"Mbak, tegang amat sih wajahnya. Sejak sidang tadi, aku perhatikan Mbak keliatan tegang," ujar Arimbi sambi memberikan air mineral kepada Zalina.
"Rim, tau kan apa yang paling aku takutkan dalam hidupku?"
"Pernikahan dan bertemu dengan Ayahnya Mbak," jawab Arimbi.
Zalina menghela napas panjang. "Semalam, aku pergi makan malam di rumah keluarga Arjuna. Mama Arjuna meminta supaya kami segera menikah. Itu sudah membuat aku merasa tegang. Lalu, saat aku mengabarkan pada Ibu bahwa minggu depan keluarga Aruna akan melamarku,beliau meminta Arjuna menemui Ayah. Hasilnya, aku semalam susah tidur."
Arimbi mengembuskan napasnya sambil mengusap bahu Zalina. Bertahun-tahun bekerja menjadi sekretaris Zalina membuat hubungan mereka lebih dari ikatan sebagai atasan dan bawahan. Tapi, sebagai sahabat yang terkadang juga saling berbagi. Zalina kerap kali bercerita apa saja pada Arimbi. Demikian pula sebaliknya. Arimbi tau sekali bahwa Zalina benar-benar trauma pada sang Ayah.