Sifa nampak masih merasakan kekhawatiran akan Aldi yang mulai mencurigainya berselingkuh, hanya saja dia merasa kalau Aldi masih mencari bukti yang tepat.
"Aku mandi dulu ya, gatal rasanya 2 hari gak mandi." tiba-tiba saja Aldi berujar seperti itu.
"Kamu gak mandi 2 hari? Sejak kapan kamu jorok Di?" tanya Sifa.
Nampaknya ucapan Aldi membuat Sifa agak heran, Aldi sendiri nampaknya keceplosan akan hal yang dia katakan.
"Iya, maksud aku tuh Minggu kemarin sama Senin sekarang." jawab Aldi.
"Oh." ujar Sifa.
Sifa mendekatkan hidungnya tepat di arah pakaian Aldi yang sudah dibuka olehnya, dia cium aroma tubuh Aldi berbeda dari biasanya. Sifa tahu kalau Aldi tidak akan sebau ini kalau hanya mandi satu kali.
"Di, kok kemeja kamu bau gini ya?" tanya Sifa.
"Bau gimana? Bukannya baunya emang kaya gitu. Aku ke kamar mandi dulu ya." jawab Aldi dengan agak terburu-buru.
Sifa mulai menunjukkan kecurigaan akan kelakuan suaminya, namun dia sendiri dalam fase yang dibisa dibilang kurang baik.
Sementara itu Usman masih bersembunyi di kamar mandi, nafsu birahi yang membludak tidak dapat dia tahan dan akhirnya dalam waktu singkat dia sudah berejakulasi di dalam rahim Sifa.
"Siapa di dalam?"
Tiba-tiba saja Aldi mengetuk pintu kamar mandi.
"Ini bapak." jawab Usman.
"Oh bapak, lagi apa pak?" tanya Aldi kembali.
"Bapak lagi nagih uang kontrakan, kebetulan kebelet ingin kencing." jawab Usman sambil membuka pintu.
Usai Usman pergi barulah Aldi sadar kalau ini bukan jadwal menagih uang kontrakan.
"Apa mungkin ada yang nunggak?" pikir Aldi
----
Wati nampak berkuasa di kontrakan yang ditempati oleh Risa dan Adam, belum satu hari saja di sudah minta yang macam-macam kepada Risa. Dimulai dari makanan sampai aroma kamar mandi yang harus wangi.
Risa sendiri tidak terlalu memikirkan hal itu, karena dia sedang asyik memakai celana dalam milik Eko. Dia sangat antusias dengan reaksi Eko dengan aroma vagina yang menempel pada celana dalam Eko yang dia pakai.
"Ris, kamu tuh dandan yang cantik. Sebentar lagi ada teman ibu mau kesini!" seru Wati.
"Kenapa saya harus dandan segala bu, kan itu temannya ibu?" tanya Risa.
"Iya, masa iya ada tamu kamu kelihatan kusam." jawab Wati.
Mau tidak mau Risa harus dandan untuk menuruti apa yang dikatakan oleh Wati, dia pergi ke kamar mandi dan segera membuka celana dalam milik Eko yang dia pakai.
"Kenapa mas Eko sampai kaya gini ya?" gumam Risa.
Dia cari ember yang berisi pakaian Eko dan Tati, sejenak Risa terdiam ketika mencium aroma pakaian yang di pakai oleh mereka. Risa sampai bergidik mencium pakaian Eko dan Tati, karena tidak ada wangi-wanginya sama sekali.
Usai cuci muka dia segera memakai handuk dan masuk ke dalam rumah, dia terperanjat tak kala mendapati ada seorang bandot tua bersama ibu mertuanya.
"Bu, ini siapa?" tanya Risa.
"Ini om Burhan, ini tamu ibu yang tadi ibu ceritakan sama kamu." jawab Wati.
Risa risih melihat pandangan mata dari Burhan, tatapan matanya seolah menelanjangi Risa yang hanya memakai handuk saja.
"Risa mau pakai baju dulu Bu." ujar Risa.
Tanpa Risa sadari rupanya Wati meninggalkan mereka berdua, sementara itu dia menunggu diluar untuk memastikan situasi aman terkendali. Nafas panjang nampak terlihat dari Wati, karena hari itu hari yang mendukung untuk dia melakukan itu semua.
Hal itu bukan tanpa alasan karena Eko dan Tati yang merupakan tetangga dekat Risa sedang tidak ada di rumah.
"Risa?"
Risa kaget ketika Burhan memanggil namanya dan beranjak masuk ke kamarnya.
"Pak Burhan? Mau ngapain pak, bukannya lagi sama ibu." tanya Risa.
"Ibu mertua kamu lagi beli makanan buat kita." jawab Burhan.
"Terus pak Burhan mau ngapain masuk ke kamar saya, keluar pak atau saya teriak!" bentak Risa.
Dengan kekuatan penuh Burhan langsung membekap mulut Risa dan mereka terhempas ke kasur yang ada di situ.
Risa yang hanya memakai handuk saja dengan mudah langsung telanjang bulat di depan Burhan, sementara itu Burhan menelan ludah melihat tubuh Risa yang molek dan menggairahkan.
Perlawanan dilakukan dengan sengit oleh Risa, tapi ketika jari telunjuk Burhan menyentuh bibir vaginanya semua jadi berubah. Tubuhnya langsung bergetar karena rasa geli dan birahi yang mulai bangkit.
Burhan nampak senang melihat hal itu, ketika dia memainkan jemarinya hampir di area vagina Risa. Rasanya tidak mungkin tertahan oleh Risa untuk mendesah.
"Ahhhh"
Akhirnya Risa mendesah panjang, hasrat birahi yang memuncak seolah membakar dirinya yang sudah tidak diberikan oleh Adam.
"Ya terus mendesah seperti itu, saya bakalan berikan yang lebih lagi." ujar Burhan.
Burhan segera melepaskan seluruh pakaiannya dan memperlihatkan penisnya sudah berdiri tegak di depan Risa.
Sedang asyiknya melihat penis milik Burhan, tiba-tiba saja Burhan melakukan serangan mendadak dan langsung menjilati vagina Risa yang sudah basah.
"Bau sekali, tapi saya suka bau kaya gini." ujar Burhan.
"Jangan pak!" seru Risa.
"Jangan panggil saya pak, panggil saja om Burhan biar enak di dengarnya." tegas Burhan.
Risa semakin tertekan saja, karena sambil menjilati vaginanya Burhan juga meremasi kedua payudaranya Risa.
Risa tidak dapat banyak menolak akan apa yang dilakukan oleh Burhan, pasalnya dirinya juga sedang dirundung birahi yang melanda.
"Ahhh...."
Risa mendesah panjang untuk kedua kalinya, karena Burhan memasukkan penisnya ke dalam lubang vagina Risa. Risa dapat melihat bagaimana penis Burhan masuk sedikit demi sedikit ke dalam lubang vaginanya.
Warna hitam dan berurat serta ukuran yang besar membuat Risa harus meremas sprei agar dapat menahan penetrasi yang dilakukan oleh Burhan.
"Ouhh... Nikmat sekali lubang kamu Ris. ujar Burhan.
Risa enggan berkata apapun karena dia sibuk menahan rasa perih dan nikmat yang sedang dia rasakan saat ini.
Hingga akhirnya seluruh batang penis Burhan masuk ke dalam lubang vaginanya, goyangan maju mundur mulai dilakukan oleh Burhan yang sudah sangat bernafsu sekali.
"Plok....plokk....plokk..." bunyi peraduan kelamin yang mengikuti ritme.
Ciuman ganas buru Burhan tidak dapat Risa tolak lagi, alhasil lengkap sudah peraduan cairan antara Burhan dan Risa, mulai dari ludah, keringat dan tentunya cairan kelamin mereka berdua.
Risa memeluk erat tubuh Burhan dan ciumannya terasa semakin kuat.
"Ahhh..ahh...ahhh".
Risa mendesah karena dia mengalami orgasme yang sangat nikmat sekali.
"Orgasme kok gak bilang-bilang, padahal kita barengan." ujar Burhan.
"Enggak pak." sanggah Risa.
"Apa maksud kamu enggak?" tanya Risa.
Burhan yang agak emosi langsung menggenjot Risa dengan kekuatan penuh, alasan Risa menolak jelas beralasan karena kini dirinya sedang dalam masa subur dan Adam belum menidurinya.
"Ahhh..."
Burhan mengerang penuh kenikmatan akan ejakulasi yang dia keluarkan di dalam rahim Risa.
"Gila nikmat sekali, aku titip calon anak-anakku ya." ujar Burhan.
Risa terdiam sejenak akan nasibnya, sementara Burhan nampak puas di hari itu, aroma ketiak yang menyengat tercium pekat pada hidung Risa yang ada di dekatnya.
Diluar terlihat Ranti berjalan agak sempoyongan dan dibelakangnya ada Tati yang ikut pulang.
Matanya terlihat sayu ketika melihat Wati yang ada di depan rumah Risa, ditambah lagi adanya sepatu lelaki yang ada di depan pintu masuknya.
Akan tetapi Ranti tidak ingin mengetahui lebih banyak akan hal itu, karena sekarang saja dirinya masih membayangkan apa yang telah terjadi kepadanya.
Dia masih mengingat bagaimana Aryo penuh perkasa menggagahi tubuhnya, tanda merah telah dibuat oleh Aryo di area payudaranya. Ranti bingung bagaimana kalau Dadang nanti mengetahui akan hal itu, karena Dadang sendiri sudah tidak terlalu bernafsu untuk membuat tanda merah dan leher ataupun di payudara Ranti.
"Ibu siapa ya?" tiba-tiba saja Tati bertanya kepada Wati.
"Saya mertuanya Risa." jawab. Wati.
"Hmm... mbak Risa-nya kemana Bu?" tanya Tati.
"Dia ada di dalam." jawab singkat Wati.
Tati melihat gelagat Wati agak mencurigakan dan dia melihat sepatu lelaki ada di depan pintu rumahnya.
"Mbak Ranti, Adam gak bareng sama ibu pulangnya?"
Tiba-tiba saja Wati mengalihkan pembicaraan dan membuat Tati risih dengan apa yang diperbuat oleh Wati.
"Tadi saya pulang duluan, kebetulan kalau Adam memang lembur palingan sebentar lagi juga pulang." jawab Ranti
Wati segera masuk dan melihat Risa dan Burhan masih tertidur tanpa busana, Burhan memeluk Risa dari belakang begitu mesra.
"Pak Burhan? Bangun pak, sebentar lagi anak saya pulang. Bapak cepat pergi darisini!" seru Wati.
Risa dan Burhan segera memakai seluruh pakaiannya, tak lupa Burhan memberitahu amplop berisi sejumlah uang untuk Wati.
"Keluarnya lewat belakang pak!" ujar Wati.
Maka dengan segera Burhan pergi dan hanya ada Wati dan Risa saja di kamarnya.
"Enak rasa punya orang lain?" tanya Wati.
"Ibu tega menjual menantu sendiri, salah saya apa Bu?" tanya Risa.
"Kamu jangan banyak omong, lagipula ibu tahu kalau kamu menikmatinya. Nanti bakalan ada yang lain lagi, kamu siapkan diri kamu secantik mungkin." bentak Wati.
Tanpa mereka sadari kalau Tati mendengarkan pembicaraan mereka dari balik dinding bilik kontrakan yang ada disana, Tati nampak terlihat tersenyum licik akan semua yang telah dia ketahui.
Bersambung