Jangjun yang kesal melihat wajah anaknya yang aneh karena senyum-senyum sendiri itu, langsung meremas wajah tampan Ryushin.
"Jangan berlebihan seperti itu, Shin! Kalau Shin tiba-tiba kolaps kayak itu 'kan papa juga yang repot. Lebih baik mencegah sebelum kamu tepar sungguhan 'kan, Shin?! Keuangan kita belum stabil akhir-akhir ini," gumam Jangjun.
"Sumpah, Pa! Jadi, selama ini papa menganggap Ryushin beban, begitu?" kesal Ryushin.
"Dih ... kok jadi Shin yang marah-marah lagi sih? Seharusnya 'kan papa yang marah karena Ryushin sering main rahasia-rahasiaan sama papanya sendiri!" sungut Jangjun, kesal.
Ryushin mengernyit. Meski ada sedikit rasa kecewa di hatinya, ia sudah terbiasa lama-lama.
"Lalu, jika papa tidak ingin melihat Ryushin tepar lagi, kenapa menyuruh Ryushin memijit seperti ini, Papa?" Ryushin melakukan serangan balasan. Lama-lama ia kesal juga diperlakukan seperti pembantu oleh papanya, seperti selama ini. Ini waktu yang tepat untuk Ryushin menuntut haknya.