Aku membenci banyak hal yang kau lakukan. Contohnya, pergi sendirian. Tapi bagaimanapun, aku tetap tidak dapat membencimu. Rasa sakit yang kau hadirkan, entah bagaimana malah kuresapi dalam-dalam. Kemudian aku terjatuh di kegelapan malam. Hitam pekat kelabu ditelan kesunyian. Sepi sendiri, menantimu di ujung jalan sini. Seketika aku menyadari; yang lewat bukan sosokmu. Yang menghampiriku cuma angin lalu, itupun tanpa membawa aroma tubuh sebagai pertanda kehadiranmu. Daun gugur tanpa pesan apapun. Kereta bergerak tanpa suara, seolah melayang di udara. Sangat menyebalkan. Semuanya terasa menyakitkan. Kau adalah sumber permasalahan. Kau sendiri juga adalah obatnya. Sial! Mengapa aku terjebak dalam kegelisahanku sendiri?
Kau mawar dalam penglihatan; menawan. Kau mawar dalam lukisan; indah. Tapi kau mawar dalam genggaman; melukai. Kau juga mawar di taman; dipetik lalu mati…