"Ibu ada sebuah rencana agar kamu tidak pergi ke Medan! kamu ikuti cara ibu, ya?" ujar Mira.
"Baik, bu. Akan aku ikuti semua perintah ibu," ucap Ali.
***
Malam hari...
#Rumah Mikha#
Terlihat Mikha memainkan ponselnya sembari memandangi rumah Ali dari dalam kamar. Ia merasa heran, karena sejak tadi siang hingga malam, Ali belum juga on di WhatsApp dan juga belum menjawab chat Mikha.
"Apa Ali benar-benar marah ya sama aku? masa dia sampai segitunya? perasaan kalau marah sama aku paling sikapnya cuma dingin tetapi tetap balas chat," kata Mikha pada dirinya sendiri.
Selang beberapa menit, Mikha melihat sebuah tas ransel yang jatuh dari atas jendela kamar Ali. Sontak saja, Mikha langsung berdiri dari kursinya dan melihat apa yang terjadi dirumah Ali.
Dan tak lama kemudian, Ali muncul dan bersiap ingin melompat dari atas kamarnya menuju bawah. Mikha langsung berlari keluar dari rumahnya dan berjalan ke rumah Ali. Ia menunggu Ali didepan pagar rumah Ali.
Beberapa menit kemudian...
Ali membuka dengan perlahan-lahan pintu gerbang rumahnya, setelah itu iapun menutupnya dan berniat ingin pergi dari sana. Tapi...
"Mau kemana? mau kabur kemana?" tanya Mikha yang membuat Ali terkejut.
"Mikha! kamu kenapa disini? cepetan masuk kedalam rumah mu atau aku akan pergi ke Medan besok!" ujar Ali dengan suara yang kecil.
"Ke Medan? untuk apa?" tanya Mikha malah memperlama gerak Ali.
"Pak Malik yang menyuruhku kesana. Tetapi bu Mira dan aku tidak setuju, sehingga kita berdua sepakat melakukan hal ini. Dan sekarang lebih baik kamu masuk kedalam rumah!" jelas Ali.
"Aku mau ikut!" kata Mikha sepontan.
"Besok kita ketemu di kampus aja ya? sekarang aku harus pergi!" ujar Ali.
"Enggak mau! maunya ikut! aku teriak nih, pak Malik, Ali mau kabur nih," teriak Mikha dengan kencang.
Ali langsung membungkam mulut Mikha lalu berlari bersama Mikha yang mulutnya masih ditutup oleh Ali.
Mereka berdua masuk kedalam taxi, lalu Ali menyuruh supir taxi tersebut segera melajukan kecepatan mobilnya lebih tinggi.
Mikha menyingkirkan tangan Ali dari mulutnya. Iapun bisa bernafas lega karena dari tadi mulutnya di bungkam.
"Hey! dengar! aku ingin ikut tetapi aku ganti baju dulu. Masa aku pergi menggunakan baju piyama?" tegur Mikha.
"Saya juga terpaksa melakukan ini karena kamu hampir saja menggagalkan semua rencanaku," jelas Ali.
"Tunggu bentar deh! kenapa kita jadi kaya baru kenal ya bahasa nya? kita kan udah pacaran tapi kok kaya orang baru kenal?" tanya Mikha heran.
"Aku hanya mengikuti mu," kata singkat Ali sembari menatap luar jendela.
Terlihat supir taxi yang membawa mereka berdua, dari tadi memperhatikan mereka. Setelah itu, supir taxi tersebut bicara sedikit-sedikit.
"Maaf, kalian berdua ini baru pacaran atau sudah bersuami istri?" tanya supir taxi.
"Sudah suami istri, pak," jawab singkat Ali.
Mikha langsung menatap wajah Ali. Tetapi Ali bersikap seperti ucapannya benar saja, Mikha pun membenarkan ucapan Ali tadi.
"Iya pak, kami sudah suami istri," ujar Mikha.
"Oh begitu, terus kalian mau kemana?" tanya supir taxi.
"Kita ke taman Suropati, pak," jawab Ali.
"Oh baik," kata supir taxi tersebut.
Setelah itu suasana dalam mobil menjadi hening. Mikha memutuskan untuk membuka ponselnya dan mengechat Nina sang sahabat sejati.
Enam belas menit kemudian...
Ali dan Mikha sampai ditaman Suropati. Merekapun turun dari taxi, sebelum itu Ali membayar dulu taxi nya.
Kemudian, taxi tersebut pergi meninggalkan mereka berdua didepan tamannya. Mikha bertanya kepada Ali karena ia heran, kenapa mereka ke taman Suropati.
"Ali, kenapa kita ke taman Suropati?" tanya Mikha.
"Kamu tunggu saja, ya. Bentar lagi, temanku datang membawa mobil," jawab Ali yang dibalas dengan anggukan kepala Mikha.
Tak lama menunggu, teman Ali datang membawa mobil Ali sesuai perintah Mira dan menyerahkan mobil tersebut ke Ali.
"Pak Ali, ini mobil dan kuncinya. Silahkan di pakai, pak. Maaf kalau misalnya bapak harus menunggu," ucap teman Ali.
"Iya, pak. Tidak apa-apa, terimakasih ya," Ali menepuk-nepuk punggung temannya.
Setelah itu teman Ali berjalan meninggalkan Ali dan Mikha. Lalu, Mikha dan Ali menaiki mobilnya dan Ali mulai mengendarai mobil tersebut menuju suatu tempat.
"Ali, kita mau kemana?" tanya Mikha khawatir.
"Ke suatu rumah," jawab Ali sembari menyetir.
"Aku bisa minta tolong gak sama kamu? aku mau pulang, kasihan kalau mama nyariin," ujar Mikha dengan nada memelas.
"Iya, aku akan pulangkan kamu sebentar. Tapi ingat! jangan beritahu siapapun bahwa aku kabur dari rumah, ya? masalah ini hanya diketahui oleh kita bertiga, yaitu kamu, aku dan bu Mira. Paham?" kata Ali.
"Siap, paham," kata Mikha.
Setelah itu Ali menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai dirumah Mikha.
***
Lima belas menit kemudian...
Mikha dan Ali sampai didekat rumah Mikha. Ali membuka kunci pintu mobilnya agar Mikha bisa turun.
"Makasih ya mau mengantarkan aku pulang," ucap Mikha sebelum turun.
"Iya sama-sama, Mikha. Maaf aku gak bisa mampir dulu ke rumah mu," kata Ali.
"Enggak apa-apa, Ali. Ya sudah, aku turun dulu ya. Kamu hati-hati di jalan, ya?" Mikha membuka pintu mobil Ali.
Sehabis itu, Mikha turun dari mobil Ali dan berjalan menuju rumahnya. Ia masuk kerumah dan langsung berlari kedalam kamar. Setelah Ali memastikan Mikha sudah berada dalam rumah, iapun menggerakkan mobilnya dan pergi menuju suatu rumah yang sudah disiapkan oleh Mira.
***
Keesokkan harinya...
Trinkkk... Trinkkk... Trinkkk
Suara getaran ponsel terdengar jelas. Mira mengusap matanya lalu mengambil ponselnya sembari mengangkat telepon dari seseorang.
"Halo, nak. Bagaimana kondisimu saat ini? baik-baik saja kan?" tanya Mira dengan nada yang senduh.
"Alhamdulillah aku baik-baik saja, bu. Lalu gimana kabar bapak? apakah bapak tahu bahwa aku kabur?" ucap Ali.
Mira terdiam tidak menjawab ucapan Ali. Iapun melamun memikirkan kejadian subuh tadi.
***
#Flashback on#
Beberapa jam yang lalu...
Terlihat Mira sedang berdoa diatas sajadah. Kemudian, Malik masuk begitu saja tanpa mengetuk ataupun mengucapkan salam.
Sontak saja itu membuat terkejut Mira. Ia langsung berdiri dan melipat alat-alat shalatnya.
"Mas, kenapa?" tanyanya dengan santai.
"Mira! kamu tahu dimana Ali?" Malik menatap tajam wajah Mira.
"Tidak, mas. Aku tidak tahu dimana Ali, memangnya kenapa?" ucap Mira berpura-pura tidak tahu.
Malik berjalan mendekati Mira, lalu ia memegang keras kedua lengan Mira hingga terasa sakit.
"Benar kamu tidak tahu dimana, Ali? apa kamu bersekongkol dengan Ali supaya dia tidak pergi ke Medan?" bentak Malik.
"Iya, mas aku tidak tahu," Mira semakin merasakan sakit yang diperbuat oleh suaminya.
"Bohong!" Malik mendorong Mira hingga hampir saja Mira terbentur meja.
Mira meneteskan air matanya dengan deras dan ia tetap bertahan dengan ucapannya.
"Aku tanya sekali lagi! dimana Ali?!" teriak Malik.
Mira pun murka dengan perbuatan kasar suaminya. Ia berdiri dan menampar keras wajah sang suami.
"Memang kenapa kalau aku lindungi dia?! dia anakku! dia sudah ku anggap seperti anakku sendiri. Sudah sekian lama aku menginginkan anak, tapi tidak hadir juga kan? karena apa? karena kamu yang mandul! selama ini aku tidak mengetahui rahasia terbesarmu. Dan sekarang, jangan pernah dekati atau sakiti anakku lagi! paham?!" bentak Mira.