Saat Jay mendekati Pendopo, apa yang dia lihat membuat matanya cerah dan berdecak kagum. Karena di depannya Pendopo ini memiliki aura yang mulia dan menenangkan.
Dengan Kayu-kayu yang besar dan kokoh sebagai pilarnya, yang menopang di setiap sudut dari bangunan.
Di setiap pilar tiang juga, ada ukiran-ukiran cantik yang dibuat sangat halus, seperti di cetak begitu saja di atasnya.
Melihat ke arah bawah, adalah lantai pendopo yang kini berwarna hijau seperti zamrud, tapi agak kusam atau redup.
Di tengah-tengah pendopo, terdapat lampu gantung yang cantik, terbuat dari kristal biru yang cerah, yang memancarkan cahaya yang tenang.
Di tengah dari Pendopo, Terdapat Kursi Tahta yang megah dan cantik, dengan seluruh tubuh terbuat dari batu permata hijau yang cerah.
Dengan lapisan emas sebagai ukiran, dan untaian perhiasan batu mulia sebagai pusatnya. Kursi tahta ini, memiliki dua panji bendera di kedua sisinya, dengan satu berwarna hijau dan satu berwarna merah.
Dan terdapat tulisan yang di sulam dari benang emas dan permata yang disisipkan di dalamnya, tetapi Jay tidak bisa membaca tulisan itu.
Saat Jay mulai menaiki tangga dari pendopo, baru ia sadar bahwa pendopo ini begitu luas, dan terasa mampu menampung ratusan atau bahkan ribuan orang.
Melihat penampakan ini Jay terdiam, karena dari luar meski luas, pendopo hanya mampu menampung paling banyak ratusan orang, tidak mungkin mencapai ribuan orang.
Tapi kenapa saat dia mulai memasuki pendopo, gambaran itu berubah dan kini di dalam pendopo dia sadar bahwa pendopo ini begitu besar dan luas.
Menduga sesuatu, ia hanya merenungkan di dalam hatinya. Karena ia masih belum mendapat petunjuk lebih jauh.
Saat dirinya berjalan perlahan mendekati kursi tahta, baru kembali ia sadar, atap di dalam pendopo ini tidak terlihat seperti normal. Tetapi atap di dalam pendopo adalah gambaran langit berbintang yang luas, seperti di malam hari.
Entah ini ilusi atau nyata, Jay harus mengangumi kekuatan yang mampu membuatnya, meski samar-samar ia merasa bahwa itu adalah langit berbintang yang nyata.
Berjalan ke arah lebih dekat dari Singgasana, kembali Jay harus takjub, dengan munculnya tirai-tirai emas yang secara tiba-tiba menutup fisinya.
Hingga beberapa saat tirai-tirai emas yang menutup fisisnya hilang, baru ia kembali melangkahkan kakinya ke depan menuju Singgasana.
Dan apa yang dia lihat adalah, seorang sedang duduk di atas Singgasana, dengan perawakan tampan dan berwibawa, sedang melihat dan mengawasinya untuk datang ke depannya.
Saat keraguan menghinggapi Jay, suara lembut dan berwibawa masuk ke telinganya, " Jangan takut cucuku, maju dan bertemulah dengan Maha Raja ini" suara itu terdengar di telinga Jay.
Tetapi saat dia melihat kembali ke orang yang duduk di singgasana, dia tidak melihat orang itu berbicara, saat dia kembali ragu, suara itu kembali terdengar.
" Ayoooo....kenapa kamu masih bingung, maju ke depan" kembali pria mulia itu berbicara kepada Jay, tanpa mengucapkan satu kata dibibirnya. Yang terlihat hanya senyum yang menentramkan dari pria mulia itu.
Sadar bahwa suara itu, benar-benar dari pria di depannya, Jay dengan perlahan datang menghampirinya, masih dengan banyak pertanyaan dan keraguaan yang ada di dalam hatinya.
Setelah berjalan untuk beberapa saat, sampai ia berjarak 10 M dari pria mulia itu, Jay tiba-tiba saja terjebak dan tidak bisa lagi bergerak maju mendekati pria itu.
Tahu bahwa Jay, tidak bisa mendekatinya. Ada senyum yang ramah dari bibirnya, kemudian pria mulia itu berbicara kembali " Sudah jangan memaksakan diri, nanti seiring kamu tumbuh, kamu akan bisa lebih dekat"
Mendengar penjelasan pria itu, Jay untuk sesaat termenung, apa maksudnya saat dia tumbuh dia akan bisa mendekat.
Mengesampingkan pikirannya, Jay berhenti di tempat. Menuggu instruksi selanjutnya dari pria mulia itu.
" Nah kamu bisa duduk sekarang" perintah Pria itu
Saat Jay masih bingung akan duduk dimana, tiba-tiba sebuah kursi kecil yang cantik muncul di belakangnya, dengan bentuk kursi tunggal tanpa peyangga di sisinya.
Memegang kursi samar-samar Jay merasa, bahwa kursi ini terbuat dari Kayu yang sangat kuat dan saat dirinya duduk di atasnya, perasan lembut dan yaman langsung membalut pantatnya.
Seperti duduk di atas kapas, kursi itu sangat empuk dan yaman, tidak ada perasan ketidak yamanan di atasnya.
Setelah dia duduk, kembali Jay bertatap muka dengan pria mulia itu, dan baru kini dia sadar secara jelas sosok pria mulia itu.
Pria mulia itu, memakai mahkota yang indah, yang terbuat dari emas murni, dengan ukiran yang cantik yang membentuk seperti tutup kepala, dengan bagian depan terlihat lebih pendek dari bagian belakangnya.
Jika digambarkan dengan lebih jelas, mahkota itu berbentuk lingkaran dengan atasnya seperti bambu yang di potong runcing, pendek di depan tapi tinggi di belakang.
Pada bagian samping mahkota, ada ukiran yang sangat cantik, berbentuk awan dengan butiran permata kecil yang menghiasinya.
Dan di depan dari mahkota, ada permata Hijau besar yang cerah seukuran telur ayam, yang memancarkan cahaya yang terang namun menenangkan.
Kemudian baju pada Pria itu, terlihat sangat elegan dengan kain halus berwana coklat ke emasan, ada butiran permata di kancing bajunya, dan sulaman benang emas berbentuk senjata dan naga di masing-masing sisinya.
Dengan berlengan pendek, di kedua lengan kanan dan kirinya, masing-masing ada perhiasan emas yang bertahta batu permata merah.
Turun ke bawah, ada Sabuk yang terbuat dari emas dengan kembali ukiran yang cantik dan bermatakan permata hijau. ada selendang yang di ikat di pinggangya, dengan corak kain yang bermotif yang menutupi sebagian dari celananya.
Turun lagi ke bawah ada celana halus yang terlihat yaman, dengan warna coklat ke emasan, dan ada rajutan benang emas dengan pola indah dibatas mata kakinya.
Sampai ke bagian paling bawah, terlihat sepatu dengan bentuk yang indah, yang terbuat dari bahan kusus dengan separuh punggung kaki terlihat di luar.
Ada rajutan benang emas dengan permata biru di ujung dan sisi sepatu yang terlihat sangat serasi dan cantik.
Dan di balik dari punggung Pria mulia itu, ada senjata yang di selipkan di bagian belakang, dengan hanya kepala senjata yang terbuat dari kristal putih bercahaya yang terlihat.
Kembali menatap ke wajah pria mulia itu, Jay terbangun oleh suara yang kembali terdengar di telingannya. " Sudah cukup melihatnya? atau mau melihat lebih jauh" suara pria itu terdengar ramah tapi dengan nada sedikit bercanda.
Mendengar suara pria itu, Jay menunduk sedikit malu, tetapi setelah membiasakan diri sebentar dia kembali seperti semula. Siap menunggu penjelasan dari Pria itu.
" Kalo sudah tidak ada lagi, mari kita mulai perkenalan diri, Perkenalkan nama Maha Raja ini adalah Kuncoro Jaya Wijaya Kusuma"
Mendengar nama pria itu, Jay untuk beberapa saat terdiam, sampai ia menyadari bahwa ada kesamaan nama antara pria itu dan dirinya.