Télécharger l’application
5.5% REINCARNATION / Chapter 18: YANG TIDAK TERMAAFKAN

Chapitre 18: YANG TIDAK TERMAAFKAN

_200 tahun lalu_

Kang Dae Jung mondar mandir di halaman rumahnya dengan perasaan gelisah. Di dalam sana istrinya tengah berjuang untuk melahirkan anak pertama mereka. Kang Dae Jung bukanlah orang kaya. Ia hanya mampu membayar seorang dukun beranak untuk membantu persalinan sang istri. Sementara bayaran untuk seorang tabib tentu sangat mahal. Hanya para bangsawan yang bisa memanggil para tabib jika mereka sakit. Sebenarnya ada seorang tabib wanita yang biasa menolong persalinan. Namun, tabib wanita itu sangat sombong. Dia tidak pernah mau membantu orang-orang miskin. Dia hanya mau membantu bangsawan dan saudagar kaya.

Tak lama kemudian dukun wanita yang bernama Aerum keluar dengan wajah lesu. Kang Dae Jung langsung menghampiri wanita separuh baya itu.

"Bagaimana istri dan anakku? Me- mereka baik- baik saja kan?" tanya Dae Jung. Aerum menggeleng perlahan. "Anakmu lahir dengan selamat. Namun, Kim Hye Yun istrimu pendarahan dan tidak dapat di selamatkan. Maafkan aku," jawab Aerum lirih.

Kang Dae Jung berlari ke kamarnya. Dan ia mendapati sang istri telah terbujur kaku. Sementara di sampingnya bayi mereka nampak menangis. Perlahan, Dae Jung menghampiri tubuh sang istri. Dikecupnya dahi sang istri. Kemudian, di gendongnya bayi mereka sambil menangis pilu. Namamu Kang Xiang Le. Semoga kelak kau akan secantik dewi bulan. Dan, nasibmu tidak akan seperti ayah dan ibumu," ujar Dae Jung pilu.

Dengan di bantu oleh tetangga dekatnya, Dae Jung pun memakamkan Kim Hye Yun. Seorang tetangga Dae Jung yang kebetulan sedang menyusui dengan sukarela menjadi ibu susu untuk Kang Xiang Lee. Hal itu membuat Dae Jung merasa bersyukur.

Pagi itu, seperti biasa Dae Jung bekerja di pasar sebagai kuli angkut barang. Memang hanya itu pekerjaan yang bisa ia lakukan. Ia tidak pernah belajar menulis dan

membaca seperti para anak- anak cendikiawan dan bangsawan. Pada masa itu, hanya anak- anak yang berasal dari keluarga yang kaya raya yang bisa bersekolah. Hanya anak- anak raja, bangsawan, saudagar kaya dan pedagang. Itu pun di atur berdasarkan golongan-golongannya. Anak pedagang hanya akan bergaul dengan anak pedagang lainnya. Anak saudagar dengan anak saudagar. Anak bangsawan dan anak para pembesar kerajaan tentu saja dengan bangsawan yang lainnya. Maka, yang kaya akan tetap kaya dan yang miskin akan terus miskin.

Namun, saat tengah memanggul sekarung beras, seorang preman pasar dengan sengaja menabrak Dae Jung. Tentu saja beras yang di bawa Dae Jung jatuh, dan malangnya, karung beras itu sobek, sehingga beras itu tumpah. Hal ini membuat saudagar Wok Jien marah besar. Ia langsung menyabetkan pecut kudanya ke tubuh Dae Jung.

"Apakah kau tidak bisa bekerja?! Gajimu sebulan pun tidak akan bisa untuk membeli sekarung beras ini. Kurang ajar!" hardik Wok Jien.

"Ampun, tuanku. Saya tidak sengaja, itu karena Zhou tadi menabrak saya," sahut Dae Jung membela diri.

"Pergi sekarang kau dari hadapanku. Dan, upahmu bulan ini tidak akan aku berikan. Anggap saja itu sebagai ganti rugi, dan kau tidak boleh lagi bekerja di pasar ini! Pergi sekarang juga, pergii!!"

Dae Jung langsung memohon di bawah kaki Wok Jien, namun Wok Jien langsung menendangnya dengan keras. "Kubilang pergi, maka pergilah! Atau kau mau aku menyuruh tukang pukul untuk menyiksamu?!"

Wok Jien langsung melangkah masuk ke dalam tokonya. Sementara Dae Jung hanya mampu menangis pilu. Ia pun bangkit dan berjalan meninggalkan pasar dengan hati yang gundah.

Bagaimana aku akan melanjutkan kehidupan kami, batin Dae Jung pilu. Ia teringat anaknya yang baru di lahirkan beberapa hari. Bahkan, makam istrinya pun masih merah. Dae Jung benar-benar putus asa. Ia berjalan tak tentu arah, dan ia pun memutuskan untuk beristirahat di ujung desa. Sambil menatap hamparan sawah yang hijau Dae Jung berpikir keras. Dan, entah setan apa yang merasuki pikirannya, Dae Jung pun berteriak sekuat tenaga, ia mengeluarkan segala emosinya. Untunglah tidak ada seorang pun yang melihat atau kebetulan lewat di situ.

Dengan penuh rasa emosi dan dendam, Dae Jung pulang ke rumahnya. Ia mengambil sebilah parang dan mengasahnya sampai tajam. Dengan emosi, Dae Jung berjalan setengah berlari kembali ke pasar. Dengan penuh kemarahan, ia lalu mengobrak abrik toko milik Wok Jien. Entah darimana datangnya kekuatan itu. Dae Jung dapat dengan mudah mengalahkan semua tukang pukul saudagar Wok Jien. Wok Jien yang nampak kaget panik melihat para tukang pukulnya sudah tewas di tangan Dae Jung.

Tanpa mempedulikan permohonan Wok Jien, Dae Jung pun menyabetkan parangnya. Setelah Wok Jien tewas, Dae Jung pun mengambil semua uang dan barang berharga dari laci penyimpanan uang milik Wok Jien dan segera pergi.

Dae Jung langsung menuju ke rumah Liu Wen tetangganya yang merawat putrinya."Ini untuk kalian, tolong rawatlah putriku seperti anak kalian sendiri. Jangan pernah mengatakan siapa orang tua kandungnya. Aku akan pergi jauh. Aku mohon, kalian jaga putriku baik-baik," pinta Dae Jung kepada Liu Wen dan istrinya. Ia menyerahkan banyak uang dan juga batangan emas kepada Liu Wen.

"Kalian pergilah jauh- jauh dari sini sekarang juga. Aku akan mengantarkan kalian. Tidak perlu membawa apapun. Uang itu aku rasa lebih dari cukup," ujar Dae Jung lagi.

"Tapi, ada apa ini sebenarnya saudaraku?" tanya Liu Wen.

"Sudahlah, lebih baik sekarang kita pergi."

Liu Wen dan Wang Zhaojun istrinya hanya menurut dan membawa Xia Ling putri mereka sambil menggendong Kang Xiang Lee. Mereka pun meninggalkan desa mereka dan menuju ke desa tetangga. Setelah memastikan Liu Wen dan keluarganya aman, Kang Dae Jung pun pamit pergi.

"Sekali lagi, aku titip putriku pada kalian," ujarnya sebelum pergi. Tanpa ia sadar, dua orang malaikat maut sudah mengikuti langkahnya.

Kang Dae Jung berjalan tak tentu arah. Dia tau, bahwa sekarang ini dia pasti sedang di cari oleh para petugas karena telah membunuh orang. Dengan langkah kaki yang gontai di sertai penyesalan yang dalam Kang Dae Jung berhenti di sisi sebuah jurang dan tanpa berpikir panjang, ia pun melompat ke dalam jurang.

Dae Jung menatap tubuhnya yang sudah berada di dasar jurang dengan hati pilu. Ia menoleh ke kanan dan kirinya. Dua orang berpakaian hitam nampak sedang menatapnya tajam.

"Kang Dae Jung, kami adalah 111 dan 142. Kami malaikat maut yang bertugas untuk membawa jiwamu kepada raja neraka. Ini adalah kehidupan mu yang ke-7 dan, karena kau sudah melakukan dosa maka, kau akan masuk ke dalam kerak bumi. Ke dalam neraka lapis ke-7. Kau akan mengingat semua dosamu sejak kehidupan pertamamu sampai kehidupan terakhir. Dan, kau akan abadi di dalam sana."

Kang Dae Jung hanya mampu diam. Dan kemudian mengikuti kedua malaikat maut yang menjemputnya untuk menjalani hukuman yang abadi.


Chapitre 19: MENCARI KEADILAN

Kang Dae Jung menghela napas panjang. Selama hampir 200 tahun ia tersiksa dalam neraka lapis ke-7. Dimana, setiap roh di berikan tubuh yang baru, sehingga rohnya akan merasakan siksaan yang teramat berat. Namun,meskipun sudah merasakan kesakitan yang luar biasa mereka tidak akan mati karena memang mereka pada dasarnya hanyalah arwah. Roh yang sedang menjalani siksaan.

"Selama 7 kehidupan, aku selalu terlahir dalam keluarga yang hina dan miskin. Aku sudah berusaha untuk mencari nafkah yang halal. Namun, aku selalu di hadapkan pada ketidakadilan. Seringkali aku berdoa dan meminta pada para dewa dan dewi di kahyangan. Namun, sepertinya doaku hanya membentur dinding ruang hampa," ujar Dae Jung.

888, 222 dan 442 duduk diam sambil mendengar curahan hati Dae Jung. Meskipun mereka bisa melihat kilas balik kehidupan sesorang, namun mereka tidak dapat menyelami isi hati. Karena itu, mereka dengan sabar mendengarkan segala keluh kesah Dae Jung.

"200 tahun yang lalu, aku meminta kepada raja neraka. Aku bersedia untuk menerima hukumanku dengan ikhlas, hanya saja aku ingin tau bagaimana kehidupan putriku Kang Xiang Lee. Ternyata, dia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan dapat bekerja di istana Kaisar. Dan,mengasuh putra mahkota Kaisar yang bernama Lee. Setelah itu, aku tidak pernah menanyakan lagi bagaimana kehidupan anak cucu keturunanku lagi. Sampai raja neraka mengatakan kepada kami semua bahwa 30 di antara kami akan mendapatkan pengampunan dari raja langit dan menjalani kehidupan ke-8 sebagai kehidupan penuh berkat. Penghapus dosa dan kesempatan untuk kami mendapatkan balasan atas karma baik yang pernah kami lakukan di 7 kehidupan kami."

888 termenung, rupanya ada misi tersendiri dalam tugas yang harus ia jalani ini. "Bagaimana perasaanmu saat aku datang dan memilihmu?"

"Aku hanya bisa bersyukur. Artinya, aku bisa mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki segala kesalahanku di masa lalu."

"Kita akan menemui Dewi Keadilan kalau begitu. Karena hanya beliau yang bisa menyelamatkan dirimu. Dan, membuatmu bisa menjalani reinkarnasi. Jika tidak, kau akan di hukum dengan hukuman yang lebih berat lagi."

"Tapi, dimana kita akan mencari saksi bagi Dae Jung? Harus ada satu saksi yang dapat membela Dae Jung di hadapan dewi Zhengyi," ujar 222. Untuk beberapa saat, 888 nampak berpikir.

Apa yang 222 katakan benar. Tidak mungkin jika mereka berangkat tanpa menghadirkan saksi. "Ah, aku tau, Liu Wen. Dia adalah tetanggamu bukan? Dia pasti tau apa saja yang kau lakukan? Apa dulu kau sempat menceritakan kepadanya alasanmu menghabisi nyawa banyak orang?" tanya 888. Kang Dae Jung menganggukkan kepalanya.

"Ya, aku sempat bercerita kepadanya saat kami dalam perjalanan menuju desa tetangga," jawab Dae Jung.

888 menatap 222 dan 442. "Kalian berangkat duluan menuju istana dewi Zhengyi. Aku akan menemui dewa Jug Eun terlebih dahulu," kata 888.

"Buat apa kau menemui dewa kematian 888?"

"Aku harus bertanya kepadanya dimana Liu Wen sekarang. Reinkarnasi menjadi siapa dan dimana. Jika dia masih di kehidupan dunia dan menjadi manusia kita bisa meminjam jiwanya dalam mimpi. Jika dia berada di neraka atau di manapun aku akan mencarinya terlebih dahulu. Mintakan waktu pada dewi Zhengyi."

222 menghela napas panjang. "Tapi, ingatlah satu hal, dua jam di istana dewi Zhengyi sama dengan berada 2 pekan di alam yang lain," kata 442 mengingatkan. 888 hanya menjawab dengan anggukan.

222 dan 442 pun segera berangkat bersama Dae Jung menuju istana dewi Zhengyi. Istana dewi Zhengyi berada di antara perbatasan antara dunia dan kahyangan. Yaitu di lapisan langit pertama.

Istana dewi Zhegyi tampak indah dari kejauhan. Dengan langkah mantap, mereka bertiga pun melangkah mendekati istana. Tepat di gerbang istana, mereka di hadang oleh dua orang prajurit yang menampakkan wajah dingin.

"Siapa kalian? Dan mau apa kalian datang ke istana yang mulia dewi Zhengyi?!"hardik salah seorang dari mereka. 222 mendekat lalu membungkuk memberi hormat.

"Kami adalah malaikat maut 222 Daek Wo dan 442 Ye Jin. Kami membawa jiwa untuk menghadap dewi keadilan Zhengyi untuk mendapat keadilan," jawab 222.

"Lalu, di mana malaikat maut 888 Kim Young Joo?" tanya salah satu pengawal.

222 dan 442 saling berpandangan. Ah, dewi Zhengyi pasti sudah tau mereka akan datang.

"888 akan menyusul kemari, ia sedang dalam perjalanan untuk menemui dewa kematian Jug Eun," jawab 422. Kedua pengawal itu saling berpandangan. Namun, salah seorang dari mereka memberikan isyarat untuk segera masuk dan mengikuti langkahnya.

442 dan 222 segera mendampingi Dae Jung untuk masuk. Pengawal segera membawa mereka ke ruang singgasana dewi Zhengyi. Dewi Zhengyi adalah salah satu dewi yang berparas sangat cantik. Ia pandai memainkan alat musik kecapi. Selain itu, sang dewi sangat menyukai sastra dan puisi. Sehingga ia bahkan memiliki seorang sastrawan yang setiap hari harus menciptakan satu puisi untuk di bacakan di hadapannya.

Saat mereka memasuki ruangan, dewi Zhengyi tengah duduk mendengarkan puisi yang di bawakan oleh seorang sastrawan. Tidak ada satupun yang berani mengganggu keasyikan sang dewi. Namun, saat melihat kedatangan mereka, dewi Zhengyi memberi isyarat kepada sastrawan nya untuk berhenti membacakan puisinya.

"Kita lanjutkan nanti, aku kedatangan tamu," ujar dewi Zhengyi.

442 dan 222 pun lekas berlutut dan memberi hormat.

"Salam yang mulai dewi," ujar mereka serempak. Dewi Zhengyi tersenyum ramah menampakkan lesung pipinya yang menawan dan menambah kecantikannya.

"Seharusnya kalian berempat bukan? Kemana Kim Young Jo, Daek Wo?" tanyanya.

"Malaikat maut 888, Kim Young Jo akan segera menyusul. Dia sedang menemui dewa Jug Eun. Kim Young Jo meminta sedikit waktu kepada sang dewi," jawab 222. Dewi Zhengyi menyunggingkan senyumannya kembali.

Mata indahnya menatap Kang Dae Jung dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Kang Dae Jung, roh pertama yang di pilih oleh 888. Hmmm... baiklah, aku akan menunggu malaikat maut 888 datang. Namun, kau harus memainkan kecapi untukku, bagaimana, Dae Jung? Apa kau bersedia?"

442 dan 222 tersentak kaget. Mereka saling berpandangan, bagaimana mungkin Dae Jung bisa bermain kecapi. Namun, di luar dugaan, Kang Dae Jung mengangguk.

"Baik, yang mulia dewi. Tapi, hamba mohon maaf apabila permainan hamba tidak seindah permainan sang dewi," jawab Kang Dae Jung lirih. Dewi Zhengyi tersenyum manis, ia langsung memberi isyarat kepada kedua dayang- sayangnya untuk mengambilkan kecapi miliknya.

Tak lama kemudian, dayang dewi Zhengyi datang dengan membawa kecapi emas milik dewi Zhengyi. Dayang- dayang itu langsung meletakkan kecapi emas itu di hadapan Kang Dae Jung.

"Mainkanlah untukku sekarang," pinta dewi Zhengyi.

Kang Dae Jung menarik napas panjang, ia memejamkan mata sesaat. Lalu, tangannya mulai memetik kecapi. Dan, terdengarlah suara kecapi yang begitu indah menggema di seluruh penjuru ruangan. Kang Dae Jung memainkannya dengan penuh penghayatan dan perasaan. Membuat dewi Zhengyi tersenyum puas.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C18
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank 200+ Classement de puissance
    Stone 0 Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous

    tip Commentaire de paragraphe

    La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.

    De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.

    OK