Sayangnya pagi itu Apo tidak bisa tenang. Dia pikir, Paing telat bangun hanya karena kelelahan. Jadi, langsung bersih-bersih terlebih dahulu.
Usai mandi, Apo pun rapi-rapi dan mengecek triplets. Dia mengemong ketiganya di ruang makan. Lalu main "ciluk ba" sambil menunggu sarapan siap. Thanawat dan Sanee juga telat gabung. Namun, hingga hampir pukul 7, Paing tidak ada turun.
"Eh? Apa kalian lupa menyetel alarm?" tanya Sanee.
Apo pun menggeleng pelan. "Sudah kok, Oma. Phi bahkan tidur awal semalam " katanya. Lalu pamit untuk mengecek ulang.
Sayang, pemandangan kamar sungguh kacau saat itu. Apo pun tertegun karena Paing muntah darah. Duduk di tepi ranjang. Sementara perban yang dilepas berjatuhan menampakkan seluruh lukanya.
"Uhuk! Uhuk! Apo?"
Daripada panik, Apo justru beku melihat darah berceceran di lantai. Dia bertatapan dengan Paing beberapa saat, tapi Paing memijit kening dengan jari terhiasi merah.
Jadi, hmm... Intinya sejak awal Shiro juga jatuh cinta kepada Takeda. Tapi, well, karena hubungan mereka ayah dan anak, dia jelas butuh proses untuk menerima kenyataan itu.