Pesta mewah tergelar apik di Brooklyn State Building, di jantung Kota New York. Alunan musik yang mengiringi lantunan merdu biduan cantik di atas panggung, membuai orang-orang penting yang hadir dan sedang menikmati hidangan. Tak kurang dari belasan orang berstatus sebagai pejabat Amerika, sementara yang lain merupakan pengusaha dan juga selebriti. Namun, hanya Profesor John Hudson yang menjadi bintang malam itu. Serum hasil temuannya dianggap sebagai pionir peradaban masa depan. Formulasi tersebut memadukan DNA unggul dua manusia, sehingga lahirlah manusia-manusia terbaik yang makin mengukuhkan supremasi Amerika di dunia.
Sebagai bintang malam itu, tidak heran melihatnya sibuk meladeni hadirin yang ingin mengenal lebih jauh. Namun, kesibukan Profesor Hudson segera teralih manakala melihat perempuan cantik yang menyeruak di antara orang-orang yang mengitarinya.
Perempuan itu memang memikat, bahkan jika dibandingkan selebriti yang hadir. Rambutnya brunette, berombak, dan terurai sepunggung. Wajahnya oval membingkai mata zamrud, hidung pipih dan mancung, serta bibir yang melekuk sempurna. Kecantikannya kian ditunjang tubuh bak gelas bertangkai. Meski dibalut pakaian, sepasang dadanya yang besar dan padat tercetak jelas dari luar. Kulitnya yang putih berpadu serasi dengan gaun hitam yang membungkusnya. Perpaduan kecantikan dan keelokan tak pelak membuatnya menjadi pusat perhatian laki-laki yang hadir di sana.
Demikian pula dengan Profesor Hudson yang terpana sesaat, kemudian menyambutnya dengan senyuman. "Hello, Miss ...."
"Freya ...." Perempuan tersebut tersenyum seraya menerima uluran tangan Profesor Hudson. "Freya Beatrix."
"'Nona yang dihormati dan menawan' .... Sungguh nama yang indah, seindah sang pemilik nama," puji Profesor Hudson.
Senyum Freya teruntai setelah mendengar sanjungan Profesor Hudson. "Rupanya Anda tahu arti namaku."
"Tidak sulit menerkanya jika melihat kecantikan pemilik nama tersebut."
Meskipun seorang Profesor, John Hudson bukan kutu buku yang tidak paham cara menyanjung wanita. Bahkan ia dikenal sebagai pria tampan yang gemar berganti-ganti pasangan. Hanya butuh beberapa menit memberi sanjungan dan rayuan, Freya pun terpikat. Bahkan bukan hanya sekadar itu, ia juga jatuh ke dalam pelukan Profesor Hudson di dalam sebuah kamar hotel. Malam itu sang Profesor menutup hari istimewanya dengan geliat hasrat yang sempurna ....
Profesor John Hudson telentang di ranjang sambil mendekap erat tubuh molek Freya. Tangannya bergerak perlahan, melucuti gaun indah wanita tersebut. Melihat Freya dalam keadaan polos, memancing gairahnya meninggi. Ia segera melumat bibir wanita itu. Alih-alih sekadar menerima, Freya membalasnya tak kalah liar. Lidah mereka saling tertaut dan menari, sebelum akhirnya Freya melepaskannya dan merayap ke bawah sampai tiba di antara kedua paha Profesor Hudson.
Dengan lincah jemarinya menarik turun celana laki-laki itu, hingga milik Profesor Hudson tampil utuh di hadapannya. Freya tersenyum memandang milik Hudson yang telah berdiri kukuh, bersiap menerima cumbuannya. Perlahan-lahan lidahnya mulai menari, membasahi tiap inci milik Profesor Hudson sebelum akhirnya memasukannya ke dalam mulut. Dengan piawai Freya mengisap dan mengulum milik Profesor Hudson, memompa gairahnya menuju puncak. Cumbuan Freya tak ayal membuat milik Profesor Hudson berkedut pelan, memberi sinyal kalau ia meminta lebih dari sekadar itu.
Profesor Hudson menarik tubuh Freya sampai dadanya tepat berada di hadapannya. Ia terkesiap memandang dada Freya yang besar dan padat bergelayut indah. Tanpa menunggu lama lidahnya mengusap lembut dada Freya sambil sesekali mengulum buah cherry di dada Freya. Kenikmatan demi kenikmatan yang dirasakan, membuat tubuh Freya bergelinjang kecil; desahannya pun terdengar makin jelas.
"Please gimme more ...," pinta Freya.
Profesor Hudson tersenyum. "Tentu." Ia berganti posisi, sampai wajahnya berada di selangkangan Freya, kemudian kedua jarinya menyibak lipatan intim Freya ke samping. Dicecapnya bagian intim Freya sambil lidahnya menari. Makin cepat lidahnya menyapu, makin deras cairan intim merembes dan bercampur dengan saliva sang Profesor. Desah napas Freya terdengar tak keruan, dadanya pun kembang-kempis cepat. Geliat hasrat Freya kian memantik gairah Profesor Hudson. Lidahnya menjulur keluar-masuk di dalam lubang intim Freya. Gelinjang tubuh serta desah keduanya kian memuncak, menandakan sesi puncak sebentar lagi dimulai.
Profesor Hudson merebahkan diri sembari menuntun Freya duduk di atasnya. Paham maksud sang Profesor, Freya mengarahkan milik laki-laki itu ke bagian intimnya. Freya mendorong pinggulnya ke bawah dan membenamkan milik Profesor Hudson ke dalam bagian intimnya.
"Be gentle, please ...."
Senyum Profesor Hudson terpantik. "Sure." Ia mengangkat tubuh lalu mengisap kedua cherry Freya bergantian.
"Mmmh ...." Freya terpejam merasakan kehangatan milik pria tersebut di bagian intimnya. Perlahan pinggulnya mulai bergerak naik-turun. Kini keduanya berada di puncak kenikmatan. Mereka terbius hasrat yang tengah membubung tinggi. Namun, semua baru awal dan akan ada akhir sempurna.
Bersambung