Setelah semua orang selesai berbelanja di Osaka, mereka melanjutkan perjalanan lagi dan segera menuju Kyoto.
Di sana, mereka di sambut dengan suasana ramai saat mereka mendekati salah satu kuil di sana. Jelas, semua orang di sana sedang bersiap-siap untuk festival musim panas Kyoto.
Sebelum itu, Asheel dan yang lainnya mampir ke hotel untuk menginap. Untunglah Albedo sudah memesannya sebulan yang lalu, membuat segalanya menjadi mudah.
Berdiri di depan hotel, mereka masuk dan disambut oleh resepsionis. Setelah mendapatkan kamar, mereka menuju ruangannya masing-masing.
Asheel tidak lagi bersama para lelaki tetapi akan satu ruangan dengan Sera dan Albedo. Mengetahui hal itu, semua orang menatap tajam ke arahnya.
"Kalau begitu, kami akan pergi dulu." Asheel melambai ke arah mereka saat Sera dan Albedo mengikuti di belakangnya.
"Kuhh, menyesakkan!!! Kenapa Albedo bisa bersama Asheel-sama malam ini?" Shalltear mengeluh saat dia menggigit bibirnya. Tangannya memegang roknya dengan erat saat kakinya menghantam tanah dengan kesal.
"Tenanglah Shalltear! Asheel-sama tidak akan pernah melupakkan kita! Kamu pasti akan mendapat gilirannya, tentunya setelah aku. Tehe~" Aura menghiburnya saat dia menyentuh punggungnya. Dalam situasi ini, dia bisa akur dengan Shalltear.
"Kamu juga, Aura???" Shalltear tidak berdaya dan terus mengeluh.
"Jangan hanya berdiri di pintu, kita harus bersiap juga." Yuri menyesuiakan kacamatanya dan mengajak para saudarinya.
"Yahoo! Mengikuti festival manusia pasti akan menyenangkan!" Lupusregina berkata kegirangan.
"Diamlah Lupus, mulutmu terbuka lebar." Narberal berkata dari samping.
"Hahaha, Narberal-chan! Mari bersenang-senang bersama nanti!" Lupusregina melingkari leher Narberal dengan lengannya.
"Sangat berisik.." Shizu bergumam dengan cemberut.
"Festival, festival!" Entoma mengangkat tangannya membuat rumbai-rumbai di lengannya berkobar.
Demiurge mengamati dengan tenang sambil mendorong kacamatanya, "Hmm, apakah kita juga harus mengadakan festival lain kali di Nazarick. Bagaimana menurutmu, Mare?"
"Ehh???" Mare sedikit panik saat ditanyai. Dia menjawab dengan gugup, "Ano, etoo, festival di Nazarick kedengarannya bagus. Kita bisa menggunakan sosok Asheel-sama sebagai pusat acara!"
Demiurge mengangguk dan berkata, " Kalau begitu, kita akan menamakannya Festival Kebesaran Asheel-sama!"
"Apakah menurutmu Asheel-sama akan setuju? Menurutku itu terlalu berlebihan untuk beliau." Sebas berkomentar dari samping. Biasanya dia adalah yang paling memahami Tuan mereka.
"Apa katamu, Sebas? Apa kau bermaksud rencanaku tidak akan disukai Asheel-sama?" Demiurge berkata dengan tidak senang kepada Sebas.
"Aku tidak pernah mengatakan hal seperti itu." Sebas menggelengkan kepalanya.
"Dengar, kita sebagai pelayannya juga harus menunjukkan kesetiaan kita kepadanya! Festival ini adalah cara yang kupikirkan sejak Asheel-sama mengajak kita mengikuti festival manusia," kata Demiurge sambil mendorong kacamatanya.
"Terserah kamu, Demiurge. Setidaknya, kamu harus melaporkan rencanamu kepada Asheel-sama."
"Hmmptt!!!" Demiurge mendengus dan pergi.
Sebas menggelengkan kepalanya dan berjalan pergi juga.
Shalltear masih merajuk dengan Aura yang menghiburnya.
...
Sesampainya di ruangannya, Asheel bersama Albedo dan Sera segera memasukinya.
Memasuki ruangan, mereka puas dengan fasilitasnya. Mereka segera membereskan barang-barang mereka dan meletakannya.
"Aku akan mandi!" Asheel berkata kepada mereka berdua.
"Tunggu, aku ikut!" Sera mengikutinya. Melihat itu, Albedo juga mengikutinya.
"Terserah." Asheel menganggkat bahu.
Sesampainya di kamar mandi, mereka segera menceburkan diri ke bak mandi besar.
"Kurasa kita akan segera terlibat dengan hal yang tidak menyenangkan." Asheel tiba-tiba berkata membuat perhatian mereka berdua.
"Apakah itu?" Sera memiringkan kepalanya.
"Ini hanya firasat, mungkin Youkai."
"Nah, jika kamu berkata begitu." Sera menghela nafas dan terdiam sesaat lalu berkata, "Hmm, aku merasakan pergerakan yang cukup cepat dari sekitar sini. Mungkinkah orang-orang itu?"
"Apakah para Youkai ini akan berselisih atau apa?" Albedo berkomentar.
"Tidak tahu." Sera mengangkat bahu lalu menatap Asheel. "Bagaimana selanjutnya?"
"Apakah kalian ingin terlibat?" Asheel menatap mereka kembali.
"Jika hal ini menguntungkan Anda, maka kami akan melakukan segalanya." Albedo berkata dengan ekspresi serius.
"Mari kita ikuti arus." Asheel menutup matanya dan berguman, "Mungkin aku akan terlibat jika mereka imut."
"Apakah kami tidak cukup imut?" Sera menggembungkan pipinya saat menatapnya.
Melihat wanita dewasa di depannya mencoba bertingkah imut, Asheel tertawa kecil lalu menepuk kepalanya. Seperti yang diharapkan, itu bekerja dengan baik.
Saat mereka bercakap-cakap, Asheel tiba-tiba menoleh. "Penyusup?"
Albedo akan berdiri dan berkata dengan marah, "Beraninya makhkuk rendahan ini mengganggu kesenangan Anda, Asheel-sama. Ijinkan saya untuk mengurusnya!"
Membayangkan hal-hal yang lebih merepotkan jika Albedo bertindak sendiri, Asheel segera berkata. "Tidak perlu repot-repot, aku ingin tahu orang mana yang berani."
Asheel berdiri dan melilitkan handuknya pada tubuh bagian bawahnya. Dia segera keluar dan mengintip sedikit. Menatap tembok di depannya, penglihatannya menembus tembok dan melihat langsung ke penyusup itu.
Penyusup memakai jubah hitam di tubuhnya dan terdapat benjolan kecil di kepala dan pinggangnya. 'Mungkin itu Youkai, dan benjolan itu telinga dan ekor?'
Penyusup itu bertindak waspada saat melihat kanan kiri. Saat hendak membuka pintunya, dia terkejut mendengar suara di belakangnya.
"Apa yang kamu lakukan disini, Pencuri?" Asheel segera muncul di belakangnya mengagetkan penyusup itu.
"Kyaaahhhh!!!" Penyusup itu tersentak dan segera melompat ke belakang, dia mengeluarkan kunai dari balik jubahnya dan mengarahkannya ke depan.
"Jangan bergerak!" Penyusup itu menatap tajam ke arahnya dan menjadi linglung melihat tubuh Asheel.
"Seorang gadis?" Asheel mempertanyakan melihat reaksinya.
"Kamu, kenapa kamu telanjang?" Penyusup itu tergagap saat menunjuk ke arah Asheel seolah menuduhnya.
"Kenapa katamu? Jelas-jelas aku disusupi pencuri saat aku mandi, aku hanya bisa memakai ini." Asheel menjawab dengan santai.
"Ehh?" Penyusup itu linglung sekali lagi, melihat lebih jelas, dia terkejut melihat wajah Asheel. "Kamu, orang itu?!"
Asheel sedikit terkejut saat mengira penyusup di depannya mengetahui tentang dirinya. "Kamu tahu tentang aku?"
"T-tidak! Aku tidak tahu tentang kamu!" Penyusup itu panik saat mencoba menyangkalnya.
"Benarkah? Jadi kamu tahu tentang aku?" Asheel memiringkan kepalanya dan mencoba menggodanya.
"Sudah kubilang, aku tidak tahu ya tidak tahu!" Penyusup itu kesal saat melihat Asheel. Dia mengeluarkan sesuatu dari jubahnya dan melemparkannya ke bawah.
Segera asap muncul darinya saat sosok humanoid setinggi 3 meter keluar dari asap itu. Sosok itu berkulit gelap dan berbulu, mempunyai tanduk di kepalanya dan memegang palu di tangannya.
"Maaf saja, tapi aku tidak bisa meladenimu!" Penyusup itu ingin keluar dari ruangan dan segera berlari menuju pintu.
Melihat penyusup ingin keluar, Asheel segera merentangkan tangan dan menggunakan sihirnya. "Dimensional Lock!"
Penghalang tak terlihat menutupi ruangan itu segera setelah Asheel mengeluarkan sihirnya. Dia mengerutkan alisnya saat melihat sosok besar itu. "Kenapa kamu mengeluarkan pria besar ini di ruangan yang kecil ini?"
Tidak ingin pria besar di depannya merusak ruangannya, dia mengeluarkan sihirnya lagi. "Black Hole!"
Dari tangannya, bola hitam terbang ke pria besar itu. Bola mengenai tubuhnya dan segera menyedotnya menuju bola hitam kecil itu.
"Kamu!" Penyusup terlihat panik saat makhluk panggilannya dengan mudah dikalahkan. Dia segera menuju pintu dan akan membukanya, tapi saat tangannya akan menyentuh pintu, benda tak terlihat menghalaginya. Segera, dia menjadi lebih panik.
"Apa yang kamu lakukan!" Penyusup itu segera menatap Asheel dengan kebencian. Tidak disangka misi mudah yang di berikan neneknya menjadi berantakan karena pria di depannya. Dia menyesal masuk melalui jendela saat keberuntungannya sangat tipis.
"Nah, nah, Ojou-chan! Bagaimana jika kita bicara dari hati ke hati?" Setelah Asheel mengatakan itu, kecelakaan yang tidak terduga terjadi. Ikat handuknya terlepas mengakibatkan tubuh bagian bawahnya terekspos keluar!
Melihat benda yang tergantung dengan bangga di selangkangannya, penyusup itu menjerit sambil menutup matanya dengan tangannya, tapi jari-jarinya terbuka lebar mencoba memastikan benda apakah itu.
"Ada apa berisik-berisik?!" Saat itu pintu kamar mandi di buka dan suara Sera terdengar. Bersama Albedo, dia keluar dengan menutupi tubuhnya menggunakan handuk. Ekspresi mereka menjadi kosong saat melihat aksi Asheel dan penyusup itu.
Thx