Solat hanya sebentar Sofil keluar dari Masjid setelah solat isya' dan meninggalkan wirit, putra kiai satu ini memang seperti itu. Dia kemobil masuk duduk miring sambil akan menikmati rokoknya namun belum dinyalakan, tanpa menutup pintu, ia menikmati udara angin malam yang semilir, dedauan rindang tertiup dan bergerak sahdu.
Saat akan menyalakan rokok ia mencari korek api dan malah membaca buku, matanya terbuka saat tercantum nama sang idola hati.
"Nasya Sabilla," ujarnya pelan lalu tidak memperdulikan rokoknya. Ia seperti terhipnotis dan melupakan apa yang akan dilakukannya. Ia mengambil buku yang tadi siang dijatuhkan seorang gadis berhijab.
Rasa penasran membuncah, Sofil menata tempat duduknya agar nyaman.
"Sama sampulnya saja aku sudah love, Nasya apakah kamu cantik? Ah ... Entahlah aku terpesona olehmu," ujarnya lalu membuka buku kecil yang diberi judul. *Taubat gays* Sofil tersenyum simpul setelah membaca sampulnya.
Lembar perlembar hanya dibolak-balik, "Aku cinta namun aku malas membaca," Sofil meletakkan kembali. Fatih datang lalu masuk dan menutup pintu, Sofil menutup pintu, menginjak gas dan menjalankan mundur lalu, tancap gas kedepan. Fatih memejamkan mata. Sofil melirik Kakaknya yang lelah.
"MasyaAllah sulit tidur," ucap Fatih mengusap wajahnya benerapa kali dengan tangan kanannya, ia melihat buku itu.
"Alhamdulillah ... Adikku mau membaca buku, apalagi temanya taubat," ujar Fatih senang.
"Kata siapa, aku mulai penasaran tapi malas baca, bacakan Gus," pinta Sofil, Fatih mengambil buku itu membuka membaca sedikit.
"Ini sama cuplikan hadits dan ayat Alquran, kamu sering dengar, tapi sayangnya tidak kamu masukkan kedalam heart," ucapan Fatih memang benar.
"Bacakan dikit saja, siapa tau karna itu tulisan dari Nasya aku jadi masukkan kedalam heart," bujuk Sofil.
"Ehm, Jangan menunda Taubat, karena semakin lama perjalanan yang ditempuh, kembalinya juga menjadi semakin sulit. Fahamkan, jika kamu terus-menerus melakulan maka semakin sulit pula.
Sekarang juga jangan menunda, dengarkan ini. Mungkin sinar mentari masih terbit esok hari, tapi belum tentu dengan kamu (apakah masih hidup ataukah tidak). Maka bertaubatlah hari ini. Aku sudah sering mengatakan ini, ya bacalah kalau memang cinta sama Nasya kamu juga akan cinta dengan hal apapun darinya," jelas Fatih setelah membaca.
"Umi .. hiks,"
"Ah ... He he he alay. Disuruh belajar cinta tentangnya malah merengek. Ya Allah sayangi Sofil Al Mubarrak,"
"Aamiin, Gus sekarang aku cintanya sama Gus," ucapan Sofil keduanya tertawa. "Oh ya, ada cerita begini, ada pria gagah mendekatiku, dia bertanya soal Mbak Hidayah, aku kira dia memang naksir, eh ternyata itu hanya trik saja, masa dia meremas barang empuk dibawah pinggang, aku lari ketakutan ternyata kata para santri dia benar gay najis. Astagfirullah ... Apa aku terlalu keren sampai ada pria hih ... Merinding," keluh Sofil.
"Petualanganmu memang unik, aku hanya fokus tidak ingat ada kejadian lucu, tapi mungkin pernah, tapi sudahlah. Fil, setelah ini tidur jangan ngluyur ingat Abah dan Umi," ujar Fatih mengingatkan Adiknya agar tidak keluar.
Gerbang pesantren terlihat salah satu santri membukakan.
"Itu kang Hadi kesayangan Abah, sangat jenius ingat tidak Gus?" tanya Sofil, anak yang merasa dinomer duakan dengan santri.
"Kita juga kesayangan Abah," jawab Fatih.
"Stop Gus, perutku mules kalau dinasehati, Afwan,(maaf)" ujar Sofil mengambil buku lalu keluar dari mobil.
"Kang Hadi antar Gus Fatih," pintanya lalu melarikan diri. Fatih tertawa kecil melihat adiknya itu. Kang Hadi dan Fatih berjabatan tangan. Lalu mobil masuk pas kedepan runah bercat putih, rumah sederhana yang tingginya hanya dua meter lebih lima ratus cm.
"Assalamualaikum." ucap Fatih dengan raut wajah bahagia.
"Wa'alaikummusalam ..." jawab Kiai Fattah.
Kiai Fattah menyambut putranya, Fatih bergegas keluar mobil lalu mengecup punggung tangan Kiai Fattah dan memeluknya, Umi Fadillah datang.
Sosok wanita paruh baya yang dirindukan Fatih selama dua tahun tidak pulang ke kampung halaman.
"Alhamdulillah ... Kok sampai lama? Telat dua jam lo ..." tanya Kiai, mereka berjalan masuk kedalam rumah.
"Sofil lama di toilet Bah, Umi, Abah bagaimana keadaannya baikkan?" tanya Fatih mereka masuk kedalam rumah, dengan salam dan membaca surat iklas.
"Alhamdulillah kami baik, Fatih, istirahatt dulu besok nusa kita akan pergi ke Pasuruan," jelas Kiai Fattah, Fatih mengangguk lalu masuk kamar, Umi Fadillah menyiapkan kamar Fatih, Fatih dengan manja memeluk Umi dari belakang tidak lama hanya dua detik ia lalu duduk diranjang.
"Umi duduk," pinta pemuda itu, Umi Fadillah duduk diranjang bersama putra kedua.
"Wanita letak amal dari jalan surgaku sudah mulai beruban, uban umi mulai banyak, kulit umi mulai keriput, banyak pahala dari Allah jika seorang anak memulyakan kedua orang tuanya, dan patuh. Umi bagaiman sosok gadis yang bernama Bilqis itu?" ujar pemuda yang lama berada ditanah Mesir. Umu Fadillah menggenggam tangan putranya.
"Alangkah baiknya minta petunjuk kepada Allah, kalau meminta pendapat Umi, Umi akan bilang yang baik-baik, dia cantik, solihah, cerdas, namun sudah tidak punya Umi, Bilqis gadis yang mandiri dia mondok di Semarang, lalu di Serang, lalu kembali lagi ke Pasuruan, dia kuliah bersama Neng Ainun, Umi sangat ingin jika Sofil dapat berjodoh dengan Ainun namun karna tingkah laku Sofil selalu seperti itu Umi merasa tidak pantas," jelas Umi Fadillah murung, Fatih tersenyum kecil. Lalu berdiri melepas jaketnya.
"Yakin Umi jika suatu saat nanti Sofil akan terbebas dan tidak kembali meneguk hamr lagi, doa Umi yang paling penting.Boleh aku tahu kenapa Umi memilih Neng Ainun?"
"Ya dulu kan Umi pernah berbincang dengan Umi Rosidah ya inginnya Umi namun terserah Allah nantinya bagaimana, sekarang fokus ke kamu, kamu menerima Neng Bilqis?" tanya Umi Fadillah, Fatih tersenyum lalu berbaring.
"Aku juga terserah Allah, jika petunjuk dariNya baik ya lanjut, tapi aku belum selesai sekripsi," jelas Fatih, duduk menaikan kaki Uminya kemudian memijat.
"Bilqis itu sosok yang riang, bercadar namun juga bermasyarakat, tanpa cadar dia sangat anggun walau pun tidak memakai make up, semua cantik jika wanita, dia bersuara emas namun dia tidak memamerkan suara dengan wajahnya yang cantik, ketika ada seseorang meminta agar dia bersolawat, dia beri lewat rekaman suara tanpa menunjukkan wajahnya, banyak yang mengenalnya dengan nama Dina. Hanya Umi yang tau kalau dia memakai nama lain, karna statusnya putri Kiai besar dia tidak ingin nama Abahnya disangkut pautkan dengan suara rekamannya, Umi akan sangat bahagia jika kamu dan Bilqis dapat bersama dipelaminan illal jannah, (hingga surga)"
"Lalu jika sudah menikah apa dia tetap menjalani rekaman?"
"Itu bisa dibicarakan nanti Fatih," ujar Umi belum selesai.
"Dia hafal Alquran? Balagoh? Alfiah? Berapa hadits?" tanya Fatih bersusulan. Umi tertawa kecil.
"Dia tidak seperti kamu, wanita yang hafal.Alquran dan lain sebagainya, memang mempunyai derajat yang mulia, namun yang tidak hafal bukan berarti tidak baik," jelas Umi,"Sudah cepat istirahat, Umi juga lelah." ujar Umi menurunkan kedua kaki dan pergi, Fatih berbaring dan berpikir, ia membaca surat Arrahman tanpa Alquran dengan tidur miring.
***
Pagi ini mentari tertutupi awan mendung, hujan rintik membasahi tanah kelahiran kedua putra Kiai Fattah. Sofil bertingkah manja, datang ke Umi yang baru saja selesai mengaji.
"Umi minta sedikit waktu sepuluh menit," ujar Sofil menata bantal lalu berbaring.
"Umi kepalaku sangat sakit," keluh Sofil, ia membuka buku kecil itu.
"Bilang saja minta pinjat," ujar Umi Fadillah, Sofil tersenyum Uminya mulai memijat kening.
"Umi memang the best, Umi aku menemukan buku ini, ini panduan taubat, Umi doakan ya agar aku bisa bertemu dan berjodoh dengan pengarang buku ini," ceplos Sofil, Umi Fadillah terkejut niatnya menjodohkan putranya dengan Ainun.
"Tidak ada yang mustahil semoga Allah menjodohkanmu dengan Ainun, Aamiin," doa uminya.
"Aamiin. Eh. Salah nama Umi, Nasya Sabilla, jangan Neng Ainun," Sofil duduk dan menunjukan sebuah nama yang terpajang didepan sampul buku itu.
"Siapapun nanti gadis itu yang penting kamu taubat," jelas Uminya, Sofil merasa malas jika akan dinasehati ia beranjak. "Kalau dibilangin melarikan diri, tubuh atletis tapi cemen," ujar Uminya bercanda dan menegur, Sofil lekas membuka mulut, Uminya sudah faham lagak dari Sofil. "Mules, biasa. Ya sudah pergi sana Umi mau bersih-bersih dan belanja untuk berbuka," ujar Uminya, Sofil terdiam dan tersipu malu sambil menggaruk kepala belakangnya.
Sofil kembali berbaring keranjang, ia mulai seperti cacing kepanasan, tenggorokannya mulai panas, ia bangun dan segera kekamar mandi untuk whudlu.
"Aku harus membaca buku ini, siapa tau hatiku terenyuh, Nasya aku terpikat akan namamu, ah ..., jangan halu Sofil, ya Allah aku sangat ingin ya Allah ... Mohon buang jauh-jauh rasa inginku, Ya Allah," Sofil merasa kesakitan dibagian kepala, lehernya terasa panas.
Ia duduk dengan membaca bismillah dan mulai membaca.
[Hai Geas buku ini adalah kutipan dari beberapa hadits dan ayat Alquran. ya ...
Tidak kata terlambat untuk bertaubat selagi masih ada napas yang terhembus. By Nasya Sabilla.
Aku Nasya Sabilla hanya mencuplik. Jadikan taubat bukan hanya untuk dosa-dosa yang telah kamu lakukan, tapi juga untuk kewajiban yang belum kamu tunaikan. – Ibn Taymiyyah
Taubat juga dapat meraih kebahagiaan
Kebahagiaan dicapai melalui tiga hal: 1 Bersabar ketika diuji, 2 Bersyukur ketika menerima nikmat, dan 3 bertaubat atas dosa-dosa. – Ibn al-Qayyim
Taubat butuh proses sedikit demi sedikit
Jangan terbiasa meremehkan dosa kecil. Ibarat kerikil, sedikit demi sedikit bertambah dan segera berubah menjadi gunung. Mufti Ismail Menk
Taubat juga supaya beruntung
Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. – (Q.S An-Nur: 31)
Kedamaian
Kamu menginginkan kedamaian? taatlah kepada Allah, taruh keningmu di atas tanah, bicaralah kepada-Nya dan curahkan semua isi hatimu, renungkan, sesali dan bertaubatlah.
Penyakit
Dosa adalah penyakit, taubat adalah obatnya, dan berpantang dari itu adalah obat yang paling mujarab. – Ali bin Abi Thalib]
Sofil merenung setelah membaca buku itu, terdiam beberapa menit, Sofil teringat dengan grup yang didengar dari radio kemarin, mengambil ponsel dan mulai menjelajahi dan ijin masuk grup dari Nasbil itulah nomer via whats App, yang tercantum dari singkatan nama Nasya Sabila.
"Apakah ini nomer Nasya? Ah coba dulu, lebih baik chat pribadi ketimbang digrup,"
ujarnya menyimpan nomer lalu menghcat.
[Assalamualaikum]
chat pertama dikirimkan Sofil, ia sudah begitu kegirangan, perasaan tak karuan, ia mulai berkeringat. Namun sangat lama tidak ada balasan.
"Aku menunggu hal yang tidak pasti," keluhnya, ponselnya bergetar ada chat masuk, senyumnya mengembang dengan sangat lebar, namun senyum itu menghilang ketika tau itu chat dari temannya.
[Ayo bro kita minum gratis nih.]
Ajak dari nomer hp yang dinamai Ardi. Sofil tersenyum dan bersemangat.
"Ah ini masih siang, dan aku sangat haus, gratis pula, puasanya hutang sajalah," ujar Sofil, enteng tanpa takut dosa, ia sudah tidak tahan ingin minum. "Dua hari aku bisa menahan, pasti kalau minum besoknya lagi bisa tiga hari, apa salahnya ," ujarnya remeh lalu bergegas, ia berjalan cepat ke kamarnya yang berada dengan para santri, disatu kamar berdiameter lima kali enam dipenuhi lima belas santri termasuk Sofil. Walau dia putra dari Kiai dia sangat ramah dan tidak angkuh, dan dengan mudah bergaul. Sayangnya dia masih terjerat nafsunya.
Sofil mengendarai motor Matic Vario, ia bergegas ketempat biasanya berkumpul dengan para peminum. Tiga kilo meter akhirnya ia sampai dibawah perkebunan jati sudah terlihat teman-temannya yang mulai teler, bahkan ada satu gadisnya juga yang dikrumuni, dan diraba-raba, dia memakai rok mini, dengan kaos ketat warna putih yang nerawang hingga terlihat jelas belahan dadanya yang cukup berisi.
Gairah Sofil bukan pada gadis itu namun pada botol minuman yang berjajar, ia meneguk ludah berkali-kali, ia bergegas sudah tidak tahan hpnya berdering, itu sebuah telpon, mata Sofil membulat lebar saat tau itu nomer dari Nasya, Sofil tersenyum ia memakai helm, menindis gambar hijau, lalu mengegas motornya menjauh dari tempat maksiat itu.
Dring
Dring
"Halo, Assalamualaikum, ehkm," Sofil mengatur suara, ia berhenti setelah melaju lima ratus meter.
"Wa'alaikumsalam, dengan siapa dan ada perlu apa?" tanya dari gadis pemilik suara indah itu.
"Aku meleleh .." gumam Sofil.
"Apa?" tanya Nasya terkejut.
"Tidak saya Sam saya ini pemabuk berat Mbak, kira-kira saya bisa berkonsultasi soal itu, saya ingin taubat," ujar Sofil sengaja menyingkat namanya.
"Maaf Mas ini puasa tapi terserah Maslah, orang puasa itu untuk orang yang beriman, kalau soal konsultasi pencegahan rasa ingin saya tidak tau karna saya tidak pernah coba dan takut dosa, namun kalau Mas berkenan masuk grup nanti Mas bisa shering kesesama teman jalan putih, aku hanya sekedar memotifasi, jadi bagaimana? Mas berkenan masuk grup?" tanya Nasya.
'Inginnya aku hanya berbincang dengan kamu, ah, kalau digrup ada yang suka sama kamu juga kan aku bisa dibawa ambulanc, aku kebingungan seperti bunyi serena ambulan,' batin Sofil melamun.
"Baik Mas pikir-pikir dulu, aku tutup ya?"
"Jangan, boleh aku meminta satu hal?" pinta Sofil masih ingin ngobrol dengan gadis bersuara indah itu. "Hadits atau ayat Alquran yang menakut-nakuti gitulo Mbak," imbuhnya, "Ah, modus, aku memang lihai mengulur waktu," gumamnya.
"Mas bicara apa tadi? Soalnya aku sedang berbicara dengan seseorang, oh hadist atau ayat Alquran, baiklah di chat saja ya Mas, Assalamualaikum." Nasya malah menutup telpon dia cukup cuek.
"Aku tidak bisa melumpuhkannya," gumam Sofil.
Plung
Plung
Suara pesan masuk via whast App.
[Mas taubat harus punya tekat yang kuat, tidak mudah. Taubat yang benar yaitu kembalinya seorang hamba ke dalam dekapan Allah SWT dari perbuatan dosa dan maksiat. Tentunya setiap manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini pernah berbuat salah dan dosa, itu adalah hal yang manusiawi. Karena itu Rasulullah SAW bersabda, "Setiap anak cucu Adam pasti memiliki dosa, dan sebaik-baik mereka yang berbuat dosa adalah yang mau bertaubat"(HR Ibnu Majah).
Taubat bukan hanya sebatas usaha seorang hamba memohon ampunan Allah SWT, akan tetapi lebih dari itu taubat merupakan ibadah mulia yang diperintahkan oleh Allah SWT. Sebagaimana dalam alquran Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya"(Q.S At-Tahrim: 8)]
Setelah mendapat pesan seperti itu Sofil mengurungkan niatnya dan kembali pulang ke Pesantren.
Bersambung