Alaric masih syok di dalam mobilnya. Kepalanya menunduk sempurna. Setir mobil dijadikannya sebagai penopang kepala. Pria itu menggeram pelan, menarik napasnya panjang, berusaha menetralkan perasaannya yang sangat terkejut.
Dia melihat Tuan Zeas disana. Matanya jelas tak mungkin salah. Yang dilihatnya benar-benar pria paruh baya yang dia kenal selama lebih dari dua puluh tahun hidup.
Beruntungnya, Alaric melihat Tuan Zeas sendiri tanpa perempuan yang dimaksud oleh Vranda, Jessly. Satu hal yang kini membuat Alaric bertanya-tanya. Tuan Zeas terlihat sangat akrab dengan beberapa orang di sana, seolah-olah dirinya memang sering ke tempat ini.
Alaric masih tidak bisa mempercayai penglihatannya sendiri. Pupil matanya melebar, memperlihatkan betapa terkejutnya dia. Tidak menyangka, speechless, sampai membuatnya merasa merinding. Itu yang dirasakannya saat ini.
Maaf banget chapter sebelumnya error karena ada tulisan quot-quot nya. Sekarang sudah saya perbaiki. Silahkan dibaca!!