Matahari mulai menampakan sinarnya, terlihat sangat jelas, dari atas awan membuat Awan melirik ke arah kaca jendela pesawat, sinar matahari di negara yang telah beberapa bulan di tinggalkannya hanya untuk mencari pelaku pembunuhan Ken, kehangatan matahari begitu banyak menaruh rasa yang bercampur aduk di dalam hatinya.
Pria itu menyuka matahari terbit, menyaksikan matahari terbit, membuatnya mengingat sosok itu.
Air matanya tidak lagi mengalir, hanya ada sebuah rasa yang membuatnya sedih. Seperti air matanya telah mengering, atau dia hanya berusaha untuk tegar.
Kesibukan di bandara masih saja sama, ada yang berangkat, ada yang datang.
Welcome to Airport Internasional Seokarno-Hatta.
Awan hanya bisa meremas tali tas ransel miliknya, kini tubuhnya sedikit bergetar, dan kakinya tidak tahan untuk menopang tubuhnya, untung saja ada kakaknya Zoe yang menahan tubuhnya.
"Kau tidak apa-apa? Apa perutmu sakit?"
"Em. Baik kok kak Zoe,"
"Biar kakak belikan minuman untukmu,"