Isabel membaca pesan dari Kania. Dia langsung saling tatap dengan Azam.
"Mas, ternyata rumah Kania sudah pindah. Mana rumahnya sulit dilalui oleh mobil. Bagaimana ini, Mas? Sepeda motor yang ada di rumah kan sudah dijual sama ayah. Terus kita harus naik apa ke sana? Masa iya jalan kaki?" ucap Isabel.
"Iya, Sayang. Gimana dong, ya? Mas juga bingung," bingung Azam.
"Apa gapapa, Mas, kita jalan kaki? Lagian ini juga demi, Anin," tutur Isabel.
"Apa kamu gapapa kalau harus berjalan kaki bersama dengan, Mas?" tanya Azam.
"Gapapa kok, Mas. Lagian dulu juga kita kan sering jalan kaki," ujar Isabel.
"Iya, Sayang. Kamu benar. Ya sudah, sekarang kamu minta alamat rumahnya Kania saja," titah Azam.
"Ok, Mas," sahut Isabel. Isabel pun kembali mengetikan beberapa kata untuk pesan yang akan ia kirim kepada kania.
"Baik, Kania. Aku dan Mas Azam akan ke rumahmu. Kamu tolong kirim alamat rumahmu," isi pesan Isabel.