Kilatan petir yang tiba-tiba datang kadang membuat Haura terkejut, ia terpaksa menurunkan kecepatannya untuk menghindari kecelakaan. Cukup kejadiannya dengan Intan menjadi pembelajaran.
Jalanan yang biasanya sering di lewati orang itu kini terlihat begitu sepi, tidak ada yang melintas saat itu. Memang tidak jadi masalah bagi Haura, hanya saja ia harus siap jika kebasahan, Jas hujannya ketinggalan di rumah.
Gerimis hujan mulai membasahi bajunya. Petir dengan seenaknya memancarkan cahayanya, beberapa kali juga Haura hampir terjatuh akibat terkejut. Rasanya Haura ingin berhenti dan meneduh, tapi jalanan yang ia lewati hanya ada pepohonan.
"Ya Allah, tolong Haura."
Haura sudah merasakan ketakutan sendirian di tengah derasnya hujan. Bajunya sudah basah semua bersamaan dengan badannya yang mulai menggigil. Ada atau tidaknya pasangan tidak membuat Haura baik-baik saja. Ia masih menanggung semuanya sendiri, apalagi harus menerima kenyataan bahwa suaminya mencintai orang lain.