja Iblis sejati, caranya terlalu tidak lazim baginya. Yah, aku yakin orang itu tidak akan melakukannya. Namun, dengan kekuatannya saat ini mungkin sudah cukup untuk menyebut dirinya seorang Raja Iblis." Asheel tentu saja merujuk pada Meliodas. "Untuk seorang pasifis sepertinya, mungkin dia sangat cocok untuk Rimuru, bocah banci itu."

"... Emm, aku akan menyarankannya padanya. Dengan dirinya menjadi Raja Iblis, Britannia bisa membuat pijakan di dunia ini." Merlin mengangguk sebelum bertanya, "Tapi, apakah seorang Raja Iblis akan dipandang buruk oleh dunia?"

"Tentu saja, dilihat dari namanya saja jika orang-orang itu mendapat gelarnya melalui tindakan mereka yang seperti iblis, tapi sebenarnya tidak terlalu buruk, sih. Bahkan ada seorang Gaylord disana. Meh, jangan mengingatnya! Intinya, Raja Iblis hanya julukan yang tidak terlalu buruk, karena beberapa dari mereka membangun wilayahnya sendiri."

"Jika Meliodas menjadi Raja Iblis, bukankah itu akan membuatnya terlihat jika Britannia adalah wilayahnya?"

"Terserah kamu, sih. Meski Raja Arthur adalah pemilik sah Britannia, tapi aku bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi padanya di masa depan. Tentu saja, ini semua masih terserah kalian." Asheel pada akhirnya hanya mengangkat bahu.

Merlin merasakan firasat buruk dari cara Asheel membicarakan Arthur. Apakah akan terjadi sesuatu pada Arthur?

Merlin kemudian mengangguk menerima sarannya. "Aku akan mempertimbangkannya. Lagipula, aku adalah penasihat sang Raja."

"Omong-omong, bukankah Rimuru adalah adikmu? Kudengar dia seorang reinkarnator, yang benar yang mana, laki-laki atau perempuan?" Sera tiba-tiba bertanya menyela mereka.

"Perempuan." Asheel mengatakannya tanpa ekspresi.

"Tapi kudengar dia pernah menyebutnya jika dirinya sebelum bereinkarnasi adalah laki-laki."

"Oyaji pernah terlibat dalam masalah itu."

Sera terkejut, "Bahkan Ayah juga? Bukankah kau hanya merampok propertinya begitu saja?"

"Tidak apa-apa, dia merelakannya."

Sementara itu, Ophis yang sudah muncul tidak lama sebelumnya, menjadi lebih tertarik pada individu bernama Rimuru Tempest. Apa yang istimewa darinya sampai-sampai Supreme One sendiri yang mengatur keberadaannya secara pribadi?

Seolah mendapat notifikasi dari pikirannya, Asheel lalu memasang wajah serius. "Kurasa sudah cukup sampai disini saja. Kita berpisah sekali lagi."

Ekspresi semua orang juga ikut berubah.


L’AVIS DES CRÉATEURS
Nobbu Nobbu

Pilihan: Rimuru cewek atau cowo?

Vol 0 dah keluar kalo mau lihat Asheel sama Sera

Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C245
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous