Télécharger l’application
0.59% ANA AND SECRET BOOK ! / Chapter 2: Bagian Ke Dua

Chapitre 2: Bagian Ke Dua

"Tidak mungkin, itu hanya cerita dongeng saja !" ucapku kepada diri sendiri, kulanjutkan membaca surat dari omaku.

"Oma tahu, kamu pasti tak akan percaya bukan ? oma mengerti tapi itu nyata, sama seperti dulu oma baru mengetahuinya ... maafkan oma, Ana ! oma tidak bisa mengajarimu ilmu sihir ini karena oma terlalu lama mencari penerus buku ini dari anak-anak oma sampai akhirnya kamu lah yang terpilih ... Tapi oma yakin dengan tangan spesialmu itu kamu dapat mempelajarinya sendiri, oma yakin itu ! Oma meyerahkan sepenuhnya kepadamu, bila ingin mempelajarinya silahkan, tidak pun enggak apa-apa karena oma tahu dan mengerti ! ... tapi oma mohon tolong simpan baik-baik buku ini jangan sampai di jual atau apapun itu ya ! hanya itu yang oma ingin sampaikan ... kalau kamu mempelajarinya, gunakan yang terbaik untuk kebaikan bukan kejahatan dan berhati-hatilah... Oma minta maaf dan sayang kepadamu selalu ! " itulah surat dari oma buatku, air mataku menetes, aku merindukan oma.

Perlahan ku buka halaman berwarna kuning coklat itu, aku hanya ingin melihat saja karena tahu tulisannya tak bisa ku baca. Tapi ... betapa terkejutnya aku, karena tulisan itu kini sudah berubah menjadi bahasa Indonesia ! loh kok bisa ? aku melihat sampul buku itu lagi dan ternyata sama kini bisa terbaca ! dengan judul tulisan 'PELAJARAN PERTAMA !' aku terdiam dan melihat telapak tanganku sendiri, tak ada yang aneh.

Dan entah kenapa, aku pun kini asyik membaca buku itu. Rasanya seru ternyata itu adalah kisah sejarah penyihir dan ikmu penyihir itu sendiri, keturunan mereka bisa terlacak dengan sendirinya, Aku pun baru tahu ilmu sihir itu banyak jenisnya dan menyebar ke seluruh dunia, mungkin ilmu sihir barat dengan di Indonesia berbeda jauh sekali. Ilmu santet dan ikmu pelet pasti sama dengan yang di barat tapi yang lainnya berbeda tapi itu katagori sihir jahat bukan baik.

"Ana !" terdengar mama memanggilku.

"Ya, ma !" jawabku.

"Ayo,makan siang dulu !" teriaknya, aku tertegun ternyata sudah siang saja.

"Iya, sebentar ! Ana kebawah kok !" jawabku, aku pun turun dari tempat tidur dan kemudian membereskan buku pemberian oma di antara buku komik dan pelajaranku, kotaknya aku simpan di lemari setelah itu turun ke bawah.

"Asyik sekali kamu, emang buku apa sih ?" tanya mama heran.

"Buku cerita ma ! oma kan suka mendongeng !" jawabku berbohong.

"Oh !" mama hanya tersenyum.

"Buku apaan sih ?" tanya papaku heran, mamaku menjelaskan sesuatu tentang warisan buku dari oma dan dia mengangguk.

"Hmm ... sepertinya, aku juga harus menyembunyikan ini dari teman-temanku !" ujarku dalam hati. Setelah selesai makan siang aku kembali ke kamarku dan mulai membaca buku warisan nenek sampai aku tertidur.

"Ana ayo bangun, sudah sore !" aku mengucek mataku.

"Iya ma !" jawabku, mama pun keluar kamar dan aku baru menyadari dimana buku yang ku baca tadi dan aku melihat sudah berada di lemari buku, aku merasa lega dan menuju kamar mandi. Setelah itu turun ke bawah untuk makan malam.

"Terima kasih ya ma !" ucapku kepada mama sambil mencium pipinya.

"Terima kasih apa, sayang ?" tanya mama heran.

"Anu ... tentang buku !" kataku agak ragu.

"Oh, itu kan dari oma kamu ! nanti liburan kita ziarah ya ?" ucapnya aku hanya mengangguk, setelah itu kami makan malam.

---------------

"Na, tugas pak Joko sudah selesai ?" tanya Dina temanku, aku mengangguk.

"Udah, emang kenapa ?" tanyaku.

"Engga, kan nanti setelah istirahat pelajarannya dia !" jawabnya.

"Iya juga ya !" Rena menimpali.

"Kalian udah juga kan ?" tanyaku.

"Udah dong, lo tahu sendiri pak Joko itu seperti apa !" kami hanya mengangguk dan mengerti pak Joko guru paling galak di sekolah.

"Ya udah yuk kita ke kelas !" ajak Dina, aku dan Rena mengangguk tapi baru beberapa langkah, ada seseorang menubrukku ...

"Aduh !" aku menjerit dan "Prang !" sebuah mangkok bakso jatuh.

"Dodi ... !" teriak kedua temanku sambil melotot ke arah seorang lelaki di hadapanku. Aku hanya melihat seragamku yang basah karena ketumpahan bakso.

"Sorry engga sengaja !" ucapnya dengan tampang polosnya.

"Udah deh, lo sengaja kan ?" bentak Rena.

"Dih, sengaja gimana ?" jawabnya.

"Tahu engga, lelucon lo engga lucu tahu !" kali ini Dina yang marah, semua mata para murid di kantin menatap kami.

"Maaf gue mau ke toilet dulu !" ucapku dan pergi sementara kedua temanku masih berdebat dengan Dodi.

Sesampainya di toilet aku berpapasan dengan para kakak kelas mereka menatapku dan berlalu sambil tertawa cekikikan. Aku tak perduli dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tumpahan bakso di seragamku.

"Aduh, gimana ini ! jadi basah baju gue !" ujarku kebingungan sambil menatap serangam putihku yang basah. Tanpa sadar ku usap seragam basahku dan Ajaib ! seragam basahku menjadi kering tanpa ada sedikt noda pun ! aku tertegun dan menatap telapak tanganku.

"Apa sihirnya sudah mulai bekerja ?" tanyaku heran, padahal tanpa mengucap mantra apapun.

"Sepertinya memang begitu !" aku menarik nafas dan keluar dari kamar mandi setelah itu mencuci tangan dan keluar dari toilet.

"Na, lo engga apa-apa kan ?" tanya Rena dan Dina yang menunggu di luar.

"Kok, baju seragam lo udah kering ?" tanya Dina.

"Iya ...anu tadi gue pake pengering di dakam ! soalnya engga terlalu besar kok kenanya !" jawabku, kedua temanku menatapku.

"Udah, ah yuk kita ke ke kelas ! pak Joko loh !" ajakku, akhirnya mereka pun ikut denganku dan bertepatan dengan bel berbunyi.

Selama pelajaran, aku tahu Dodi selalu menatapku. Mungkin dia bingung atau menyesal tak ku mengerti. Karena melihatku baik-baik saja setelah insiden tadi. Aku tahu kok sebenarnya Dodi tuh anak baik, sejak mos dulu dia seperti itu tapi lama kelamaan dia berubah.

"Eh Na, jadi kita ke mall ?" tanya Rena sambil membereskan buku, dia memang teman sebangku, Sedang Dina duduk di belakang kami.

"Iya, Na katanya ada discount loh !" tambah Dina.

"Tapi kita hanya melihat tanpa membeli kan ?" jawabku, mereka tertawa. Aku memgangguk.

"Na, gue minta maaf atas kejadian tadi !" tiba-tiba Diodi berdiri di sampingku.

"Tumben lo manggil Ana biasanya bule !" sindir Rena.

"Engga apa-apa kok ! gue juga mungkin salah !" jawabku, Dodi menatapku mukanya memerah dan langsung pergi.

"Kenapa, tuh anak ?" tanya Dina heran, tapi kami tidak perduli dan pergi tapi kami ke toilet dulu untuk berganti baju karena anak sekolah tak boleh masuk mall walau itu jam selesai sekolah pun.

Dina dan Rena ikut mobil aku untuk pergi ke mall, nanti pulangnya di antar. Sebenarnya kami ke sana hanya mau ke toko buku dan lainnya hanya melihat-lihat saja. Kami pun tiba di tempat tujuan, sebelum ke toko buku, kami berjalan-jalan dahulu sambil melihat barang yang sedang discount. Memang tidak membeli sih, karena belum mempunyai uang, mungkin harus merayu ortu masing-masing. Akhirnya ke toko buku, kami menuju tempat komik.

"Eh lihat deh, yang ini seru ceritanya tentang penyihir loh !" Rena memperlihatkan sebuah buku komik kepadaku dan Dina. Aku sempat tertegun, entah kenapa setiap kata penyihir tubuh ku seperti menegang.

"Iya juga sih ! tapi gue bosan ! pasti niru Herry potter ya kan ?" jawab Dina.

"Beda lah, cerita penyihir beda-beda kali ! tapi asyik juga kali ya bisa sihir ! Abrakadabra ... gue pengen punya banyak uang !" ujar Rena menghalu.

"Itu sih artinya lo mata duitan ! kalau mau duit lo kerja !" ejek Dina.

"Iya sih ! he ... he ..!" jawab Rena, aku hanya tersenyum dan terdiam. Ada benarnya sih ! sebenarnya tujuan menjadi penyihir di masa sekarang itu apa ya ? kalau aku bisa seperti itu, nanti disangka pesulap ...

Bersambung ....


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C2
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous