Beberapa waktu kemudian ramalan ku menjadi kenyataan. Ketika Dina terkena tendangan bola tidak sengaja oleh Reza teman sekelas kami juga hingga pingsan. Tanpa diduga seperti sinetron, tubuh Reza yang memang bongsor langsung memangku tubuh Dina dan membawanya menuju ke ruang UKS di saksikah aku dan Rena yang terbengong.
Pada akhirnya kami mengikutinya, dan kebetulan ada petugasmya, sebenarnya Reza orangnya panikan bila terjadi sesuatu karena ulahnya sendiri yang merasa bersalah.
"Bu, apa dia engga apa-apa ?" tanyanya khawatir. Bu Nani hanya tersenyum. Tak lama Dina pun tersadar.
"Ini ada dima ..." matanya melotot ketika Reza memeluknya erat.
"Syukurlah elo engga apa-apa !" ucapnya.
"Tunggu, lo kenapa peluk-peluk gue hah !" Dina mukanya langsung memerah.
"Gue hanya khawatir, karena gue lo jadi begini !" Reza pun menceritakan apa yang terjadi secara jujur.
"Ya, tapi lo engga peluk-peluk juga kali! emang gue pacar lo ?" ujarnya malu karena ada dua temannya dan juga ibu uks.
"Eh iya maaf, soalnya lo juga pernah begini !" ucapnya membuat Dina tertegun teringat waktu MOS dan yang menolongnya tak lain Reza.
"Sudah-sudah, Za ! kamu hanya panik aja karena Dina pingsan !" jawab bu Nani.
"Iya bu, soalnya dia begini karena dia punya penyakit ... !" Reza terdiam, Dina tertunduk.
"Ibu mengerti, makanya Dina enggak boleh stress atau cape! iya kan ?" Bu Nina melirik ke arah Dina. Aku dan Rena tertegun, tak menyangka Dina punya penyakit seperti itu.
"Terima kasih bu !" Dina bangun, turun dari tempat tidur. Entah masih pusing atau tidak, maka tubuhnya sedikit oleng, dengan sigap Reza menolongnya.
"Gue engga apa-apa ko !" Dina menolak tapi Reza tetap pada pendiriannya, membuatnya pasrah.
Kami pun keluar dari UKS dan Reza tefap di samping Dina tetap menjaganya dengan baik.
"Sorry !" ujar Dina sambil menatapku dan Rena. Ketika dia kembali ke kelas, menolak ketika di suruh pulang.
"Udah, kita tahu kok !" jawab Rena.
"Terima kasih, lo engga usah gini! gue udah baikan kok !" ujar Dina malu, karena Reza masih di sampingnya.
"Eh iya, maaf !" Reza pun melepaskan pegangannya. Dan pamitan pulang.
---------------
Sejak itu keduanya menjadi dekat, aku senang dan bahagia. Begitu pula dengan Dodi, dia kadang mengantarku pulang. Suatu ketika Dina berulang tahun aku tidak tahu kado apa yang harus di berikan kepadanya. Kini aku dan Dodi sedang berada di Mall, kok bisa ? ternyata karena kedekatan dia dengan kedua temannya yaitu Robi dan Wahyu bersama kita jadi dekat dan tahu.
Ketika pulang bareng kemarin, dia mengajakku untuk membeli kado bersama saja. Aku tak menolak apalagi ketika dia menjemput kerumah, kedua orang tua ku sudah mengenalnya juga, tentu saja karena kedekatan kami berdua ketika masih kecil waktu dulu.
"Gue bingung mau memberikan apa kado buat Dina !" kataku sambil melihat dan memperhatikan deretan boneka lucu dan berbagai bentuk.
"Terserahlah, lo kan udah lama berteman jadi tahu kesukaan dia apa !" jawab Dodi.
"Kalau menurut lo ?" aku menatap Dodi, dia hanya mengangkat bahu.
"Kalau dia suka boneka? ya beli aja !" jawabnya.
"Engga ah, paling udah sama pacarnya !' kataku memnyentuh beruang teddy bear berwarna putih.
"Sejak kapan Dina punya pacar ?" Dodi tertegun.
"Masa lo engga tahu ?" tanyaku. Dia hanya menggeleng, tapi aku sadar karena Dodi waktu itu sedang bertanding basket dengan dua temannya dengan anak kelas lain jadi tidak tahu apapun.
"Reza !" jawabku.
"Oh, dia ya? pantes !" ucapnya tersenyum.
"Lo tahu Reza ?" tanyaku heran.
"Iya, dulu ketika MOS kan satu kelompok sama dia! jadi gue tahu kedekatan pertamanya !" jawabnya, aku mengangguk iya juga sih! dulu kita beda kelompok!
"Jadi engga jadi nih ?" tanyanya, aku menggeleng. Dia menghela nafas. Aku hanya tersenyum 2 jam kita berkeliling di toko mainan serba ada ini tanpa hasil.
"Lo laper? ya udah kita cari makan !" Ajaknya, aku mengangguk.
Kami pun mengobrol kesana kemari, sambil makan. Dodi menanyakan tentang kepergianku ke Inggris, memang tak terasa beberapa bulan lagi kami akan menghadapi ujian akhir.
"lo akan pulang ke Indonesia kan ?" tanyanya.
"Gue belum tahu, tapi mungkin saja !" jawabku, dia terdiam.
Setelah selesai makan, Dodi mengajak sekali lagi keliling Mall mana tahu ada kado khusus buat Dina ketemu, aku sih setuju saja. Dan benar saja aku pun menemukan kado yang cocok buat Dina.
"Lo yakin ini kado buat dia ?" tanyanya, aku mengangguk. Begitupun dengan Dodi yang akhirnya menemukan kado buat Dina juga.
--------------------
Ulang tahun Dina di adakan sebuah restoran yang di pesan khusus untuk acara ulang tahunnya, ia sangat cantik dengan gaunnya yang berwarna pink. Ada Reza di sebelahnya tampak menemani, sedang aku, Rana dan juga Dodi. Sementara Wahyu dan Robi agak terlambat datang.
Seperti biasa, Dodi yang menjemputku untuk pergi bersama ke pesta ulang tahun Dina. Dia memuji aku cantik, setelah itu menjemput Rena yang ingin juga ikut. Begitulah ulang tahun Dina sangat meriah, mendapat banyak kado dari teman-teman sekelas yang di undang.
"Selamat ulang tahun ya !" ucapku, Dina mengangguk dan memelukku. Begitu pun Rena serta yang lainnya sama mengucapkan selamat ulang tahun. Pesta berlangsung meriah pada akhirnya usai.
Keesokan harinya kami bertemu kembali dan mengobrol kesana kemari, sambil mengemil makanan yang kubuat sendiri.
"Na, terima kasih ya kadonya !" ucapnya bahagia. Aku mengangguk.
"Iya, Din! gue bingung cari apa kado buat lo !" jawabku, sementara ia kemudian memperhatikan sebuah cincin perak berbentuk hati pemberianku.
"Aduh, cantiknya! jadi iri !" ujar Rena sambil tersenyum.
"Sudah, sebentar lagi kan giliran lo Ren !" jawab Dina. Aku mengangguk. Bisa disebut ulang tahun kami berurutan dari Dina, Rena dan yang terakhir nanti baru aku.
"Din, dari Reza apa ?" bisikku kepada Dina.
"Palingan boneka, iya kan? gue juga tadinya pengen itu! tapi lo kan sekarang punya pacar jadi engga jadi deh !" Rena tertawa. Muka Dina memerah.
"Bukan boneka malah di kasih coklat segede gaban dua biji! emang valentine ?" ucap Dina manyun, kami berdua tertawa dan Dina mengambil dua buah coklat besar dari tasnya.
"Ayo kita makan saja !" ajak Dina.
"Engga, apa-apa nih ?" kataku.
"Mana sanggup gue makan sendiri! katanya ini dari saudara sepupunya yang tinggal di Jepang! eh bukan, hanya itu aja deh !" dan Dina memperlihatkan sebuah gatungan tas berbetuk kartun lucu sekali.
"Aduh lutunya !" ucap Rena seperti anak kecil.
"Iya benar? gue jadi pengen juga !" jawabku.
"Eits, yang ini jangan ya? limited editions !" Dina sok Inggris.
"Palingan di Jepang juga banyak !" sela Rena.
"Ya, karena itu Ren! belum ongkosnya kalau ke sana mahal ya kan !" Dina tersenyum.
"Iya, gue ngerti !" aku dan Rena menjawab sambil tersenyum. Indahnya persahabatan kami, semoga saja terus sampai nanti ...
Bersambung ....