Télécharger l’application
1.49% ANA AND SECRET BOOK ! / Chapter 5: Bagian ke Lima

Chapitre 5: Bagian ke Lima

KEJUTAN, LIBURAN DAN RENCANA PERGI KE INGGRIS.

Hari ujian akhir pun dimulai, aku dan teman-teman berusaha dengan sebaik-baiknya dalam mengerjakan semuanya. Syukurlah semua dapat kami lalui dengan baik. Sekolahku memang ada SMU nya jadi bila nanti lulus SMP tak perlu susah payah mencari sekolah baru lagi dan pasti aku serta kedua sahabatku selalu bersama. Tetapi sayang ....

"Ana, papa dan mama punya kabar baik untukmu ?" ucap Papa suatu hari, aku tertegun dan menatap mereka berdua.

"Ada apa pah, mah ? tunggu ... aku bakalan punya adik ?" tanyaku menebak, mereka berdua tertawa.

"Kamu emang pengen punya adik ?" tanya mamaku.

"Iya ma, Ana kesepian !" jawabku, mama pindah duduk dan merangkul serta mencium keningku.

"Mama mengerti perasaanmu sayang ! tapi bukan itu !" ucap mama sambil melirik ke arah papa.

"Habis apa dong ?" tanyaku penasaran.

"Papa ... akan dipindahkan ke luar negeri !" ujar papa memberitahu berita yang sangat mengejutkan itu.

"Kapan pa, pindahnya ? sekarang ?" tanyaku penasaran.

"Engga sayang, tahun depan ! karena ... kita akan lama disana !" jawab mama membantu papa.

"Sampai kapan ?" tanyaku lagi. Mama menatap papa.

"Ana, begini ... kamu tahu kan Oma sudah meninggal ? ternyata oma sudah mewariskan sebuah rumah di Inggris buat kita tempati !" jawab mama.

"Loh bukannya oma orang Belanda ?" tanyaku tak mengerti.

"Betul sayang, ternyata keluarga oma itu kaya raya mempunyai rumah dimana-mana termasuk Belanda dan Inggris ! nah katanya yang di Inggris itu punya oma langsung dan diberikan kepada mama ! sementara yang lain di berikan warisan kepada yang lain dan disini, termasuk perkebunan teh kita !" jelas mama.

"Dan kebetulan papa dipindahkannya ke Inggris ! jadi tak perlu lagi mencari rumah disana !" jawab papa menjelaskan.

"Kenapa tahun depan ?" tanyaku lagi, mama tersenyum.

"Karena kita perlu persiapan sayang ! kan kita akan tinggal lama disana !" jawab mama. "Mama tahu, kamu pasti berat meninggalkan oma dan teman-temanmu kan ?" mama seperti menebak isi hatiku.

"Tahun depan kamu lulus SMP dan itu tidaklah aneh bukan ? papa yakin suatu saat kamu punya teman baru dan bisa berlibur ke Indonesia kapan pun kamu mau !" papa menambahkan, aku hanya mengangguk pelan.

Aku sedih harus berpisah dengan teman-temanku, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa tentang hal itu.

"Hai, ko bengong !" Rena dan Dina mengejutkanku.

"Ah, engga apa-apa kok !" sahutku menutupi kesedihanku.

"Ayolah Ana, kamu kalau ada apa-apa bilang dong ! kita kan sahabat !" ujar Dina sambil merangkul pundak.

"Iya, susah, sedih dan gembira ditanggung bersama !" tambah Rena, aku pun tak bisa menyembunyikan rahasia, dan keduanya terkejut.

"Kapan lo akan pindah ?" tanya Rena.

"Tahun depan ..." jawabku pelan.

"Tahun depan, astaga Na ! gue pikir elo pergi besok !" Dina terkejut.

"Jadi tahun depan ?" Rena menambahkan tak percaya, aku mengangguk.

"Saat lulus SMP dong !" Dina lagi.

"Iya, gue sedih karena berpisah dengan kalian !" ungkapku kepada mereka berdua.

"Iya, sih ! tapi kita dan elo juga Na tak bisa berbuat apa-apa kan ? itu tugas bokap lo dan lo berdua sama nyokap harus ikut ! sedih sih !" jawab Dina.

"Iya gue juga, tapi masih ada setahun lagi kan ? itu sudah cukup kok !" ujar Rena.

"Iya, terima kasih ! kalian berdua adalah sahabat gue paling dekat dan mengerti semuanya !" kami pun berpelukan.

---------------

Pembagian rapot pun dimulai aku berhasil menaikan peringkatku walau masih jauh dari rengking satu, dua atau tiga. Tapi yang jelas lebih baik dari kemarin dan tidak mengecewakan, begitupun kedua temanku sama saja. Dan yang ku dengar Wahyu mempertahankan gelarnya kali ini. Sementara Dodi dan Robi juga sama dengan kita.

Liburan kali ini aku dan kedua orang tuaku akan berziarah ke makam oma, baru kali ini aku kesana sejak dia meninggal. Tak lama kami tiba di rumah oma yang cukup besar dan luas terletak di pegunungan tak jauh dari perkebunan teh sedangkan karet sudah tidak ada lagi, sekarang berganti dengan perkebunan cengkeh dan palawija lainnya

Menurut mamah rumah oma kini dipegang pamanku, sedang perkebunan di bagi-bagi dengan yang lain tapi tetap maksudnya dalam kepemilikan modal karena ada perusahaan pembuatan teh disana, sejak perkebunan ini didirikan oleh kedua orang tua oma.

Rumah oma bergaya arsitektur khas Belanda, menjadikannya yang terbesar di jamannya. Sekarang sih sudah berubah, banyak rumah yang lebih bagus dan besar. Tapi semua mengenal siapa oma dan kedua orang tuanya, walau seorang bangsa Belanda tapi dia baik dan dihormati oleh penduduk sekitar. Ketika oma meninggal menurut mama banyak yang mengantarnya ke pemakaman keluarga.

Konon ada patung opa buyutku di perkebunan teh, sebagai tanda penghormatan. Aku lupa karena sudah jarang ke perkebunan teh. Mungkin kali ini aku akan ke sana. Kami di sambut Bi Isah pembantu setia dirumah oma konon dia generasi ke 3 sejak pertama opa buyutku tinggal disini.

Menurut Bi Isah om Thomas lagi keluar kota mungkin beberapa hari pulangnya, aku suka sebel sama saudara sepupuku dari putra om karena dia seumuran denganku namanya Kevin. walau bule tapi kadarnya 60 % masih kalah bule denganku tapi bandelnya minta ampun mirip ... Dodi ? engga juga sih ...

Dia anak bungsu agak dimanja, sementara di atasnya ada dua kakaknya cowok sama cewek, setelah istirahat sebentar aku dan kedua orang tuaku berziarah ke makam keluarga di kompleks perkebunan teh. Jaraknya sekitar satu jam dari rumah oma, karena sangat luas, harus melewati pintu gerbang perkebunan.

Komplek pemakaman keluarga di perkebunan ini khas Belanda ada patung angelnya dihiasi marmer putih dan gazebo di tengahnya. Ada 15 makam dari opa, oma buyut, tante dan kakak dan adek oma termasuk kakek dan oma aku sendiri. Ada batu granit yang tertulis nama-nama semuanya. Oh iya termasuk anak-anak oma yang sudah meninggal.

Rupanya makam oma bersebelahan dengan suaminya yaitu kakekku. Sekarang makamnya sudah bagus, kami berdoa disana aku melihat ada rangkaian bunga yang layu di samping bunga rose merah yang baru dari aku, aku menggerakan tanganku dan bunga layu dan kering kembali segar. Papa dan mama tidak memperhatikan itu.

"Kita ke perkebunan dan pabrik teh yuk !" ajak papa kepadaku, aku mengangguk senang sekali rasanya bisa kesana.

Pemandangannya sungguh luar biasa indah, hamparan kebun teh indah nian. Kami sempat berhenti dan foto-foto di sana. Aku kirimkan ke dua temanku Rena dan Dina mereka sangat senang sekali dan iri pengen ke sini.

Akhirnya tibalah kami di pabrik teh yang terbesar di daerah ini. Kami di sambut oleh pegawai pabrik dan di ajak berkeliling melihat pembuatan teh, ada yang sudah di ekspor ke luar negeri karena tehnya berkualitas nomer satu. Dan benar saja ada patung dari opa buyutku yang datang kemari dari tahun 1900 dan tahun 1920 baru dibangun pabrik teh berdiri, di tengah perkebunan teh, dan patung itu letaknya di depan pabrik.

Ada juga villa tempat beristirahat bergaya arsitek klasik jaman dahulu, seperti di rumah oma. Sempat istirahat disana, ada kolam renangnya juga loh ! pengen berenang, tapi tidak bawa baju renang. Setelah itu kami pulang dan beristirahat.

Bersambung ...


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C5
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous