Pintu ruang kerja ayah Cindy terbuka. Wajah sang ayah sama sekali tidak bersahabat saat masuk di sana. Cindy menjadi sedikit gugup. Sudah pasti telah terjadi sesuatu antara ayah dan juga ibunya. Cindy memilih diam dulu menunggu mood ayahnya kembali menjadi baik. Langsung menanyakan permasalahannya, hanya akan membawanya pada keadaan yang tidak baik.
Ia menatap wajah ayah yang kembali menegang. Ayah Cindy lali menyelesaikan beberapa berkas di sana. Beberapa hari saja dirumah sakit, sudah membuat tumpukan pekerjaan. Bukan tak mempercayai sekretaris pribadinya untuk menyelesaikan ini, hanya saja, ia pernha berpesan agar tidak mencari pengganti sementara. Ada hal yang ia takutkan tentang perusahaan.
"A-ayah baik-baik saja?" Cindy akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"Sepertinya tidak. Bagaimana menurutmu? Ayah sama sekali tak bisa menyangka bila Ibumu berpikir dangkal seperti itu. kalau ia tak segera mengakuinya, Ayah akan jauh lebih murka."