Télécharger l’application
2.54% Adisi / Chapter 9: Care

Chapitre 9: Care

"Bungaa"

"Eh iyaa ada apa Bu Miya? Jawab Bunga.

"Nanti temui saya ya sehabis pelajaran"

"Iya bu siyap nanti saya ke meja ibu"

Bel pulang pun berbunyi di sekolah Bunga. Dan ia mengecek Smartphone nya.

WhatsApp

Onad

Iya sudah kok barusan, gue mau pulang pala pusing

12:43

Lah lu kenapa lagi? Belum minum obat?

16:00

Buruan makan sama minum obatnya kalo belum, ntar gue kesana jengukin

16:01

Mau dibawain apa?

16:01

Gak usah bawa, ngerepotin

16:05

Dan Bunga pun langsung menemui Bu Miya sehabis menemui Bu Miya ia pun bergegas menuju rumahku dengan temannya. Tak lupa Bunga menyuruh Inka untuk mampir ke toko buah.

"Assalamualaikum"

"Assalamualaikum" Salam Bunga 2x.

"Waalaikumsalam" Jawab Dona yang membuka pintu.

"Lah elu? Onad nya mana?"

"Dia lagi tiduran di kamarnya"

"Gue boleh masuk ngga?"

"Yaudah tungguin diruang tamu ya gue panggil dia"

"Iya makasih"

Tak lama kemudian aku pun menemui Bunga yang sedari tadi menungguku.

"Manusia kayak lu bisa sakit juga ya ternyata" Ejek Bunga.

"Superman jalanan aja juga bisa" Sindirku.

"Jangan panggil gue itu lagi" Bunga menampilkan wajah datarnya.

"Haha becanda kali, lu ngapain kesini mana masih pake seragam"

"Nih gue kasih gizi mau?"

"Gue nggak kekurangan gizi"

"Gue bawain buah dimakan ya"

"Gamau, kan gue bilang gak usah bawa"

"Lha terus mau nya apaa dasar" Ucap Bunga sebel.

"Mau nya kamu, eh nggak-nggak bercanda"

"Kan gue juga disini"

Deg, kenapa Bunga bisa se-care ini sama aku?

"Iya bawa buah apa?"

"Jeruk, mau ku kupasin?"

"Nggak usah, taruh aja di meja. Udah mau maghrib lu nggak pulang?" Jawabku.

"Lo gue tinggal nggapapa kan?"

"Yaelah gue bukan anak kecil, lagian ada si Dona"

"Yaudah gue pulang ya, awas aja gak dimakan gue gak kesini lagi" Ucap Bunga.

"Iye iye emang cerewet ya, makasih yaa hati-hati di jalan jangan kayak superman jalanan lagi" Sindirku.

"Jangan lupa kabarin ya"

Bunga pun menaruh buah nya di meja dan mengajak Inka untuk mengantarkan kerumahnya.

"Oh itu namanya Onad ya, ganteng juga ya?" Tanya Inka.

"Iya yang lu lihat di sekolahan waktu itu" Jawab Bunga.

"Cie lah lu suka sama dia?"

"Hmm, yaudah lah kuy pulang" Jawab Bunga yang tidak merespon pertanyaan Inka.

Hanya perlu waktu saja untuk berubah menjadi lebih baik, biarkan waktu yang menjawab nak.

Ciiittttttt

Aku mengerem mendadak saat ada motor yang menghalangi jalanku.

Alisku tertaut melihat lelaki yang kini sudah berdiri didepan motorku.

"Apa kabar?" Tanyanya.

Aku turun dari motorku, berjalan menghampiri lelaki itu, "Masih idup lo?"

Bunga berdiri disebelah motorku, menyaksikan perdebatan antara Onad dengan Egar, teman satu sekolahnya.

"Haha" Egar tertawa meremehkan, "Lo pikir gue udah mati? Cih. Tuhan lebih sayang sama gue dibandingin lo"

"Oh gue sih udah berharap lo mati. Manusia macam lo gak berguna di dunia ini"

"Bughhh" Egar menghantam wajahku.

Dan aku menendang perut Egar sampai tersungkur di aspal jalanan.

"Arrghh" Egar mengeram saat ku injak perutnya, "Cara maen lo licik!" Egar menunjuk Bunga, "Lo gunain dia hah?"

Aku tersenyum menarik kerah baju Egar, "Sorry gue gak selicik itu!" Aku berjalan ke arah motor, "Jangan ganggu gue lagi"

Bunga masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi, mengapa Egar membawa-bawa dia?

"Lo gak mau ikut gue?

Suaraku membuyarkan lamunannya, Bunga naik ke atas motorku.

Egar tersenyum miring menatap kepergian mereka, tangannya dengan lihai mengetik sebuah pesan.

Belum sampai 1 menit handphone Egar bergetar menandakan pesan masuk.

WhatsApp

Ardi

Bunga dibawa Onad?

Kenapa lo diemin!

17.20

Egar sudah tidak mengejarku lagi, karena jaraknya sudah terlalu jauh.

"Ini kita mau kemana?" Tanyaku pada Bunga.

"Pulang"

Langsung pulang? Hahahahaha gak mungkin, karena menghabiskan waktu dengam Bunga sangat menyenangkan. Jadi, aku gak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku belokkan motor ini ke salah satu jalanan yang penuh dengan kuliner yang baru buka pukul enam sore. Sewaktu dia menyadari kalau aku mengambil jalan pulang yang berbeda, tentu Bunga berontak. Helm ku dipukul-pukul sampai kaca helmnya naik turun.

Bletak!!!!

Kaca helm ku turun.

"INI MAU KEMANAA??" Tanya dia sambil menarik-narik baju yang aku kenakan.

Aku naikin kaca helm, "Mau makan malem mau?"

Bletak!!!

Kaca helm ku turun lagi. Kali ini helm ku sampai berputar setengah ke kanan. Sampai mata ketutupan satu.

"YANG NGEBOLEHIN SIAPAA?! AKU MAU ISTIRAHAT NAD!"

Aku menaikan kaca helm lagi, lalu menengok ke kiri. "Kalau mau istirahat si istirahat, nih di sini" Aku menepuk pundak berkali-kali.

"Idih"

Bunga yang bete lalu menggigit pundakku dan menggeleng-gelengkan helm ku. Aku sontak teriak-teriak kayak cewek di jalan. Ditambah helm ku miring ke kanan yang membuat motor oleng dan berlawanan arah. Melihat motorku gak bener jalannya dan Superman Jalanan malah semakin histeris. Kami berdua teriak bersama.

Sungguh gak ada romantis-romantisnya kalau diliat orang di jalan mungkin berpikiran kalau kita lagi konser duo grub. Aku langsung berhenti di pinggir jalan. Menenangkan jantung yang barusan senam. Tentu Bunga semakin bete dan marah sekali.

"Kalo bawa motor tuh yang bener!!" Ujar Bunga.

"Ya, gimanaa lu gigit pundak ku, ditambah helm ku muter ke kanan jadi oleng kan"

"Kita hampir mati gara-gara kamu, kalo aku mati kamu ku laporin polisi dan ku hantui setiap hari biar tau rasa!!"

"Orang mati gimana cara lapor polisinya? Via santet? via pos? apa via kurir?" Jawabku yang lagi bete.

"AKU MAU PULANG AAAAAAAAAAJ"

Belum selesai Bunga ngomong aku langsung tancap gas yang membuat dia kaget dan teriak lagi. Sungguh hari ini tidak ada adegan indahnya sama sekali.

"Bunga, aku bisa lepas tangan loh" Tukas ku.

"Gak usah aneh-aneh Onadd, hidup cuman sekalii. Nikmatin gitu bisa gak sih. Lu malah berbuat yang aneh-aneh membahayakan diriii banget, gak sayang ya sama diri sendiri apalagi ini ada gue" Ceramah dari Bunga.

"Nih serius, satu.. dua.. tiga"

Bunga langsung menutup kedua matanya dan gemetar karena takut kalau memang terjadi apa-apa.

"Yeee apasih, orang lagi berhenti di pinggir jalan, malu noh diliatin orang-orang udah ceramah juga"

Bletak!!!!

helm ku dipukul lebih keras dari sebelumnya kali ini bukan hanya turun kacanya tapi malah lepas dari helmnya. Duh mana helm satu-satunya.

Perjalanan sore itu agak lama, karena banyak orang habis pulang dari kantor. Bunga mewanti-wanti agar tidak ngebut dan menyalip lewat jalan sempit. Aku menuruti keinginannya. Awalnya dia terlihat masih marah, tapi langit sore berwarna jingga membuat dia semakin membaik moodnya. Terlebih waktu kami melewati Alun-Alun kota, merasakan indahnya jalanan dengan udara yang segar.

Ketika aku melihat dari spion motor, dia tersenyum mengembang melihat pedagang asongan, anak kecil lari-lari. Membuat dia lupa marahnya.

"Nadd ada cimol nad" Ujar Bunga.

"Lo tau cimol? emang pernah makan?"

"Sewaktu kecil gue pernah makan cimol"

"Mau mampir beli?"

"Gak ah, gak ada gizinya. Liat yang jual aja gak pake sarung tangan, belum tentu hiegienis juga. Ogah ah"

"Iyaa kata bapak gue dulu yang jual habis pipis dia gak cuci tangan"

"JOROK!"

"Hahaa padahal itu cuman kata orangtua agar anaknya gak ngemis jajan"

Tanpa Bunga sadari, aku membelokkan motor ke kanan, dan kami berada di tempat semula dan motor itu langsung ku parkirkan. Bunga masih bengong sewaktu aku melepaskan tali helmnya.

"Ayo jajan cimol"

"Eh tapi Nadd!!"

Aku tidak menggubris dan langsung menarik tangannya, Adzan maghrib berkumandang di masjid besar ang terletak di pinggir alun-alun.

Bunga memesan cimol. Padahal tadi katanya gak hiegienis, gak ada gizinya, jorok. Dia sangat histeris ceria menunggu pesanannya. Ia tidak memakannya langsung. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi dan memotretnya dengan background langit berwarna jingga dan melakukan update instagram.

Sungguh cewek sosialita. Menggemaskan sekali dia makan cimol. Dan membuatku tertawa kecil. Mungkin efek adzan jadi mungkin amarah dia mereda dan terlihat sangat imut menggemaskan sekali.

Sehabis makan cimol kami pun melajutkan perjalanan lagi yang tujuannya tentu saja ke jalanan kuliner yang tempatnya tidak jauh dari Alun-Alun kota. Mungkin cuman 10 menit dari sini hingga akhirnya kami sampai di tempat ini.

"Mau jajan apa? Tukas ku.

"Pulang" Jawabnya males-malesan.

"Yakin gak mau jajan apa dulu lagi? Enak-enak loh di sini. Banyak macemnya"

"Pulang"

"iya habis ini pulang tapi jajan dulu yaa hehe"

Aku pergi ke beberapa makanan, roti bakar, martabak, dan yang terakhir mie goreng. Selagi menunggu makanan. Aku mengajak Bunga main tebak-tebakan lagu dengan cara bergumam.

"Ayo siapa takut"

"Yang kalah yang bayarin" Jawabku.

"Gak mauuuu, gue gak ada uang. Ini ada buat jajan besok di sekolah"

"Yaudah lu bayar cuci piring aja disana haha"

"Yaudah ayo, paling lu yang kalah"

"Semua tentang kita" Jawab Bunga.

"Kok dia tau sih"

Tak lama kemudian pesanan martabak dan roti bakar pun datang secara bersamaan. Aku mengambil lilin yang digunakan untuk lalat.

"Anggap saja candle night dinner"

"Hahaa ya gak pake ini juga, kurang romantis gak ada indah-indanya Nad" Celetus Bunga.

Kami melanjutkan makan malam itu cukup lama dengan lagu dari Ava Max - So I am. Aku bercerita tentang kejadian tadi siang tentang Egar. Aku menceritakan semuanya ke Bunga. Dia hanya mendengarkan, dan membiarkan ku berbicara. Bahkan dia ikut ketawa saat dia tidak percaya kalau aku tidak cari masalah duluan.

"Bayangin ya Bun, Egar selalu cari masalah duluan, buktinya gue tadi di stop kan di jalan. Itu nggak hanya sekali, bahkan sering. Entah apa salahku terhadap dia" Tukasku.

"Ih kok Bun lagi sih" Gerutu Bunga. "Udah mintaa maaf aja kan lebih baik Nad?"

"Gak mau, dia yang salah sini yang minta maaf"

"Kalo misal dia minta maaf ke lu, dimaafin nggak?" Tanya Bunga.

"Mungkin"

Selepas makan malam Bunga berjalan menggandengku dan mencoba menenangkan. Sesampai nya dimontor Bunga masih saja dengan ceramahnya. Bahkan ketika pakai helm dia masih mengoceh layaknya anak kecil baru pulang dari Dufan. Bunga masih berbicara sampai pada akhirnya Bunga sadar kalau aku masih diam di tempat.

"Ayo pulang, malah diem. Udah malem ini!" Bunga menarik-narik jaketku. Heran seneng banget dia narik-narik baju. Apa mungkin dulu ngidam tarik tambang kali ya.

Di sepanjang jalan kami terdiam, mungkin Bunga lelah dengan ceramahnya. Dan tiba-tiba Bunga mengetuk pundak ku.

"Makasih ya untuk hari ini. Udah jajan, udah candle night dinner" Katanya pelan sekali, mungkin gengsi untuk membicarakannya.

"Hahahaa, kalo kamu mau bisa kok tiap hari hahaa" Jawabku


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C9
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous