Télécharger l’application
28.57% BUKAN SALAH JODOH 2 / Chapter 8: Malam sial

Chapitre 8: Malam sial

Kalau Aoran tak henti hentinya menatap pesona Miran tidak sebaliknya dengan gadis cantik itu, dia malah fokus pada pertunjukan akustik seorang artis muda yang sedang naik daun, yang memiliki suara lembut yang khas, yang sejak tadi berbalas tatap dengan Miran, mereka tampak saling tertarik.

Keluarga Lu dan Wihelmina duduk dalam satu meja bundar, kedua kepala keluarga itu mengobrol masalah pekerjaan sementara pasangan masing masing tampak menyimak.

"Aku permisi sebentar ya.." ujar Vira meninggalkan meja mendapati pelayan muda yang sejak tadi mencuri perhatiannya. Tapi Lily tampak sibuk dan tak bisa lama lama hadir diantara tetamu, jadi Vira berniat menyusul langkah gadis itu.

Dia mencoba menyusul langkah Lily, dan menghentikan langkah gadis muda itu. Kenapa sih dia begitu penasaran akan gadis itu.

"Permisi.." tanya Vira sopan sambil menepuk pundak Lily,

"Ya?" Ujar gadis muda itu membalikkan badannya, dia terkejut mendapati nyonya yang tampil cantik dalam balutan dress mahal menyapa dan menyentuh dirinya yang tampak hina ini.

"Ah, iya nyonya.. ada yang bisa aku bantu?" Tanya Lily sopan, dia benar benar menjiwai tugasnya sebagai seorang pelayan malam ini.

"Apa kau yang bernama Lily?" Tanya Vira.

Gadis itu mengangguk kecil.dan menunjuk name tag di dadanya. "Iya nyonya.." jawabnya sopan.

"Ah, jadi kau ya.. manager sebuah kafe merekomendasikan dirimu untuk mendapatkan beasiswa dan kelas khusus, aku seharusnya tak membicarakan hal ini di sini, tapi begitu melihat dirimu yang begitu cekatan dan rajin aku jadi tak sabar untuk memberi tahumu.." ujar Vira penuh semangat dengan wajah sumringah.

"Ah maaf nyonya, hati hati, kita bicara kesini ya nyonya.." ajak Lily begitu menyadari posisi Vira yang menghalangi pelayan lain lalu lalang, itu akan membahayakan nyonya cantik ini, Lily membawa Vira masuk ke dapur, dia merasa sungkan sudah mengajak Vira bergabung di keriuhan dapur.

"Ah, maaf nyonya, kau pasti gak nyaman, tapi aku takut sesuatu bisa saja mencelakaimu karena pelayan lainnya sibuk dan terlalu fokus dengan tugas mereka." Ujar Lily sungkan. Vira mengangguk mengerti.

"Ah jadi begini Lily, seorang yang aku kenal, manager di tempat mu bekerja, dia merekomendasikan dirimu untuk mendapat bantuan sosial yang dulu sempat dia terima, dia bilang kau adalah sosok yang tepat untuk menerima bantuan itu. Kau adalah gadis yang pekerja keras dan cerdas.." ujar Vira percaya begitu saja dengan usulan manager cafe dimana Lily bekerja paruh waktu.

"Mm.. aku takut nyonya akan kecewa padaku.." ujar Lily ragu ragu.

"Tidak tidak.. ayo kita bertemu dan bicara lebih intens, ini kartu namaku, kau harus hubungi aku ya.." ujar Vira mengambil.kartu nama dari dalam dompetnya, Lily menerima dengan sungkan dan mengangguk kecil.

"Mom.."

Wajah Aoran dari balik pintu depan dapur mengejutkan Vira juga Lily, bahkan wajah gadis itu tampak tegang dengan kehadiran Aoran yang tiba tiba.

"Mom, kenapa kau malah pergi ke dap--" pria itu memaksa masuk, menerobos pelayan yang lalu lalang dan..

Byuurr!

Seorang pelayan yang memegang nampan berisi wine merah tersenggol oleh Aoran, membuat gelas itu tumpah dan membasahi jas hitam yang Aoran kenakan, pemuda itu jelas kesal.dong, tapi Vira segera menarik tisu dan menengah Aoran.

"Ah.. tidak apa apa sayang, kau bisa menanggalkan jas mu.." ujar Vira memberi ide.

Aoran memutar bola matanya hingga matanya benar benar jelas menatap wajah tegang Lily.

Gadis ini lagi! Gerutu batin Aoran kesal.

"Ah, awas-- hati hati!" Lily berteriak cemas ketika salah satu rekannya melewati Aoran dan Vira yang menghalangi pintu yang menjadi akses keluar masuk pelayan yang sibuk, ada yang membawa nampan ada yang membawa trolly.

Bruk!

Vira membuatkan mata, dia baru saja membantu Aoran melepaskan jas dan sesuatu terjatuh dari sebuah piring, hingga sus kuning terang itu menetes pada pakaian putih Aoran.

"Ah! Ya ampun!" Saus mustard mengenai kemeja Aoran. Dan warnanya tampak kontras.

Aoran menghela nafas berat. Dia benar benar kesal dan ingin berteriak marah saat ini.

Tidak bisa terus seperti ini, ibu dan anak itu mana mengerti suasana hectic di dapur sibuk ini. Tanpa berpikir panjang, Lily segera menyambar pergelangan tangan Aoran dan membawa pemuda itu untuk masuk ke dapur, menghindari akses jalan dimana mereka berada tadi, mereka sudah menghalangi jalur sibuk para pelayan.

Aoran menatap cengkraman tangan Lily di pergelangan tangannya, wajahnya tambah merah, kesal itu berubah marah dan jijik.

Aoran menepiskan cengkraman tangan Lily, dia merasa tak sepantasnya gadis pelayan ini menyentuhnya.

Vira menyusul posisi Aoran dan Lily dengan jas di tangannya, ibu itu menatap noda saus kuning di pakaian anaknya, Vira segera menarik tisu dan mengelap saus itu.

"Nyonya.." ujar Lily terkejut. Vira lebih syok, dan Aoran tambah putus asa.

Tisu yang menyentuh kemejanya bukan malah menjadi solusi melainkan menambah masalah, noda mustard itu semakin melebar dan tampak menjijikkan, seperti bekas kotoran manusia yang muncrat ke pakaian, ih.. itu tampak sangat menjijikkan.

"Aish.. kenapa jadi begini?" Tanya Vira dengan menggigit jarinya, dia jadi merasa bersalah pada putranya yang tampak sangat kesal ini.

"Aoran bagaimana ini?" Tanya Vira, Aoran menengadahkan kepala dengan dua telapak tangan yang mengepal kesal, dia tak bisa berkata kata.

Drrrttt..

Ponsel Vira berdering.

"Ah sebentar, ini pasti Daddy yang telepon, mami akan cari solusi oke. Kau tunggu di sini dulu ya.." pinta Vira mengangkat satu tangan agar Aoran bertahan di dapur, sementara wanita itu segera melangkah meninggalkan dapur, dia akan berkonsultasi pada suaminya perihal ini, yang pasti biarkan Aoran tetap di dapur, karena noda saus itu sangat menjijikkan. Kasihan kalau tamu lain melihatnya, nafsu makan mereka akan hilang dalam sekejap saja.

Melihat punggung nyonya muda itu kian menjauh dan menghilang di balik pintu membuat wajah Lily melongo heran, lalu.. bagaimana dengan pemuda yang mengerahkan gigi gigi hingga suara gemelutuk terdengar sangat mengerikan di telinga Lily.

Lily tampak sangat cangguh dengan pemuda di hadapannya ini, apalagi dengan kejadian tempo hari, dia berpikir tidak akan bertemu pemuda ini semudah malam ini, tapi malah jadi seperti ini, Lily benar benar tak habis pikir.

Aoran menatap noda di pakaiannya dan jngin menjerit marah, apalagi menyadari wajah gadis di hadapannya saat ini.

Ini semua gara gara ayahnya. Coba kalau Vino tak meminta Aoran menyusul ibunya, dan kenapa pula ibunya harus pergi ke sini. Lalu apa itu?

Aoran melihat kartu nama Vira di tangan Lily, gadis itu menyadari tatapan heran Aoran, dia segera menyimpan kartu nama nyonya cantik tadi. Dia sudah terlambat untuk menyembunyikan hal itu sebenarnya.

Mereka tak bisa terus begini kan, rasanya begitu aneh berhadapan dengan orang yang membuatmu tak nyaman sementara yang lain di sekitarmu tak peduli, karena.semua orang sedang sibuk saat ini.

"Ah, kalau kau tak keberatan, mau aku bersihkan pakaianmu?" Tanya Lily sopan dengan suara yang terdengar sangat hati hati, dia hanya kasihan pada Aoran dengan noda besar di dadanya itu.

Aoran menghela nafas berat, bahkan ibunya sudah membawa kabur jas dan tak kembali lagi setelah memberinya seorang gadis pelayan yang menatap kesialannya dengan sorot mata kasihan.

"Kalau kau mau, kau bisa kenakan kaos pelayan sambil menunggu kemejamu kering.." gumam Lily ragu ragu. Gadis itu bahkan tak tahu harus bicara apalagi.

Aoran menarik nafas dalam hingga urat lehernya tampak jelas mengembang, dia benar benar kesal, malam ini menjadi malam yang sial dan akan memalukan kalau sampai Miran melihatnya seperti ini.

"Baiklah.." lirih Aoran pasrah.

Lily menarik senyuman getir.

"Berhenti menertawakan ku, ini tidak lucu!" Dengus Aoran dengan suaranya yang pelan tapi terdengar berat dan dalam. Senyuman Lily mendadak hilang.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C8
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous