Sepanjang perjalanan ke sekolah, Dhika terus mengingatkan istrinya untuk nggak main fisik tapi sepertinya Cia mendadak tuli sebab sekarang tangannya udah mengepal kuat bahkan sesekali meninju busa tempat duduk mereka.
"Sayang, tenangkan dirimu. Tarik napas yang dalam lalu buang perlahan, masalah tidak akan selesai jika emosi menguasaimu."
Cia menoleh, menatap tajam suaminya, "untuk apa aku tarik napas buang perlahan? emangnya aku mau melahirkan? Sekarang ini aku sedang sangat kesal, jangan cari gara-gara MAHAR!"
Dhika mengangguk patuh sambil menelan ludahnya kasar, "ok, lakukan sesukamu tapi jangan marah padaku ya?"
Dia meraih tangan istrinya, maksud hati mau nyium punggung tangannya Cia tapi ke pentok kuat karena istrinya menghempas tangannya, alhasil bibirnya sedikit bengkak. Dia cuma bisa elus dada aja.
Cia nggak ngerasa bersalah, so sad buat pak Mahar. Salahnya juga, ngapain sok nenangis singa ngamuk! Cedera jadinya. Paksa pake masker kesekolah.