Manik mata sebiru lautan miliknya kini menatap kertas di tangannya. Kertas undian dengan dua angka yang tertulis di sana.
Hatinya yang kini berkecamuk, menggila sudah berdentum hingga ke otaknya. Pemuda itu tidak tahu apa yang salah dengan hatinya sampai seperti ini.
"Nomor delapan belas? Itu nomor apa Kak Arland?" suara anak kecil berusia tujuh tahun, tak lain adalah Lea terdengar. Hal itu membuat Arland menyembunyikan kertasnya cepat.
"Ini nomor bantuan social." Jawab Arland ngasal. Pemuda itu kini mengangkat tubuh mungil Lea, mendudukkan gadis kecil itu di atas pangkuannya. Tak lupa, dia juga mencubit pipi Lea dengan sangat gemas.